Kamis, 27 Oktober 2011

Bahasaku, Riwayatmu Kini...

Cinta dan kasih sayang akan menjulang lebih tinggi jika kita akan kehilangan sesuatu. Tunas-tunas baru akan bermunculan mengiringi cinta dan kasih sayang agar kita tidak kehilangan. Mengapa tiba-tiba bangsa Indonesia begitu mencintai batik? Mengapa tiba-tiba Pemerintah dengan bersegera menetapkan Hari Batik Nasional? Ya, karena kita menyadari adanya rasa takut, takut kehilangan batik sebagai warisan budaya bangsa. Nah, sekarang pertanyaannya adalah kapan kita akan mencintai bahasa Indonesia. Apakah akan menunggu dulu sampai negara lain mengakui bahasa kita sebagai bahasa mereka, lalu barulah kita mencintai bahasa Indonesia?
Dengan diiringi lagu “Tanah Airku” karya Ibu Sud, deretan pertanyaan itu sering saya lontarkan saat mengawali proses pembelajaran di ruang kuliah agar bisa menyentuh hati mahasiswa untuk mencintai bahasa Indonesia. Kini, pertanyaan itu saya coba lontarkan kembali pada anak negeri di seluruh tanah air Indonesia, pemilik sah bahasa Indonesia untuk direnungkan pada hari ini, 28 Oktober 2011. Delapan puluh tiga tahun yang lalu, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Nasional yang berfungsi sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas bangsa, alat pemersatu, dan alat penghubung antardaerah.

Adanya bahasa nasional yang saat itu terbukti dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda. Agar kepercayaan diri yang kuat dapat dibangun, identitas diperlukan oleh sebuah negara. Identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan di antaranya melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan diri sebagai satu bangsa melalui bahasa tersebut. Sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya berbeda, bangsa Indonesia mengalami masalah besar dalam melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah bangsa ini. Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh semua suku bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karena suku-suku bangsa di Indonesia merasa satu. Kalau tidak ada bahasa Indonesia, bangsa Indonesia dengan keanekaragaman suku bangsa akan menghadapi masalah perpecahan bangsa, terutama masalah komunikasi.

Kini, delapan puluh tiga tahun kemudian, masalah komunikasi tetap memegang peranan penting dalam menghadapi isu globalisasi yang berkaitan erat dengan era perdagangan bebas yang tidak mengenal lagi batas-batas negara. Komunikasi yang efektif juga sangat diperlukan dalam membina keharmonisan di antara mereka yang berlatar budaya berbeda. Hal ini dilakukan agar terjalin komunikasi yang baik dan kesalahpahaman di antara mereka dapat terhindarkan. Saat kebudayaan asing memasuki Indonesia, seharusnya selain kondisi yang tak terhindarkan menerima pengaruh budaya asing, kita pun harus memiliki kekuatan dalam memelihara dan melestarikan budaya bangsa agar tidak tergeser oleh budaya asing. Kondisi ini menuntut masayarakat Indonesia harus membuka diri terhadap budaya asing, termasuk bahasa. Sementara di sisi lain, masyarakat Indonesia juga dituntut tidak melupakan budaya dan bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Padahal, pada masyarakat Indonesia sendiri timbul keengganan untuk mempelajari bahasa Indonesia secara baik dan benar. Selain itu, cenderung di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahwa dengan menggunakan bahasa asing akan lebih baik atau lebih prestise dibandingkan menggunakan bahasa sendiri bahasa Indonesia. Hal ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan.

Dalam keadaan seperti ini, sudah sepatutnya sebagai warga negara Indonesia, pemilik sah bahasa Indonesia tertantang untuk inovatif agar dapat meningkatkan upaya Pemerintah dalam melindungi dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Hal ini menuntut masyarakat dari segala lapisan untuk turut serta dalam melakukan upaya-upaya inovatif, piawai dalam menangkap peluang mengalihkan budaya hedonisme dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apalagi, saat ini keberadaan dan penggunaan bahasa Indonesia sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang” Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan”.

Jadi, kapankah kita akan mencintai bahasa Indonesia? Apakah akan menunggu dulu sampai ada bangsa lain mengakui bahasa kita sebagai bahasa mereka? Tentu tidak!

Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita lebih mencintai bahasa Indonesia sebagai wujud rasa bangga kita memiliki bahasa sendiri, bahasa Indonesia! Berbanggalah memiliki skor tinggi Uji Kemarihan Berbahasa Indonesia (UKBI) daripada skor tinggi Test of English as a Foreign Language (TOEFL) Mulai sekarang marilah kita gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap kegiatan keseharian. Marilah kita biasakan diri menggunakan istilah ‘laman’ daripada website, ‘unggah’ daripada upload, ‘unduh’ daripada download, ‘salindia’ daripada slide, ‘daring’ daripada online, 'pengopot' daripada stepler/ penjegreg, 'mangkus dan sangkil' daripada efektif dan efisien dan sebagainya.

Hari ini, marilah kita gaungkan kembali ikrar pemuda-pemudi Indonesia 83 tahun lalu yang tertuang dalam Sumpah Pemuda agar selalu menggema di hati anak negeri.
Pertama
Kami poetera-poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea
Kami poetera-poeteri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe bangsa Indonesia.
Ketiga.
Kami poetra-poetri Indonesia, mendjoendjoeng tinggi bahasa persatoean bahasa Indonesia.

Selamat hari "Sumpah Pemuda". Semoga kita tetap dapat menjaga dan melestarikan bahasa kita, bahasa Indonesia.
Salam bahasa,

Niknik M. Kuntarto

Rabu, 05 Oktober 2011

Usaha Kreatif dalam Pengembangan Kualitas Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

Usaha Kreatif dalam Pengembangan Kualitas Pengajaran
Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

a. Pengembangan Entertaining Methode
“Ajarkanlah ilmu apa pun pada anak didik dengan cara bermain”, itulah pesan pendidikan yang pernah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Entertaining methode atau metode hibur adalah wujud usaha kreatif saya dalam pengembangan kualitas pengajaran Bahasa Indonesia di ruang kuliah. Saya selalu berpikir, berpikir, dan berpikir bagaimana caranya agar pengajaran mata kuliah Bahasa Indonesia menjadi perkuliahan yang menarik.
Banyak tantangan yang menarik dan membuat saya memiliki semangat baru ketika saya memasuki dunia bahasa Indonesia. Perkuliahan Bahasa Indonesia kurang diminati oleh mahasiswa. Selain materi yang diajarkan sekitar ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Metode pembelajaran pun sangat membosankan. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur. Jadi, dengan metode hibur itulah saya berusaha mengembangkan kualitas pengajaran.
Mengapa metode hibur penting diterapkan pada perkuliahan Bahasa Indonesia. Alasan pertama, bahasa Indonesia seringkali disepelekan oleh orang lain sehingga menjadi mata pelajaran yang kurang menarik. Selain materi yang tubian dan metode yang konvensional, juga pengajar yang kurang kreatif menciptakan gaya mengajar yang menarik menjadikan pengajaran Bahasa Indonesia kurang disukai. Metode hiburan hadir untuk menjawab permasalahan tersebut. Setiap orang tanpa kecuali menyukai hiburan. Dengan metode hibur, pengajaran Bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang disukai banyak orang.
Alasan kedua, dengan metode hibur tanpa terasa peserta didik sudah belajar secara mandiri dan efektif. Tanpa kita paksa mereka untuk belajar, dengan sendirinya mereka sudah belajar. Pengajaran Bahasa Indonesia akan menjadi perkuliahan yang menyenangkan, santai tapi serius, serius tapi santai.
Alasan ketiga, proses belajar mengajar yang baik adalah proses yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Tugas pengajar hanyalah motivator dan fasilitator. Melalui metode hibur peserta didik tanpa terasa terlibat aktif, bersemangat belajar, dan mereka menjadi pusat pembelajaran di antara rangkaian proses belajar mengajar. Tugas pengajar adalah mengarahkan peserta didik agar tetap berada dalam koridor tujuan instruksional umum atau khusus,
Alasan terakhir, metode hibur penting bagi pengajaran Bahasa Indonesia karena adanya proses katarsis, sebuah proses penyucian dan penyegaran. Diibaratkan ketika kita baru saja keluar dari pintu bioskop setelah menonton film, ada pesan moral yang dapat mengubah dan menyucikan jiwa kita menjadi lebih baik. Dengan metode hibur, setelah keluar dari pintu kelas, peserta didik akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru yang berkesan.
Wujud metode hibur tersebut adalah selalu ada permainan dalam setiap pokok bahasan. Contoh: Kuis Bintang-bintang, Kuis Bintang Ejaan, Kuis Bintang Diksi, Kuis Bintang Kalimat, Kuis Gambar, Kuis Imajinasi, dll.

b. Pengembanggan Soft Skill
Sesuai dengan Rambu-rambu pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang tercantum pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidiokan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/ Dikti/ Kep/2006, mata kuliah Bahasa Indonesia bertujuan menjadikan mahasiswa seorang ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebanggaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.
Berdasarkan rambu-rambu itulah saya mengemban tugas penting untuk mengajak mahasiswa agar cinta dan bangga pada bahasa Indonesia. Berarti selain keterampilan berbahasa, mahasiswa juga dituntut bisa mengembangkan kepribadian melalui mata kuliah Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya mengadakan pendekatan secara langsung dari hati ke hati kepada pribadi mahasiswa dengan cara selalu mengingatkan akan rasa cinta tanah air melalui cinta bahasa Indonesia.
Biasanya di awal perkuliahan, saat saya memasuki ruang kuliah dan mengawali perkuliahan, saya ajak mahasiswa untuk mendengarkan tayangan video lagu “Tanah Airku”. Penayangan video lagu “Tanah Airku” ini bertujuan menyentuh hati mahasiswa agar sadar bahwa dirinya adalah bagian dari bangsa Indonesia. Dan bila mahasiswa merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia tentu seharusnya bangga pada bahasa Indonesia.
Setelah penayangan video lagu “Tanah Airku”, biasanya semua mahasiswa diam dan hening. Nah, saat itulah saya berpuisi seperti berikut ini.
Cinta dan kasih sayang akan menjulang lebih tinggi jika kita akan kehilangan. Tunas-tunas baru akan bermunculan
mengiringi cinta dan kasih sayang
agar kita tidak kehilangan. Mengapa tiba-tiba bangsa Indonesia
begitu mencintai batik? Mengapa tiba-tiba Pemerintah
dengan bersegera menetapkan Hari Batik Nasional?
Ya, karena kita menyadari adanya rasa takut,
takut kehilangan batik sebagai warisan budaya bangsa.
Nah, sekarang pertanyaannya adalah kapan kita akan
mencintai bahasa Indonesia. Apakah akan menunggu dulu
sampai negara lain mengakui bahasa kita sebagai bahasa mereka,
lalu barulah kita mencintai bahasa Indonesia? Tentu tidak!
Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita lebih mencintai bahasa Indonesia sebagai wujud rasa bangga kita memiliki bahasa sendiri, bahasa Indonesia!

Setelah selesai membacaakan puisi, saya meminta kepada mahasiswa untuk bertepuk tangan sebagai penghargaan pada bahasa Indonesia dan pada diri sendiri. Kemudian, barulah saya awali proses belajar mengajar.

c. Pengembangan Evaluasi yang Menantang
Menurut Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian, Pasal 5, mata kuliah Bahasa Indonesia diselenggarakan dengan metode interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirioan, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.

Berdasarkan pernyataan tersebut, saya menerapkan metode pembelajaran dan sistem penilaian yang unik dan menarik, yakni “Sistem Bintang”. Dengan sistem ini, mahasiswa benar-benar berperan sebagai subjek pendidikan. Selain itu, metode ini sangat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi mahasiswa untuk belajar daro hatinya sendiri, bukan karena paksaan. Di awal pertemuan saya menjelaskan bahwa selama 14 tatap muka saya akan selalu memberikan kuis. Kuis tersebut bisa berupa permainan dan pelatihan mahasiswa di kelas, tugas di ruang kuliah, atau tugas luar kampus, atau tugas di rumah. Tugas tersebut tercatat sebagai “Kontrak Perkuliahan” dengan perincian sebagai berikut.
TUGAS PERKULIAHAN

Tatap Muka I, II, dan III
a. Membuat Blog di Internet (Sarana Portofolio Mahasiswa)
b. Kuis Imajinasi
c. Kuis Bintang-Bintang Ejaan & Diksi
d. Memotret Kesalahan Bahasa di Ruang Publik dan Menganalisis Kesalahan Tersebut

Tatap Muka IV dan V
a. Menyunting Kesalahan Bahasa (Kalimat dan Paragraf) dalam makalah
b. Lelang Kata
c. Kuis Cepat Tepat Kalimat

Tatap Muka VI dan VII
a. Mengunduh Artikel Populer dari internet
b. Membuat karangan ilmiah populer (artikel)
c. Mengedit Tulisan Teman

Tatap Muka IX
a. Membuat halaman judul, halaman penyetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, dan halaman daftar isi.
b. Mengedit Tulisan Teman

Tatap MUka X
a. Membuat kutipan, catatan teks (innote), dan catatan kaki (footnote) pada karangan ilmiah.
b. Mengedit Tulisan Teman

Tatap Muka XI
a. Membuat daftar pustaka
b. Mengedit Daftar Pustaka Milik Teman Mandiri XI


Tatap MUka XII
a. Membuat surat lamaran kerja
b. Berlatih Mengerjakan Soal Psikotes Khusus Bahasa Mandiri XII

Tatap Muka XIII dan XIV
a. Praktik Presentasi (Presenter, Pemakalah, Pembicara, Penyiar Radio, MC, dll)
b. Menilai Presentasi Teman



Setiap tugas akan saya koreksi dengan teliti. Tugas yang memenuhi persyaratan akan ditandai dengan “gambar bintang”. Bila dalam satu semester mahasiswa berhasil mengumpulkan 20 Bintang (secara bertahap saya menaikkan jumlah bintang di setiap tahun mulai dari 10, 15, dan terakhir 20 bintang), saya jamin nilai akhir semester mahasiswa adalah A. Kadang-kadang di kelas tertentu saya tantang mahasiswa, bila mendapatkan lebih dari 20 bintang, mahasiswa tersebut dibebaskan dari Ujian Akhir Semester. Saya jelaskan pada mahasiswa bahwa pemilik lebih dari 20 bintang akan mendapatkan hadiah utama “Bebas UAS”. Bebas UAS bukan berarti mahasiswa tersebut tidak ikut ujian, melainkan tetap wajib datang, tetapi hanya formalitas, menunggu waktu sekitar 30 - 60 menit. Selama waktu tersebut mahasiswa diminta mengerjakan 1 atau 2 soal saja. Bila ada waktu tersisa, mahasiswa saya minta nenuliskan kesan dan pesan tentang saya.

Luar biasa! Metode penilaian seperti ini sangat membuat mahasiswa merasa tertantang dan bersemangat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia yang saya ampu. Berikut adalah testimoni mahasiswa yang pernah berhasil mendapatkan hadiah utama.

a. Aloysius Ari Wicaksono, NIM 08110110022, Prodi Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN



“Bu Niknik terima kasih sudah mengajari saya mata kuliah Bahasa Indonesia selama satu semester ini. Terima kasih telah membagikan ilmunya secara menarik sehingga suasana di kelas tidak pernah membosankan. Biasanya pelajaran Bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang membosankan karena banyak teori dan tidak pernah dipraktikkan. Namun, khusus kelas Bu Niknik tidak. Pelajaran Bahasa Indonesia terasa sangat menarik. Ide Bu Niknik untuk memberikan nilai bintang untuk nilai tugas sangatlah bagus. Mahasiswa jadi semangat untuk mengerjakan tugas. Jujur, saya kadang mengerjakan apalagi kuliah Bahasa Indonesia kelas saya diadakan setiap hari Senin, hari sebelumnya adalah hari Minggu, hari yang biasanya untuk bersenang-senang. Namun, saya sadar semua ini demi kebaikan saya. Sekali lagi terima kasih. Sukses selalu untuk Ibu Niknik. Semoga selalu diberi kesehatan agar bisa terus berbagi ilmu kepada mahasiswa yang akan menjadi generasi penerus bangsa.”

b. Yustinus Widya Wiratama, 08110110010, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN




“Rabu pagi kala itu terasa berat kedua mataku untuk diajak bekerja sama. Namun, tetap kupaksakan badanku yang masih menggigil kedinginan itu, untuk beranjak mandi. Bahasa Indonesia, itulah mata kuliah yang harus kuhadapi hari itu. Banyak orang yang bilang, Bahasa Indonesia adalah mata kuliah yang menjemukan. Namun, aku harus tetap mengambil mata kuliah ini sebagai salah satu mata kuliah yang wajib diambil. Bahkan aku mengambilnya di semester IV bukan di semester VI sesuai dengan standar kurikulum UMN.

Hari itu adalah hari pertamaku masuk kelas Bahasa Indonesia, dengan perasaan yang agak malas, kududuk di barisan paling depan dengan kesiapan hati bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah teoritis yang siap membuatku tertidur. Namun, dugaanku salah besar, sesi demi sesi kujalani dengan tawa. Bahkan, pertemuan-pertemuan selanjutnya selalu kunantikan dengan harapan besar. Harapan besar itu adalah agar mampu memenuhi kuota 15 bintang di akhir pertemuan XIV, pertemuan kelas Bahasa Indonesai terakhirku. Setelah melalui banyak tantangan, akhirnya berhasil pula kuraih 15 bintang itu, bahkan di pertemuan X aku sudah dapat memastikannya. Namun, bukan itu kebanggaan yang akan kukenang nanti. Kebanggaan telah diajar Ibu Niknik, kebanggaan menyerap ilmu Bahasa Indonesia, kebanggaan bahwa aku pernah dipercaya Ibu Niknik untuk menjadi salah satu pengisi acaranya yang akan selalu kukenang.”

c. Yosia Elim, NIM 08110110025, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN


“Belajar Bahasa Indonesia memang sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, bahkan ketika seorang Indonesia masih di dalam kandungan. Hal ini disebabkan masyarakat sekitar yang menggunakan bahasa Indonesia. UMN juga menetapkan mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa dari setiap jurusan. Saya juga mendapatkan mata kuliah tersebut.

Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti mata kuliah tersebut. Suasana belajar yang berbeda membuat saya merasa nyaman belajar bahasa Indonesia. Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti kuliah Bahasa Indonesia semester enam yang diajar oleh Ibu Niknik. Suasana tersebut dikembangkan lagi oleh dosen Bahasa Indonesia yang sangat teliti saya menjadi lebih tertantang dengan membuat ketentuan 20 bintang.

Awalnya saya merasa ragu akan mendapat jaminan nilai A untuk mata kuliah ini. Namun, setelah melewati mata kuluiah Bahasa Indonesia ini, saya dapat mencapai target 20 bintang tersebut. Rasa senang memenuhi hati saya. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada Ibu Niknik karena telah mengajar Bahasa Indonesia dengan suasana yang senang dan penuh tantangan sehingga saya dapat memahami bahasa Indonesia lebih dari yang telah saya pahami.

Saya teringat satu hal yang telah saya praktikkan dalam kehidupan saya mengenai bagaimana cara berbicara di depan banyak orang agar orang lain menaruh perhatian pada topik pembicaraan kita. Cara agar orang lain mendengarkan kita saat kita melakukan presentasi adalah dengan membuat suasana tenang lebih dulu. “Diam” adalah salah satu cara menarik perhatian orang lain. Setelah para pendengar menaruh perhatian pada kita, tebarkan senyum yang paling manis agar orang lain merasakan kehangatan dari kita sebelum kita menyampaikan topik presentasi kita. Kalimat pembuka adalah kunci agar orang lain memerhatikan kita. Oleh sebab itu, bukalah sesuatu dengan hal yang misterius agar orang lain tetap memerhatikan kita karena mereka ingin tahu apa kelanjutan dari topik yang kita sampaikan. Masih banyak hal-hal yang saya rasakan di saat saya belajar bahasa indonesia bersama Ibu Niknik.”


d. Edwin, NIM 09110110109, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN

“Terima kasih untuk Bu Niknik karena dalam satu semester ini telah banyak memberikan pengetahuan tentang bahasa Indonesia. Saya menyadari banyak hal-hal yang tadinya saya gunakan, tetapi salah dan sekarang saya lebih mengerti dan paham tentang bahasa Indonesia. Bisa dibilang seorang Bu Niknik dosen yang paling baik karena dalam satu semester tidak pernah marah maupun mengeluh dan sekarang memberikan bonus kepada mahasiswanya untuk tidak mengikuti UAS, tapi tentunya dengan persyaratan yang telah ditentukan. Sepertinya sangat jarang ada dosen seperti Bu Niknik.

Memang untuk mendapatkan hasil seperti ini tidak mudah, harus mendapatkan bintang sebanyak 15, tetapi dengan cara inilah para mahasiswa mendapatkan pelajaran lebih baik. Banyak yang bilang sebenarnya belajar teori itu tidak terlalu penting bila tidak berbarengan dengan praktiknya. Oleh karena itu, dengan pembelajaran yang Ibu berikan seperti kemarin-kemarin saya yakin membuat mahasiswa semakin lebih mengerti dan semangat karena langsung mempraktikan dan langsung berdiskusi. Dengan pembelajaran seperti itu pun membuat kita para mahasiswa tidak mengantuk, apalagi kami belajar dari pukul 2 siang sampai pukul 5 sore, itu merupakan jam mengantuk tetapi dengan belajar yang ditetapkan Bu Niknik, kami semua dapat semangat dalam belajar.

Terima kasih untuk kesekian kalinya karena Bu Niknik telah memberikan banyak inspirasi yang tentunya pengetahuan yang nantinya berguna bagi pembuatan skripsi saya nanti. Seperti peribahasa “Tak Ada Gading yang tak Retak” oleh karena itu saya juga meminta maaf bila saya ada kesalahan terhadap Bu Niknik selama satu semester. Pengalaman dan kebersamaan selama ini tidak akan saya lupakan dan juga tidak ada manusia yang sempurna yang mengartikan mungkin masih banyak pengetahuan tentang bahasa Indonesia yang belum saya pahami sehingga nantinya bila saya ingin meminta bantuan kepada Ibu Niknik untuk pembuatan skripsi atau yang lainnya, Ibu Niknik bisa membantu saya. Terima kasih atas bimbingannya, Bu.”


e. Cut Astrid Zuhra, NIM 09120210088, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN




“Ibu Niknik, terima kasih telah memberikan saya lima belas bintang. Meskipun, di saat pertemuan terakhir total bintang saya empat belas, melalui situs jejaring sosial FB memberitahukan bahwa saya dan empat teman sekelas saya berhak mendapatkan bintang lagi. Apakah ini sesuai janji Ibu bahwa bintang tersebut dari hasil presentasi? Saya juga ingin berterima kasih lagi untuk satu semester ini. Baru kali ini saya merasakan pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat menarik.

Saya sungguh bersemangat di setiap pertemuan. Kuis Bintang-Bintang dan saat presentasi adalah saat semangat saya memuncak. Saya sering mengucapkan “terus” sewaktu kuis tersebut, tetapi saya tetap bersemangat hingga akhirnya kelompok saya berhasil mendapatkan tiga bintang. Kemudian saat presentasi, saya mempresentasikan hal yang sangat saya sukai. Ibu memperbolehkan kami mempresentasikan hal yang kami sukai. Ibu memperbolehkan kami mempresentasikan tentang apapun. Karena itu, semangat saya benar-benar tinggi saat melakukan presentasi.”



f. Dea Adeline, NIM 091202187, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN

“Pernahkah Anda merasa sangat bosan dengan pelajaran Bahasa Indonesia? Ya, saya pernah, dan saya mengalaminya berulang kali. Saat pertama kali mengetahui bahwa di semester II ini saya akan mendapatkan mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan bobot 3 sks, saya merasa malas. Saya berpikir tiap minggunya saya akan mengalami 3 jam penuh dengan kejenuhan. Namun, pemikiran saya langsung berubah saat kelas pertama Bahasa Indonesia. Dosen saya meminta kelas untuk menuliskan nama beserta gelar yang diinginkan kelak, perusahaan yang kami impikan, jumlah gaji yang kami kehendaki, dan hal apa yang kami harapkan dari kelas Bahasa Indonesia. Saya dan teman-teman tidak pernah berpikir bahwa apa yang kami tuliskan akan diberi nilai. Kertas kami dikumpulkan kemudian dikembalikan lagi dengan sangat cepat. Sang dosen mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari kami yang menulis dengan penulisan EYD yang tepat. Perkataan tersebut menyadarkan saya bahwa dalam menuliskan hal-hal yang sepele pun saya harus membiasakan diri saya untuk memerhatikan kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Ibu dosen kemudian menjelaskan sistem bintang yang akan diterapkan selama perkuliahan satu semester. Setiap tugas akan dinilai dengan bintang. Bagi mahasiswa yang berhasil meraih 15 bintang, pada akhir semester tidak perlu lagi mengikuti UAS dan ada jaminan akan mendapatkan nilai A. Wah!! Pikir saya, hal ini sungguh menyenangkan. Ternyata, teman-teman juga sangat bersemangat untuk meraih bintang.

Pertemuan demi pertemuan pun kami lalui dengan berbagai tugas yang menjanjikan bintang-bintang. Ada kuis kelompok bintang-bintang yang sangat lucu dan menegangkan, ada tugas membuat surat dan karangan, hingga tugas untuk menyajikan presentasi yang tidak membosankan. Ternyata, untuk meraih sbuah bintang bukan pekerjaan yang mudah. Dosen saya memiliki satu kelemahan, yakni terlalu teliti bila mengoreksi (?).

Oh ya apakah saya sudah menyebutkan nama dosen saya? Namanya Ibu Niknik. Beliau sangat cantik dan modis. Ditambah dengan sifat ramah dan baiknya, Ibu Niknik terlihat begitu berwibawa. Terima kasih Ibu Niknik, atas pengajaran ibu selama satu semester ini. Belajar Bahasa Indonesia tidak akan terasa sangat menyenangkan seperti ini tanpa Ibu. Semoga Ibu sukses selalu dalam pekerjaan dan kehidupan Ibu. Semoga Saatirah II bisa cepat rilis lagi. Sekali lagi terima kasih Ibu untuk 15 bintangnya. Aku sayang Ibu Niknik. Tuhan memberkati.”



g. Erin Widyo Putri, 091220110136, Prodi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, UMN



“ Bu saya sudah mendapatkan 15 bintang. Terima kasih. Terima kasih ya Bu. Sudah memudahkan saya dalam ujian. Beban saya dapat berkurang satu mata kuliah. Dengan cara sistem bintang sangat memotivasi saya dalam proses pembelajaran sehari-hari.”

Penilaian dengan teknik “Bintang-Bintang” ini saya terapkan pula saat saya menjadi narasumber di beberapa lokakarya, tetapi tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi para peserta dan ruangan yang tersedia, yakni di
1. lokakarya Pusdilat Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Jakarta pada 19 – 21 April 2011,
2. lokakarya “Komunikasi yang Didengar dan Diteladani” pada 21 Mei 2011, di Universitas Multimedia Nusantara,
3. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus” yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Universitas Trisakti pada 17 Juni 2010,
4. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus bagi Ketua Jurusan dan Kepala Biro” yang diselenggarakan oleh Lembaga Budaya, Universitas Trisakti pada 11 November 2009,
5. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus bagi Karyawan” yang diselenggarakan oleh Lembaga Budaya, Universitas Trisakti pada 12 Agustus 2009, dan
6. semiloka “Kesantunan Bahasa Indonesia pada Kegiatan Administrasi Sekolah” yang diselenggarakan oleh Sekolah Dian Harapan seluruh Indonesia pada 10 -11 Juli 2009.
Respons peserta seminar atau lokakkarya, juga panitia sangat baik. Metode ini sangat unik dan membuat suasana baru, lebih semangat, dan tidak membosankan. (Pada Lembar Penilaian, saya mendapatkan nilai “Sangat Memuaskan”). Tentu saya senang dan bersyukur bisa membuat orang lain bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia.

d. Contoh Penerapan Entertaining Methode
1) Untuk mengajarkan Kesantunan Ejaan, bila dilakukan dengan metode ceramah sungguh sangat membosankan. Oleh karena itu, saya menerapkan metode hibur dengan Kuis Bintang-Bintang. Di awal perkuliahan saya minta mereka membagi kelompok menjadi lima. Setiap kelompok harus memberi nama dengan kata ulang semu. Kemudian, setiap kelompok diminta untuk menyiapkan yel-yel yang berhubungan dengan bahasa Indonesia secara spontan dengan waktu yang terbatas. Situasi seperti ini, menempatkan mahasiswa pada kondisi yang kritis, maka kreativitas akan muncul.

Langkah selanjutnya, mahasiswa diberi tugas membaca Ejaan Yang Disempurnakan secara cermat (EYD). Mau tidak mau mereka akan secara saksama dan ikhlas mau membaca bukun ejaan yang biasanya diindahkan. Kemudian, saya memberikan soal berupa kesalahan bahasa yang berhubungan dengan kesantunan ejaan (berupa gambar dan teks). Setiap kelompok wajib menyediakan satu orang juru bicara untuk menjawab soal secara lisan. Ada ranjau yang bisa membuat permainan berhenti sesaat, yakni saat mahasiswa menjelaskan jawaban, ia tidak boleh menggunakan kata “terus”. Kata ‘terus’ sengaja dijadikan ranjau agar mahasiswa sebagai orang yang sudah dewasa membiasakan diri tidak menggunakan ragam bahasa anak. Yang boleh digunakan adalah kata penghubung “selanjutnya”, “kemudian”, “lalu”, “berikutnya”, dll.
Selanjutnya, saya sebagai pembawa acara, memimpin Kuis Bintang-Bintang yang terdiri atas tiga babak. Babak pertama Kuis Gambar Kesalahan Bahasa, Babak II Kuis Teks Kesalahan Bahasa, dan Babak III Kuis Rebutan.

Setiap jawaban soal diberi nilai antara 10 sampai dengan 100. Kelompok pemenang pertama akan mendapatkan 3 bintang, kelompok pemenang II akan mendapatkan 2 bintang, dan kelompok pemenang III akan mendapatkan 1 bintang. Di awal acara saya mengingatkan mereka agar sebelum menjawab wajib menampilkan yel-yel agar kekompakkan kelompok terjaga dan mengingatkan agar mahasiswa berhati-hati terkena ranjau.

(Tentu bisa membayangkan seperti apa keramaian mereka di ruang kuliah yang saya ampu.)

2) Cara lain untuk mengajarkan Kesantunan Ejaan, saya meminta mereka secara berkelompok memotret kesalahan bahasa di ruang publik selama seminggu. Kesalahan harus bervariasi. Setiap kelompok wajib menyerahkan 50 – 100 kesalahan bahasa pada papan iklan, nama jalan, papan nama perusahaan, papan nama toko, dll. Sungguh tidak sulit menerapkan tugas ini karena mereka rerata memegang telepon seluler yang berkamera. Dengan adanya tugas ini, mahasiswa mempunyai kepekaan terhadap kesalahan bahasa di ruang publik.

Setelah menemukan kesalahan bahasa, setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil temuannya dan menjelaskan bagaimana bentuk kesalahan yang benar menurut EYD.

Selama lima tahun terakhir ini, metode ini saya terapkan pada mahasiswa dan bisa dikatakan cukup berhasil membuat mahasiswa semangat belajar bahasa Indonesia. Metode ini semakin kuat setelah saya mengikuti
1. Lokakarya Pengajaran Bahasa Indonesia yang Menarik di APBIPA Bali pada 8 – 12 Juni 2009.
2. Seminar Sehari “Pembelajaranyang Menggugah dan Menyenangkan” di Pusat Bahasa Universitas Trisakti pada 24 Juli 2010.


Dampak Pengembangan Kualitas Pengajaran melalui Metode Hibur, Pengembangan Soft Skill, Penerapan Evaluasi yang Menantang

Alhamdulillah, segala usaha kreatif yang sudah saya jalankan dalam dunia pendidikan, terutama dalam perkuliahan Bahasa Indonesia tidak sia-sia. Saya bersyukur dan merasa puas karena mahasiswa yang saya ajar juga menunjukkan hasil yang baik. Dampak penerapan metode hibur ini cukup mengesankan dan membuat mahasiswa lebih bersemangat dalam belajar Bahasa Indonesia.

Kehadiran mahasiswa pada mata kuliah yang saya ajar menunjukkan kehadiran yang lebih banyak daripada mata kuliah yang diajar oleh dosen lain. Mereka tepat hadir di ruang kelas bukan karena taat aturan, melainkan karena mulai memcintai mata kuliah Bahas Indonesia. Mereka sangat rugi bila terlambat atau tidak masuk dalam mata kuliah saya. Terlambat berarti rugi tidak menyaksikan penampoilan saya di 30 – 60 menit pertama, tidak masuk kuliah berarti peluang mendapatkan bintang lewat.

Selain itu, saya merasakan bahwa perkuliahan Bahasa Indonesia menjadi lebih interaktif, inovatif, efektif, dan atraktif.

Di akhir perkuliahan saat mahasiswa meningglkan ruang kuliah, secara serentak sebagian dari mereka mengerumuni saya dan mengajak saya berdiskusi tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yang membosankan yang pernah mereka dapatkan selama 12 tahun. Mereka setelah diajar oleh saya baru merasakan bahwa mereka betul-betul belajar bahasa Indonesia.

Berkali-kali ucapan terima kasih disampaikan oleh mahasiswa sambil sedikit membungkuk ketika meninggalkan ruang belajar. Saya yakin, ucapan itu bukanlah basa-basi, melainkan ucapan yang tulus atas kenyamanan mereka telah belajar bersama saya.

Penilaian terhadap saya akan lebih objektif bila mahasiswalah yang berbicara. Berikut adalah testimoni dari beberapa mahasiswa tentang metode belajar yang saya terapkan.

a. Wendy, NIM 08110110013, Prodi Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN



”Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir” slogan inilah yang dipakai oleh seseorang bernama Niknik M. Kuntarto dalam belajar dan mengajar Bahasa Indonesia. Orang yag lahir di Majalengka ini mempunyai cara mengajar yang unik dari dosen lain yang ada di kampus UMN ini. Yang pasti Ibu Niknik dengan cara mengajar yang sangat unik dari dosen lain yang ada di kampus UMN ini. Yang pasti Bu Niknik dengan cara belajar dan mengajar yang unik ini mengajar bagaikan oase di gurun pasir bernama Teknik Informatika.

Apa sih yang membuat unik? Bayangkan saja Bahasa Indonesia yang harusnya menjadi beban di mata saya sebagai seorang programmer bisa disulap menjadi pelajaran yang cukup menarik dan dinanti-nanti (Tidak bermaksud membesar-besarkan lho! Memang faktanya begitu) Ditambah lagi dengan kepribadian Bu Niknik yang cukup unik yaitu (maaf) mesum! Bisa mencampurkan “elemen” mesum tepat pada waktunya sehingga membuat orang lain tertawa. Sungguh satu hal yang unik bukan?

Namun, di balik semua hal yang baik ini, ada juga hal buruk yang membuat orang lain merasa tertantang. Apakah itu? Itu adalah “Kuis Bintang-bintang” ala Bu Niknik. Kuis ini buruk karena membuat kami yang merasa mahasiswa tertantang untuk menggapai bintang yang bisa diraih.”
b. Yosia Elim, NIM 08110110025, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Belajar Bahasa Indonesia memang sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, bahkan ketika seorang Indonesia masih di dalam kandungan. Hal ini disebabkan masyarakat sekitar yang menggunakan bahasa Indonesia. UMN juga menetapkan mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa dari setiap jurusan. Saya juga mendapatkan mata kuliah tersebut.

Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti mata kuliah tersebut. Suasana belajar yang berbeda membuat saya merasa nyaman belajar bahasa Indonesia. Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti kuliah Bahasa Indonesia semester enam yang diajar oleh Ibu Niknik. Suasana tersebut dikembangkan lagi oleh dosen Bahasa Indonesia yang sangat teliti saya menjadi lebih tertantang dengan membuat ketentuan 20 bintang.

Awalnya saya merasa ragu akan mendapat jaminan nilai A untuk mata kuliah ini. Namun, setelah melewati mata kuluiah Bahasa Indonesia ini, saya dapat mencapai target 20 bintang tersebut. Rasa senang memenuhi hati saya. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada Ibu Niknik karena telah mengajar Bahasa Indonesia dengan suasana yang senang dan penuh tantangan sehingga saya dapat memahami bahasa Indonesia lebih dari yang telah saya pahami.

Saya teringat satu hal yang telah saya praktikkan dalam kehidupan saya mengenai bagaimana cara berbicara di depan banyak orang agar orang lain menaruh perhatian pada topik pembicaraan kita. Cara agar orang lain mendengarkan kita saat kita melakukan presentasi adalah dengan membuat suasana tenang lebih dulu. “Diam” adalah salah satu cara menarik perhatian orang lain. Setelah para pendengar menaruh perhatian pada kita, tebarkan senyum yang paling manis agar orang lain merasakan kehangatan dari kita sebelum kita menyampaikan topik presentasi kita. Kalimat pembuka adalah kunci agar orang lain memerhatikan kita. Oleh sebab itu, bukalah sesuatu dengan hal yang misterius agar orang lain tetap memerhatikan kita karena mereka ingin tahu apa kelanjutan dari topik yang kita sampaikan. Masih banyak hal-hal yang saya rasakan di saat saya belajar bahasa indonesia bersama Ibu Niknik.”

c. Sofyan Fradenza Adi, NIM 08110110048, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN



“Dosen yang penuh dengan kreativitas sehingga mampu membawa suasana belajar menjadi menarik, menyenangkan, dan mengasyikkan. Selain itu metode yang digunakan sangat efektif dan atraktif untuk diterapkan di dalam kela., Baru kali ini saya sebagai pelajar tidak pernah mengantuk ketika belajar di dalam kelas. Hal tersebut sangat memengaruhi banyaknya materi yang mampu diserap oleh seorang mahasiswa. Dosen yang penuh kasih sayang kepada seluruh mahasiswanya. Saya tidak pernah mendengar Ibu Niknik marah. Walaupun ada mahasiswa yang berbuat salah, tetapi beliau hanya memberikan teguran lembut yang disertai nasihat bijak dan bermanfaat.

Selain itu, Ibu selalu sabar kepada mahasiswanya yang sering bertanya tidak pernah merasa risih, bosan, ataupun terganggu dengan kedatangan mahasiswa. Hal itu membuat mahasiswa merasa nyaman dengan Ibu Niknik. Tetaplah seperti ini menjadi dosen yang kreatif dan penuh kasih sayang. Jangan pernah bosan atau berubah agar mahasiswa selanjutnya yang akan diajar oleh ibu merasakan hal yang sama seperti kita.Coba saja dosen jurusan Teknik Informatika bisa menjadi seperti Ibu, pastilah mata kuliah yang rumit dan memusingkan bisa menjadi menarik dan menyenangkan.”


d. Kevin Malviyanto, NIM 09110210013, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN



“Seperti matahari yang selalu bersinar hangat sama seperti dosenku yang selalu memberikan kehangatan dan memberikan aku pengetahuan akan bahasa Indonesia. Seperti bulan yang menerangi malam sama seperti dosenku yang selalu ada di saat aku bingung dan bertanya di saat kau tidak mengerti. Seperti bintang yang menghiasi malam sama seperti dosenku yang selalu membawa hal yang membuatku senang dan mengubah hariku menjadi lebih terang. Seperti bunga yang harum dan indah sama seperti dosenku yang selalu membuat suasana menjadi harum dan indah. Itulah dosenku Bu Niknik M. Kuntarto.”

e. Rita Yudiana, NIM 09130210012, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMN
“Guruku, bintangku sudah mencapai 15. Terima kasih guruku. Tanpamu aku tidak berarti apa-apa. Terima kasih untuk pengajaranmu selama ini. Engkau telah menuangkan sejuta ilmu pengetahuan untuk murid-muridmu. Jasa yang engkau berikan untukku, pasti kan selalu tersirat di hati kecilku. Selalu kukenang. Senyum yang telah kau lontarkan di setiap bertemu murid-muridmu, merupakan sebuah gambaran pribadi yang selalu tersenyum, senang, dan gembira. Tak pernah tersirat kesedihan di hatiku saatku mengenalmu. Terkadang, aku selalu teringat akan bundaku saat aku melihatmu guruku. Pribadi yang sempurna dan senyum yang selalu tergambar meskipun hati sedang sedih. Pengobananmu, jasamu, kasih sayangmu, terhadap aku dan mahasiswa–mahasiswa lain pasti kan selalu terkenang sepanjang masa. Materi pembelajaran yag tidak pernah aku dapat sebelumnya adalah tentang kerja, interview pada saat kita kerja. Itu benar-benar materi yang menarik dan membantuku mengerti apa yang akan dilakukan pada saat aku melamar pekerjaan, terima kasih Bu Niknik.”


f. Thres Karania, NIM 09120210061, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN



“Ibu Niknik yang cantik, saya sudah mendapatkan 15 bintang. Terima kasih Bu Niknik! Bersama Bu Niknik pelajaran Bahasa Indonesia jadi tak membosakan. Pertahankan terus gaya mengajar yang sangat interaktif itu, Bu. Generasi penerus bangsa semakin cinta bahasa Indonesia, itu pasti karena Bu Niknik.”

g. Adrienne Olivia, NIM 09120210085, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN



“Bu Niknik terima kasih buat pelajara Bahasa Indonesia yang begitu berkesan ini. Dengan sistem pengajaran yang Ibu buat, kuliah Bahasa Indonesia tidak seperti kuliah. Saya tidak perlu belajar, cukup mendengarkan Bu Niknik dan mengerjakan tugasnya, saya dapat mengerti pelajaran ini dengan baik. Harus saya akui bahwa Bu Niknik adalah pengajar Bahasa Indonesia tercangggih yang pernah mengajar saya selama belasan tahun saya belajar bahasa Indonesia baru di perkuliahan ini saya menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang terstruktur, tidak abstrak seperti yang saya asumsikan sebelumnya. Gaya bahasa Bu Niknik juga sungguh mengasyikan. Formal tapi menarik. Di kelas Ibu, saya juga sangat senang karena Ibu sering menceritakan hal-hal seputar pengalaman ibu yang mungkin simpel, tapi sangat berguna untruk saya jadikan referensi hidup. Terima kasih dosenku, Bu Niknik yang telah membuat mata kuliah Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah yang paling seru.”


h. B. Paramita, NIM 09120210054, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“ Hujan di pagi hari. Melambungkan pikiranku. Kuteringat masa-masa indah kala itu. Kala aku berada di kelas Bahasa Indonesia. Terlintas pertanyaan itu. Cintakah aku pada bahasa Indonesia? Mulut ini tak mampu menjawab. Bencikah aku pada bahasa Indonesia? Lagi-lagi aku dibuatnya terdiam. Tapi itu dulu. Kala aku belum mengenalmu.
Kali ini aku berbeda. Aku dapat menjawab dengan tegas. Ya. Aku cinta bahasa Indonesia. Ini tak terjadi begitu saja. Itu semua terjadi berkat bimbinganmu. Kehadiranmu mengubah duniaku. Bimbingan dan ajaranmu akan selalu terukir di hatiku. Tanpamu aku tak akan seperti ini. Terima kasih, Ibu Niknik. Dosenku tercinta.”



i. Juwita Aldiani, NIM 09120110270, Podi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, UMN.



“ Aku pikir kuliah Bahasa Indonesia itu membosankan. Penuh dengan tugas dan masalah. Penuh keluh dan kesah. Namun, setelah bertemu Ibu Niknik, pikiranku tentang hal itu hilang. Semua terasa indah, senang, dan riang. Aku selalu menunggu hari Jumat tiba. Apalagi melihat keceriaan anak-anak Ilkom G. Sungguh membuat hari-hari indah. Keceriaan itu akan selalu kurindukan. Ibu Niknik, aku sangat menyayangimu. Dengan penuh perjuangan yang begitu keras, alhamdulillah aku berhasil mendapatkan 16 bintang itu. Terima kasih, Ibu Niknik.”