Kamis, 05 Agustus 2010

Resensi Saatirah Karya Niknik M. Kuntarto

PENGARUH SRI SUMARAH
PADA SAATIRAH DAN BENTUK PERLAWANANNYA
Oleh : Edi Sutarto


Judul Novel : Saatirah
Penulis : Niknik M. Kuntarto
Penerbit : Grasindo
Waktu Terbit : Mei 2010
Halaman : 191


Apa yang akan kita lakukan bila di usia penikahan yang kesepuluh, menemukan puisi cinta di BlackBerry pasangan kita? Puisi itu adalah puisi perselingkuhannya.
Apa yang akan kita lakukan bila mendapati pasangan kita meminta izin memiliki kekasih baru? Jawabannya pasti beragam dan ujung dari jawaban atas pertanyaan ini, umumnya adalah cerai.
Apa yang akan kita lakukan bila kita tahu pasangan kita selingkuh, lalu di luar sana ada sosok lain yang lebih muda usia dan lajang memenuhi selera kita menyatakan cinta kepada kita? Apa yang akan kita lakukan bila ternyata sosok muda usia ini memiliki hasrat bercinta yang menggebu? Kesempatan bercinta itu terbuka, baik di dalam mobil atau di kamar vila. Jawabannya pasti beragam pula dan dapat dipastikan akan lebih banyak mengatakan, “Kenapa tidak? Toh, pasangan kita juga melakukannya.”
Kenyataan tersebut dialami oleh tokoh protagonis dalam novel Saatirah. Novel ini menggunakan sudut pandang ketiga. Kisahnya tentang seorang perempuan bernama Saatirah yang dihujam pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi ia memilih jawaban yang unik. Ia justru menyebrangi jawaban pada umumnya yang dipastikan diambil oleh kebanyakan orang. Sebagian besar pembaca pasti akan gregetan dan menuduh Saatirah sebagai sosok yang naïf, bahkan mungkin sangat naif. Namun, pilihan sikapnya yang tidak umum itulah yang menjadikan Saatirah bukan perempuan biasa.
Kisah langsung menyuguhkan konflik, bermula dari terkuaknya perselingkuhan Andro, suami Saatirah, karena puisi cinta di BlackBerry-nya. Cinta Andro kepada sekretarisnya sendiri yang bernama Shintia. Seketika, lara tentu meremas hati Saatirah dan meluluhlantakkan kepercayaannya, ini hal yang sangat manusiawi, tetapi Saatirah mampu mengendalikan diri, bahkan mempersipkan diri dengan kemungkinan lain yang lebih menyakitkan hatinya. Benar, selang beberapa hari kisah berlajut makin lara. Di antara deras hujan yang menyergap-nyergap, satu malam Andro minta izin pada Saatirah untuk memacari sekretarisnya itu. Alasannya karena Shintia mampu memotivasi kinerjanya di kantor, Andro berjanji hanya sekadar nonton atau makan bersama. Dengan hati yang remuk, Satirah mengizinkan. Kelak janji itu diingkari, bahkan Andro dalam banyak hal lebih membela Shintia. Tentu Saatirah melakukan perlawanan.
Perlawanan yang dilakukannya justru perlawanan kedalam, ia mencoba instropeksi diri, apa yang kurang di dirinya ia benahi. Sebuah perlawanan yang tentu jarang dilakukan oleh kebanyakan orang bila dalam kondisi yang demikian. Ia terus memperbaiki diri, baik di dalam rumah tangga sebagai istri dan seorang ibu dari kedua anaknya maupun dalam kariernya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi yang cukup terkemuka di Jakarta dan Tangerang. Beberapa buku ditulisnya untuk referensi perkuliahan yang ia ampu, tidak berhenti di situ, Ia bahkan mampu menjadi narasumber yang handal dalam bidangnya.
Agaknya, Niknik M. Kuntarto dalam novelnya ini sangat terpengaruh kisah Sri Sumarah, cerpen karya Umar Kayam. Beberapa kali ia menukil kisah Sri Sumarah sebagai pembanding peristiwa dalam Saatirah. Niknik, ingin mengejahwantahkan karakter Saatirah dari makna nama tokoh utamanya ini seperti yang diurai dalam bab “Puisi Lara Itu adalah Satirah”. Ibunya berujar, “Saatirah adalah nama yang indah. Nama itu diambil dari bahasa Arab yang berarti perempuan, sabar, soleh dan mulia yang berbakti pada suaminya. Saatirah berarti juga perempuan yang selalu menjaga kehormatan suami dan menutupi aib suaminya.” Rupanya dari nama Saatirah inilah kisah berkembang bagai spiral. Persis seperti cerpen Umar Kayam tersebut. Kisah berkembang dari nama Sri Sumarah. Sumarah yang artinya menyerah, terserah, atau pasrah. Sikap ini diajarkan oleh neneknya. Sikap sumarah diterjemahkan Sri sebagai kepasrahan ketika dijodohkan neneknya dengan Mas Marto, suaminya. Sang Neneknya pula yang mengajarkan bagaimana menyikapi seluruh dinamika rumah tangganya dengan kepasrahan.
Dalam Saatirah, nilai tentang kepasrahan itu diajarkan langsung oleh ibunya sendiri. Dalam hal pernikahan, meski Saatirah melalui proses berpacaran dengan Andro, tetap saja peran ibunya sangat kuat sehingga Saatirah termotivasi untuk menikah dengan Andro. Di kemudian hari, begitu dinamika rumah tangganya mengalami pasang surut, ia tetap menjalankan ajaran sang ibunya, menyimpan pahit getirnya berumah tangga di bilik hatinya sendiri, sangat rapat, bahkan kepada ibunya. Di saat-saat ia terpuruk, bayang-bayang ibunyalah yang selalu hadir dan menjadi obat penawar.
Nama tokoh Saatirah menjadi simbol yang menyatakan gambaran sikap seorang istri yang unik bila dibandingkan dengan para perempuan umumnya dalam menanggapi kehidupan rumah tangganya. Ia tidak reaktif minta cerai saat tahu suaminya selingkuh, namun ia melakukan usaha-usaha agar suaminya sadar atas kekeliruannya. Ia juga mempertimbangkan nasib baik anak-anaknya sebagai lebih prioritas dibanding egonya.
Peristiwa yang dialaminya, baik manis maupun pahit dihadapi dengan penerimaan hati yang ikhlas. Dengan rendah hati, Saatirah menerimanya atas dasar pengertian dan keterbukaan. Pengertian berarti memahami maksud terjadinya segala peristiwa yang dialami, sedangkan keterbukaan berarti tidak menutup diri terhadap peristiwa yang dialaminya itu. Sikap nerima yang Saatirah lakukan tetap rasional, sehingga tidak terpuruk dan menentang secara percuma. Sikap inilah yang menurut hemat penulis sebagai esensi perlawanan Saatirah terhadap kenyataan yang menderanya.
Saat suaminya di PHK, ia tetap berusaha menjaga keutuhan rumah tangga dengan cara ia yang sepenuhya mencari nafkah dengan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Dari sebagaian honornya serta pinjaman dana dari kakaknya, ia menutupi hutang-hutang suaminya. Reaksi yang dilakukan tokoh utama dalam peristiwa yang demikian adalah reaksi yang saatirah. Ia tidak menyerah begitu saja, melainkan ia mengambil langkah untuk bekerja lebih keras. Caranya dengan mengajar di berbagai perguruan tinggi, menulis buku-buku, bahkan menjadi narasumber dalam beberapa kegiatan.
Pengaruh kuat cerpen Sri Sumarah pada Niknik dapat kita lihat kembali pada perilaku kepatuhan Sri dalam menjalani masa 12 tahun perkawinan dengan Mas Marto. Salah satu yang membuat hubungan perkawinan mereka awet adalah kemampuan Sri memijat. Ini adalah bentuk laku bakti Sri pada suami. Dalam novel Niknik ini, tokoh Saatirah juga memiliki kepandaian memijat dan perilaku yang sama, memijat suaminya menjelang tidur meskipun dalam keadaan tidak akur.
Kesamaan lain, meskipun dalam peristiwa yang berbeda adalah saat tokoh Sri ber-sumarah dalam bentuk kesetiaan yang ditunjukkan Sri saat menolak lamaran Pak Carik. Lamaran ini datang setelah ia ditinggal mati Mas Marto. Janda mana yang akan menolak lamaran seorang carik dengan harta yang berlimpah? Jawabnya adalah Sri Sumarah. Ia menolak karena cinta sejatinya adalah pada Mas Marto. Dalam novel Saatirah, meskipun tokoh protagonis dihianati oleh suaminya dengan perselingkuhan-perselingkuhannya, ia tetap menolak kehadiran Tora. Seorang mahasiswa yang sangat memenuhi seleranya. Saatirah masih setia pada suaminya. Saatirah masih saatirah bahkan ketika orang yang dicintainya telah menghianatinya. Ini pasti menjadi perlawanan yang luar biasa bagi Saatirah.
Peristiwa Saatirah yang timbul-tenggelam tergoda pada Tora, sosok muda, tampan, dan gagah menjadi bumbu cerita yang menarik dalam novel ini. Mungkin pembaca akan mempertanyakan kembali tentang citra Saatirah sebagai seorang istri bahkan dosen? Pada bagian ini, menurut hemat penulis sangat manusiawi, bahkan melalui kesadarannya atas makna kata saatirah, Saatirah tetap menjaga kesetiaannya pada suami. Sosok Tora ini pula yang menyisakan pekerjaan rumah bagi pembaca untuk terus menggulirkan kembaraan nimajinasinya. Di akhir novel ini, Saatirah usai menjenguk Andro yang baru diamputasi kakinya di rumah sakit mendapati puisi Tora di Wiper mobilnya. Isi puisi itu, Tora masih setia menanti cinta Saatirah. Bersatukah mereka? Kemungkinan itu sangat potensial, lantaran Saatirah sudah menjanda, jawabnya tentu terserah Niknik pada novel berikutnya.
Kelebihan novel ini yang sangat menonjol adalah gaya bertutur Niknik yang begitu puitis meskipun dalam keadaan lara yang mengiris hati. Hemat penulis, Niknik melalui novelnya ini, tak urung menjadi penyair, bahkan dalam judul bab pun menggunakan puisi, misal bab 1 “Puisi Itu”, pada bab 2 “Puisi Lara itu”, dan seterusnya. Gaya bertutur Niknik yang indah ini pun penulis pandang sebagai bentuk perlawanan terhadap kegetiran peristiwa yang dialami tokoh protagonis rekaannya.
Penulis adalah
Program Officer Yayasan Cahaya Guru dan dosen UMN

Minggu, 25 Juli 2010

Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia pada Kegiatan Menulis Akademik

Oleh: Niknik M. Kuntarto



Abstrak:
Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarah bangsanya. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari sejarah tercetuskannya Sumpah Pemuda adalah bukti bahwa bahasa Indonesia sanggup menjadi perekat bangsa. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia juga mampu memerankan fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana alat komunikasi, alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah “Apakah bahasa Indonesia yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?”

Kata Kunci: kaidah bahasa, kata baku, kalimat efektif

1. Pendahuluan
Terdapat dua fenomena yang menarik pada abad ke-21, pertama yaitu isu globalisasi yang berkaitan erat dengan era perdagangan bebas yang tidak mengenal lagi batas-batas negara dan ini berarti komunikasi memegang peranan penting dalam harmonisasi bisnis di antara mereka yang berlatar budaya berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi. Fenomena yang kedua adalah timbulnya keengganan masyarakat Indonesia mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di samping itu, cenderung di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahwa dengan menggunakan bahasa asing akan lebih baik atau lebih prestise dibanding menggunakan bahasa Indonesia.
Kedua fenomena ini mempunyai kaitan yang erat dalam mengantisipasi dampak dari isu globalisasi. Di satu sisi masyarakat Indonesia harus membuka diri terhadap budaya asing termasuk bahasa. Sementara itu, di sisi lain masyarakat Indonesia juga dituntut tidak melupakan budaya dan bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa Indonesia.
Budaya dan bahasa asing sebagai bahasa pembanding perlu juga dipelajari. Apalagi dalam era globalisasi banyak perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik dan benar terhadap budaya dan bahasa agar kesalahpahaman dalam berkomunikasin dapat terhindarkan.
Dalam keadaan seperti itu, setiap individu dan organisasi, setiap dosen dan staf/ karyawan administrasi, setiap mahasiswa di Universitas Trisakti juga tentunya dituntut untuk inovatif agar dapat meningkatkan upaya pemerintah untuk melindungi dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Hal ini menuntut masyarakat dari segala lapisan mampu melakukan upaya-upaya inovatif, artinya piawai dalam menangkap peluang mengalihkan budaya hedonisme dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Pembahasan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘salah’ atau ‘kesalahan’ adalah ‘kekeliruan’, ‘kealpaan’, ‘tidak menaati kaidah’. Kemudian, Tarigan berpendapat, “Kesalahan adalah bagian konversi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa”. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa kesalahan adalah upaya sang pembelajar mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya atau yang diharapkannya, benar atau tepat tetapi sebenarnya salah atau tidak benar; kekeliruan; kealpaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah suatu hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang benar, yang sesuai dengan pedoman Ejaan Yang disempurnakan (EYD).
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa jenis tulisan seperti penulisan pada surat tugas, surat permohonan, surat keterangan, surat pengumuman, surat undangan, dan surat perjanjian yang dibuat oleh staf atau karyawan di beberapa universitas, saya menemukan beberapa kesalahan dan ketidaktepatan berbahasa, seperti penerapan ejaan yang salah, pilihan kata yang tidak baku, kalimat yang tidak efektif, paragraf yang tidak padu, dan konvensi penulisan yang tidak teratur. Ketidaktepatan ini tentu berpengaruh pada makna komunikasi yang akan dibangun.

2.1 Ketidaksantunan Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972. Ketidaksantunan ejaan pada makalah ini yaitu a) penggunaan tanda baca, b) penulisan kata depan, dan c) penulisan kata majemuk.
Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada saya, “Mengapa penulisan penyingkatan ‘Rupiah’ harus dipermasalahkan? Bukankah penyingkatan dengan tanda titik (Rp.) atau tanpa tanda titik (Rp) tidak akan membedakan pengertian?” Ketika itu, saya menjawab, “Penulisan Rp dan Rp. diibaratkan seperti dua orang mahasiswa (A dan B) memakai sepatu. Mahasiswa A memakai sepasang sepatu (kiri dan kanan), sedangkan mahasiswa B memakai sepatu, tetapi bagian kanan semua. Penulisan Rp (tanpa menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepasang sepatu (bagian kiri dan kanan), sedangkan penulisan Rp. (menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepatu bagian kanan semua. Pilihlah, Anda mau menjadi mahasiswa A atau B?
Untuk menjawab permasalahan ini sebetulnya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita mau menerapkan kaidah bahasa Indonesia atau tidak. Sama halnya ketika kita di jalan raya, apakah kita akan menaati rambu-rambu lalu lintas atau tidak, semuanya berpulang pada diri kita sendiri.
Menurut kaidah yang tercantum dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), selain tidak digunakan di belakang judul, timbangan, dan ukuran, tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan mata uang. Dengan demikian, penulisan singkatan Rupiah yang benar adalah Rp (tanpa menggunakan tanda titik). Perhatikan contoh penulisan Rp yang salah pada naskah tata tertib perpustakaan berikut ini.


Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp.500/buku untuk 1 jam

Bagaimanakah penulisan bagian surat tersebut? Ya, tentu salah. Inilah contoh penulisan yang benar.
Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp500/ buku untuk 1 jam

Selain tidak digunakan di belakang singkatan mata uang, tanda titik juga tidak digunakan di belakang singkatan nama lembaga yang semuanya menggunakan huruf kapital, seperti MPR, DPR, PT, CV, dan UMN. Pada buku panduan beberapa universitas terdapat ketidaktepatan ini.
Kunjungan ke PT. Indosat Divisi PR, dalam rangka Link and Match dengan dunia industri

Olii, Helena. 2007. Opini Publik. PT. Indeks
Abidin P, Zainal. 2006. Teknik Lobi dan Negosiasi. PT. Indeks
Pareno, Sam Abede, 2003, Manajemen Berita. PT. Papyrus.
Mufid, Muhamad, 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. PT. Prenada Media.
Sumadiria, Hans AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. PT. Remaja Rosdakarya. Offset – Bandung.
Rampan, Korrie Layun.2000. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Jakarta : PT.
Grasindo.
Heryanto, Ariel. 1985. Perdebatan Sastra dan Kontekstual.Jakarta: CV. Rajawali.
Ardial, 2009. Komunikasi Politik. PT. Indeks.
Ardiansyah,Yulian.2005.Tips dan Trik Fotografi. PT. Grasindo. Jakarta 2005


Dengan demikian, sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar, penulisan PT dan CV yang diakhiri tanda titik adalah salah. Jadi, tulislah PT Indosat, PT Indeks, PT Papyrus, PT Prenada Media, PT Remaja Rosdakarya, PT Grasindo, dan CV Rajawali tanpa menggunakan tanda titik di belakang singkatan PT atau CV.

Sementara itu, tanda titik hanya digunakan di belakang singkatan nama diri, gelar, ungkapan umum yang menggunakan huruf kecil, dan angka yang menyatakan jumlah. Penulisan nama dan gelar yang benar adalah
No. Penulisan Bentuk Salah Penulisan Bentuk Benar
1. DR. Romeo Andromeda, MA Dr. Romeo Andromeda, M.A.
2. DR. PM Kanigoro Dr. P.M. Kanigoro
3. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum.

Selain tanda baca titik, ketidaksantunan juga terdapat pada penggunaan tanda koma, seperti contoh berikut ini.
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.

Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan dan mengolah data hingga menyusun berita

Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.

Menurut kaidah EYD, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan dan jika princian lebih dari dua sebelum kata hubung dan dibubuhi tanda koma. Kemudian, tanda koma juga dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kali¬mat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi dan lain-lain. Namun, tanda koma tidak dipakai sebelum penulisan kata penghubung intra kalimat, kecuali tetapi, sedangkan, dan melainkan.
Dengan demikian, penulisan penggunaan tanda koma yang benar, yaitu
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika, dan estetika.

Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan, dan mengolah data hingga menyusun berita

Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.


Kemudian, ketidaksantunan ejaan terletak pada penyingkatan yang menggunakan huruf kecil dan lazim digunakan seperti sampai dengan, atas nama, dengan alamat, dan lain-lain. Menurut EYD singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
him. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. Yang terhormat

Namun, jika singkatan umum tersebut terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik si setiap akhir singkatan:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
Dengan demikian, penulisan seperti berikut ini salah.
Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s/d Jumat pukul 08.00 – 17.00


Penulisan yang benar adalah

Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s.d. Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s.d. Jumat pukul 08.00 – 17.00

Sering kali kita melihat penulisan yaitu, adalah, yakni, ialah yang diikuti tanda baca titik dua. Padahal, menurut EYD hal tersebut merupakan kemubaziran. Tanda baca titik dua (:) berarti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.
1. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.


Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu

1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.

Atau

3. Peraturan Peminjaman
b. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1) mengisi formulir peminjaman;
2) memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.

4. Peraturan Peminjaman
c. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.


Selanjutnya, ketidaksantunan ejaan terletak pada penulisan kata depan di dan awalan di-. Saya pernah mengatakan kepada mahasiswa bahwa ketidaksantunan ini merupakan ‘penyakit’ karena terlalu sering dilakukan oleh mahasiswa dan setelah diberi tahu tentang kesalahan tersebut, mahasiswa selalu mengulangi. Menurut EYD, penulisan kata depan di dan awalan di- dibedakan. Cara penulisan kata depan di dipisah dari kata tempat atau benda yang mengikuti, sedangkan penulisan awalan di- digabung dengan kata kerja atau sifat yang mengikuti. Dengan demikian, kesalahan pada kata kata diatas, dibawah, dan di serahkan dapat dikoreksi menjadi di atas, di bawah, dan diserahkan. Jika Anda tetap menulis di serahkan berarti serahkan adalah nama tempat. Baiklah, sekarang saya bertanya, di manakah daerah Serahkan itu? Perhatikan contoh kalimat dalam surat berikut ini.


No. Bentuk Salah Bentuk Benar
a. Bidang Jurnalistik multi media mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik dibidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika
Bidang Jurnalistik multimedia mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik di bidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika

b. Mampu melakukan riset ilmiah da melanjutkan kejenjang pendidikan yg lebih tinggi.
Mampu melakukan riset ilmiah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c. Kami mohon berkas tersebut di serahkan ke Bagian Administrasi Dosen.... Kami mohon berkas tersebut diserahkan ke Bagian Administrasi Dosen....
d. Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah di setujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah disetujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
e. Jika dikemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini
Jika di kemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini

f. Kami meminta ijin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada disekitar area Plaza gading Serpong. Kami meminta izin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada di sekitar area Plaza Gading Serpong.

Selain ketidaksantunan pada penulisan kata depan di dan penggunaan tanda baca, ketidaksantunan juga terletak pada penulisan kata majemuk atau gabungan. Berikut contoh ketidaksantunan tersebut.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Termakasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.
Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, dalam berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan narkoba, Universitas Andromeda akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berkompeten sebagai berikut:


Padahal, menurut EYD Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar, kambing hitam, kereta api cepat tuar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat, kerja sama, dan terima kasih.

Dengan demikian, penulisan yang benar seperti berikut ini.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerja sama Ibu dan Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Terma kasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.



Lain halnya, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, catur-tunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infra-struktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panitisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-lndonesia, pan-Afrikanisme
Perhatikan contoh ketidaksantunan pada bentuk bahasa berikut ini.
Bagaimanakah seharusnya?

a. Jurnalistik Multi Media
b. komunikasi verbal dan non verbal,
c. proses penulisan karya tulis fiksi dan non fiksi
d. konsep-konsep komunikasi antar budaya
e. ....hingga pasca produksi dengan multi media

2.2 Ketidaksantunan Diksi
Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Terdapat ketidaksantunan diksi dalam penulisan surat-menyurat pada administrasi kampus di beberapa universitas yang berhubungan dengan pilihan kata baku dan tidak baku. Berikut contohnya.

a. Tentu hal itu mengandung resiko yang tinggi...
b. Sidang praktek kerja/magang dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan program studi.
a. faktor yang mempengaruhi citra perusahaan
c. Seluruh mahasiswa Universitas Andromeda wajib mentaati larangan-larangan sebagai berikut:
d. Tidak diijinkan mengikuti suatu kegiatan ....
e. Topik karya tulis: Pengangguran Disinyalir Terus Meningkat
f. Rapat dosen akan diadakan pada jam 16.00 sampai dengan selesai.
g. ....metode dan program manajemen krisis untuk masing-masing organisasi,
h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep-konsep dasar sosiologi dan mampu mengkaitkannya dengan ilmu komunikasi..

Berdasarkan contoh di atas dapat diklasifikasikan penggunaan kata tidak baku, yaitu

Kata Tidak Baku Kata Baku
resiko risiko
ijin izin
praktek praktik
jam pukul
masing-masing organisasi tiap-tiap / setiap organisasi
mentaati menaati
mengkaitkan mengaitkan
mengkomunikasikan mengomunikasikan

Menurut kaidah bahasa Indonesia, pemilihan kata praktek yang diserap dari bahasa Belanda practical, practisch adalah salah, seharusnya praktik. Selain kata praktik, kata risiko juga diserap dari bahasa Inggris risk. Setelah disadur ke dalam bahasa Indonesia menjadi risiko. Kata izin juga diserap dari bahasa asing, yakni Arab. Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia kata tersebut menjadi izin, bukan ijin. Penyerapan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 146/U/2004 tentang Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Kata jam dan pukul masing-masing mempunyai makna sendiri, yang berbeda satu sama lain. Kata jam menunjukkan makna ”Masa atau jangka waktu”, sedangkan kata pukul mengandung pengertian ”saat atau waktu”. Dengan demikian, yang benar adalah pukul 10.00, bukan jam 10.00.
Kata tiap-tiap dan masing-masing mempunyai arti yang sangat mirip karena keduanya termasuk kata bilangan distributif. Namun, sebenarnya kedua kata tersebut berbeda. Kata tiap-tiap selalu diiringi atau diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing penggunaannya selalu didahului kata benda atau berdiri sendiri dan dapat juga digunakan pada akhir kalimat.
Selanjutnya, ketidaktepatan diksi terdapat pada pemilihan kata-kata yang mengalami peluluhan atau tidak, seperti kata mentaati, mengkaitkan, dan mengkomunikasikan . Kadang-kadang kita ragu dengan pilihan kata seperti berikut ini, mensukseskan atau menyukseskan, mempengaruhi atau memengaruhi, mentargetkan atau menargetkan, dan mengkoordinasi atau mengoordinasi. Sebenarnya, jika sudah memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita tidak akan mengalami keraguan. Peluluhan hanya terjadi ketika awalan me- menghadapi kata-kata yang berhuruf awal s, p, t, dan k. Dengan demikian, bentuk bahasa yang benar yaitu menyukseskan, memengaruhi, menargetkan, mengoordinasi, menaati, mengaitkan, dan mengomunikasikan.

2.3 Ketidaksantunan Kalimat
Ketidaksantunan yang lain terletak juga pada pemilihan kata yang boros dan idiomatik yang salah sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Sehubungan dengan Hari Raya Natal Tahun2007 dan Tahun Baru 2008, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai tanggal 21 Desember 2007 sampai dengan tanggal 1 Januari 2008, dan masuk kembali pada tanggal 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah merupakan langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa/i. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa/i
d. Agar setiap sivitas akademika dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, maka setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.


Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan terdapat ketidaksantunan dalam kalimat seperti penggunaan kata boros, kata penghubung yang boros, dan idiomatik yang salah.

Kata Boros Kata Hemat

Pada tahun 1901 Pada 1901
Pada hari Senin pada Senin
Mahasiswa/i mahasiswa
adalah merupakan adalah
merupakam
berdasarkan..., maka kami berdasarkan...., kami
agar...., maka setiap agar...., setiap

Semua orang mengetahui bahwa 2009 adalah nama tahun dan Senin adalah nama hari. Jadi, penggunaan tahun dan hari tidak diperlukan. Kemudian, adalah dan merupakan mempunyai arti yang sama sehingga hanya satu yang kita gunakan, adalah atau merupakan. Lalu, penggunaan kata penghubung yang bermakna sama seperti apabila dan maka, berdasarkan dan maka tidak usah digunakan kedua-duanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat a, b, c, dan d dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Sehubungan dengan hari Natal 2007 dan Tahun Baru 2009, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai 21 Desember 2008 sampai dengan 1 Januari 2009, dan masuk kembali pada 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa.
d. Agar dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.

2.4 Ketidaksantunan Paragraf
Kalimat-kalimat yang terangkai akan membentuk paragraf. Paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kepaduan. Persyaratan kepaduan ini dapat tercapai jika menerapkan penggunaan kata penghubung yang tepat, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Kata sedangkan dan dan bukan merupakan kata penghubung antarkalimat, melainkan kata penghubung intrakalimat. Sebaliknya, kata oleh sebab itu bukan kata penghubung intrakalimat, melainkan kata penghubung antarkalimat yang berfungsi menghubungkan antara kalimat yang satu dengan yang lain. Perhatikan contoh ketidaksantuanan berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari. Sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik, sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.

Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak efektif dengan adanya ketidaktepatan penggunaan kata penghubung. Terdapat dua kata penghubung, yakni kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, atau sebaliknya. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu sehingga, karena, bahwa, walaupun, tetapi, sedangkan, dan lain-lain. Sementara itu, kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Contohnya Oleh karena itu,.... Selanjutnya,.... Kemudian,.... Namun,.... Akhirnya,.... dan lain-lain.
Dengan demikian, kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari, sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.

2.5 Ketidaksantunan Konvensi Penulisan Penomoran
Konvensi penulisan adalah kaidah yang mengatur penampilan tulisan agar teratur. Keteraturan yang tampak pada penulisan apa pun adalah sistematika penomoran. Ketidakteratutan sistematika penomoran akan berakibat ketidaktepatan penangkapan pesan yang akan dikomunikasikan. Ada dua cara mengatur sistematika penomoran yaitu dengan menggunakan sistem gabungan angka dan huruf dan sistem angka digital seperti berikut ini.
I. A. 1. a. 1) a) (1) (a) ((1)) ((a)) ***
I.
1.1
1.2
1.3
1.3.1
1.3.2
dst

Mari kita perhatikan sistematika penomoran setelah (a.) Rinciannya menggunakan tanda hubung (-). Padahal, seperti penjelasan sebelumnya bahwa sudah ada kaidah yang mengatur sistematika penomoran. Setelah menggunakan huruf a(kecil), perincian berikutnya menggunakan 1), 2), dan 3). Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.

1. Peraturan Peminjaman
a.Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.


Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu
1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.

Atau

III. Peraturan Peminjaman
A. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1.mengisi formulir peminjaman;
2.memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3.buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.

3. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.


Perhatikan penggunaan tanda baca setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Seringkali mahasiswa menggunakan tanda baca titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Padahal, penggunaan tanda titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut mubazir karena memiliki arti yang sama. Tanda titik dua mempunyai arti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Jadi, penggunaan tanda titik dua dan yaitu merupakan suatu pilihan.
Selanjutnya, perhatikan penggunaan huruf kapital di awal kalimat perincian. Gunakan huruf kapital jika kalimat sebelum perincian menggunakan yaitu sebagai berikut.(diakhiri tanda titik) dan gunakan huruf kecil jika diakhiri kata yaitu (tanpa diakhiri tanda titik dua) atau …berikut: (diakhiri tanda titik dua).




3.Penutup

Bahasa Indonesia baik jika dipelajari. Namun, apa yang sudah kita bahas bersama ini akan lebih bermakna bila dipraktikkan ketika kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana mengomunikasikan pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kewibawaan akan terpancar pada orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semoga kita selalu dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, berbangga memiliki bahasa Indonesia! Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia. Marilah menjadi masyarakat yang berkepribadian Indonesia, yang bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia, yang mencintai tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indnesia yang Disempurnakan”. Jakarta : Balai Pustaka.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

----------------------------. 1986. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Rabu, 19 Mei 2010

Sinopsis Novel Saatirah Karya Niknik M. Kuntarto


SAATIRAH

Karya: Niknik M. Kuntarto


Saatirah adalah kisah tentang perjuangan seorang istri dalam mempertahankan keutuhan berumah tangga. Ilmu tentang kesempurnaan dalam berumah tangga yang ia dapatkan dari Emak, sang ibu, berusaha diterapkannya agar harmonis. Namun, segala persoalan telah menghadang dan mendera perjuangannya itu. Ketabahan dan kesabaran Saatirah patut ditauladani. Dengan kepercayaan dirinya Saatirah berjuang menjadi seorang istri yang tetap memegang teguh kodrat, meski teraniaya, juga berusaha untuk menjadi wanita modern dalam pencapaian kariernya. Sungguh dua sisi yang bertolak belakang. Pengabdian pada suami dan keimanan pada Tuhan adalah dua hal yang harus dijalani oleh seorang istri solehah Cerita dituturkan oleh orang ketiga yang menempel ketat pada tokoh utama.
Cerita langsung dibuka dengan terkuaknya perselingkuhan Andro, suami Saatirah, karena puisi cinta di BlackBerry-nya. Sebelumnya, Andro sudah beberapa kali punya affair, tetapi Saatirah selalu tabah dan menerima suaminya kembali. Namun yang terakhir ini jauh lebih gawat. Andro berani-beraninya “minta izin” berpacaran dengan sekretarisnya sendiri, wanita penggoda bernama Shintia. Awalnya ia berjanji hanya sekadar nonton atau makan bersama, tapi lama-lama hubungannya melewati batas hingga menjadi pergunjingan dan rahasia umum di kantor. Andro pun jadi bersikap kasar pada istrinya karena membela Shintia.
Saatirah malah merasa harus terus memperbaiki diri dan semakin giat melayani suami (sampai berlebihan di mata sang Emak). Mungkin karena ia berusaha menaati arti namanya sendiri? “Saatirah adalah nama yang indah. Nama itu diambil dari bahasa Arab yang berarti perempuan, sabar, soleh dan mulia yang berbakti pada suaminya. Saatirah berarti juga perempuan yang selalu menjaga kehormatan suami dan menutupi aib suaminya.”
Anehnya, Saatirah merasa Andro telah menjadikannya wanita yang lebih baik (didukung dengan flashback kisah percintaan mereka sebelum menikah), sementara Andro justru pria patriarkis yang egois dan manja: Ia meminta istrinya wajib tampil rapi dan cantik di pagi dan malam hari, agar di kantor ia tidak perlu melirik perempuan lain; Ia selalu menuntun istrinya melayaninya, dengan memijatnya setiap malam dan menggaruki bagian tubuhnya yang gatal (yang sebenarnya bisa digaruknya sendiri); Ia sering mendera istrinya secara fisik maupun mental, dengan meneriaki istrinya dengan kata-kata kasar dan menamparnya.
Cerita kemudian beralih kisah tentang Didit, suami Susan, yang dibawa ke keponakan Saatirah, Anyelir, yang adalah “orang pinter.” Di bagian inilah terjadi perang batin di dalam diri Saatirah. Logika dikesampingkan dan Saatirah pun hanyut memasuki dunia itu. Saatirah mencoba menggunakan pendekatan mistis untuk permasalahannya sendiri, dengan mandi air yang didoai, mengucap mantra-mantra, dan menyimpan jimat-jimat. Saatirah juga membawa ayahnya, kakaknya, Teh Kania, dan bahkan teman-temannya yang lain, ke jasa mistis Anyelir. Melalui Mamaklah Saatirah mengerti dan tahu masa lalu pasien-pasien yang diajaknya, termasuk masa lalu ayahnya yang ternyata telah memiliki wanita lain selama 30 tahun. Sungguh bertolak belakang dengan perjuangan Emak yang selalu mengajarkan pada Saatirah tentang ilmu kesempurnaan rumah tangga. Justru Emak sendiri terkhianati suaminya.
“Saatirah...!” Apa memanggilku dari kamar tamu yang memang telah kusiapkan untuk kamarnya.
“Ya, Apa. Sudah minum obat?”
“Sudah, Saatirah. Apa mau bicara sama kamu. Tapi, janji ya. Ini rahasia kita. Jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Apalagi, ibumu. Jangan sampai mereka tahu karena sangat menyakitkan.” Apa menjelaskan hal yang membuatku penasaran. Bercampur takut, sakit, kecewa. Amat sangat.
“Saatirah, tahukah kamu...!”
“Ya, Apa,” suaraku bergemetar.
“Hm... tahukah kamu bahwa....” Apa diam. Menutup mulutnya. Menahan sesuatu.
“Kenapa, Apa?”
“Kamu tahu... bahwa apa yang dikatakan Anyelir 99% adalah benar.”
Aku terdiam. Kaget. Aku sudah menduga ada sesuatu dengan Apa sejak Angelir berbicara nyeplos, tempo hari Ya Allah. Aku terdiam lagi. Ya Allah. Aku ingat. Betapa Emak adalah orang yang selalu mengajariku menjadi seorang istri yang baik agar suami betah di rumah. Jadilah seorang istri yang handal di dapur, anggun di ruang tamu, dan mahir di tempat tidur. Itulah nasihat Emak. Sementara itu, suami Emak sendiri, ayahku sendiri, tidaklah betah tinggal di rumah, setia mendampingi Emak. Justru Apa berhubungan dengan perempuan itu terjadi 30 tahun yang lalu. Sampai saat ini. Berarti... Tak sanggup lanjutkan pikiranku.
“Kamu harus tahu dunia laki-laki. Hanya ada satu cinta sejati dalam hidup seorang lelaki. Perempuan itu adalah cinta sejati Apa. Apa tidak bisa membendung gejolak itu. Sejak 30 tahun yang lalu. Sampai hari ini. Ibumu tidak pernah tahu,” kejujuran Apa yang sangat membuat jiwaku lemas. Apa melanjutkan penjelasannya.
“Apa melakukan semua ini, bukan berarti tidak mencintai ibumu. Tapi, memang ada waktunya seorang pria memerlukan kehadiran perempuan lain di hatinya. Pilihannya ada di dia, mengendalikan diri untuk tetap setia pada sang istri atau meraihnya. Yang kuat akan mengekang diri, dan yang tak kuat seperti Apa ini, akan berubah menjadi pandai berbohong.”
Hem... penjelasan yang membuatku semakin kalut. Terbayang wajah Emak yang selalu membangga-banggakan kesetiaan Apa dan itu berkat pelayanan Emak yang baik. Namun, ternyata...! Mataku menganak sungai, tak terbendung dan tumpah ruah. Apa memelukku dan meminta maaf berkali-kali. Andai saja ponakanmu tak bicara, Apa tidak akan berterus terang ke kamu, Nak. Ini pasti menyakitkan. Dan kalau tangisanmu sedikit meredakan kemarahan serta kekecewaanmu ke Apa, menangislah sepuas kamu mau.” Tak tahan dengan penjelasan Apa yang begitu gamblang, kupeluk Apa, kutumpahkan tangisanku di pelukannya.

Segala usaha telah Saatirah lakukan, tetapi Andro justru semakin menjauh dari Saatirah, dan semakin lengket pada Shintia. Terbukti, dua minggu mereka telah pergi bersama. Kesabaran Saatirah mulai habis, dan ia menuntut Andro untuk menepati janjinya. Karena Andro bersikukuh bahwa wanita yang ia cintai adalah Shintia, Saatirah tampak sadar menyumpahserapahi Andro dengan kata ‘kualat’. Tak lama kemudian, terbukti, suatu hari Andro menelepon dan meminta maaf karena telah menyakiti hati Saatirah selama ini. Rupanya ia dipecat dari pekerjaannya dan merasa hal itu terjadi karena ia telah berselingkuh. Andro pun berusaha membuktikan janjinya untuk setia dan memerhatikan keluarga, tapi akibatnya Saatirah harus banting tulang untuk menghidupi keluarganya karena suami tidak lagi bekerja. Ia sampai berutang cukup besar pada Teh Wati, kakak tertuanya, yang di kemudian hari menjadi bumerang.
Keajaiban datang, Andro, yang memang sangat dibutuhkan, kembali diminta menjadi direktur di perusahaan lama, dan Saatirah dihantui kecemasan bahwa suaminya akan kembali melakukan affair dengan Shintia. Di saat tertekan seperti itu, Saatirah sempat putus asa dan kehilangan rasa percaya diri. Beruntunglah, Saatirah segera sadar atas energi negatif yang telah menderanya. Lalu, ia bangkit dan akhirnya malah sukses menjadi penulis yang menghasilkan banyak buku, model iklan, dan bahkan dinobatkan sebagai direktur pusat bahasa universitas swasta. Untuk mengatasi depresi, ia mendapat batu kecubung Nyai Roro Kidul dari Mamak Anyelir, dan Saatirah pun menjadi lebih percaya diri. Namun, nyatanya, Andro kembali menyiksa Saatirah dan berhubungan lagi dengan Shintia. Saatirah mengetahui dan menyadari bahwa Andro sudah kembali pada pelukan Shintia tatkala muncul permintaan Andro yang selalu harus membayangkan Shintia saat meraup kenikmatan dengan Saatirah.
Namun, di saat seperti ini, di saat Mas Andro meminta izin membayangkan wanita saat berhubungan denganku, saat ia menindihku, saat ia melepaskan gairahnya, merengguk kenikmatan dari tubuhku, berkali-kali yang didesahnya si PPS itu, mampukah aku memberikan izin padanya? Sanggupkah hatiku menerima permintaannya? Dari mana aku harus mencari ilmunya? Emak, perempuan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tanggaku, tak pernah mengajari masalah itu. Bahkan, pelacur yang sengaja didatangkan oleh Mas Andro ke rumah pun sama sekali tak mengajarkanku tentang hal itu! Lalu ke mana aku harus berguru?
Kembali kuberpikir lebih mendalam pada ajaran Emak. “Jadilah seorang pelacur di tempat tidur!” Ya, benar! Ayat itu jugalah yang bisa menjawab pertanyaanku saat ini. Aku mencoba berpikir lebih jauh. Memaknai ayat itu. Ya, benar! Untuk urusan itu pun aku harus seperti pelacur. Seperti hati pelacur! Hati pelacur! Bukankah hati pelacur tak pernah marah melayani pria haus seks yang baru saja menindih wanita lain? Bukankah seorang pelacur tidak akan cemburu saat melayani para lelaki yang mungkin fantasi mereka justru lebih liar! Bukankah hati pelacur tak pernah turut bekerja saat melayani tamu-tamunya yang siap merengguk kenikmatan sesaat?
Setelah kekuatan itu kuperoleh, dengan sadar, senyata-nyatanya, akhirnya, aku berkompromi dengan diriku sendiri, bila Mas Andro meminta hal itu lagi, kan kuizinkan dan kusilakan menyewa tubuhku untuk sebuah fantasi liar yang menari-nari di alam kelelakiannya.

Padahal, di balik penderitaan, sebenarnya Saatirah bisa saja meraih kebahagian dengan pria lain. Saatirah jadi punya pesona di depan mata banyak pria. Saatirah sendiri punya pengagum, seorang pemuda mahasiswa hukum bernama Tora yang jatuh cinta mati-matian padanya meski tahu ia sudah berkeluarga. Namun, tak satu pun perhatian Tora dibalasnya karena ia tidak mau selingkuh. Belum lagi perhatian-perhatian yang diberikan pria lain seperti Bysi si bule Pakistan, Oki Hertatianto sang pacar pertama, dan Didit. Saatirah tetap ingin hidup sebagai istri yang baik, walaupun sempat sedikit keluar rel.
Tiba-tiba tangan kanannya meraih tangan kiriku dan menggenggam erat. Desiran darah tiba-tiba mengalir lebih cepat. Menggetarkan sukmaku. Menggairahkan alam liarku. Tiba-tiba, ingin rasanya kuulangi gairah itu. Saat pertama dan terakhir kali kaucium bibirku kala itu. Oh, saat ini sebenarnya aku tak keberatan mengulang gairah itu. Gairah yang saat ini semakin tak terkontrol. Kuingin pria berbulu dada lebat ini, yang ada di dekatku saat inilah yang menjinakkan rasa itu. Aku pasrah. Menuruti apa saja yang akan ia lakukan padaku. Namun, dia hanya diam. Diam. Tak melakukan itu, kecuali menggenggam tanganku.
“Dinda, Pengantinku, kuyakin sejak pertama kali aku bertemu denganmu di UI. Aku yakin, kamulah belahan jiwaku yang selama ini kucari. Rasa itu semakin bulat, takala kita berciuman di parkiran kampus itu, saat hujan rintik-rintik.... Dinda, kuyakin kita saling mencintai...!”
Ia menoleh ke arahku. Tangan kirinya menyentuh daguku dan menghadapkan ke arahnya. Ia memandangku. Tatapan tajam. Penuh cinta. Lalu mengangkat genggaman tangan yang erat itu ke arah bibirnya. Dengan halus, ia kecup punggung tanganku sambil pejamkan mata dan berkata, “I love you, Mantenku...!”
Tak bisa kuberkata apa-apa, selain hanya pejamkan mata. Tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi kehidupanku ada seorang pria yang sangat mencintaiku, mengharapkanku menjadi pendamping hidupnya, sementara di sisi lain, Mas Andro justru mencampakkanku, lebih memilih menikmati keindahan cintanya dengan Shintia. Akh... mengapa hidupku seperti ini? Akh... akh... akh... tiba-tiba kurasakan kehangatan sebuah kuluman di bibirku. Kuluman cinta yang mendalam. Kudengar ada desah kenikmatan di rongga udara. Kubuka mataku perlahan. Kulihat sepasang mata hampir terbenam bagaikan mentari setengah terendam laut. Sayu. Tak sadarkan diri, kubiarkan ia mengecup bibirku terus dan terus di kala pasrah. Kubiarkan diriku terbuai di pelukan kehangatan matahari cintanya.
Bagaikan kisah “Sri Sumarah”,
Sri merasa nikmat dan kagum terhadap anak muda yang mengeloninya. Sri diam tidak menolak dan ikut terhanyut dalam pelukan anak muda dari kota besar. Sri menerima dengan pasrah saat anak muda itu melakukan hal-hal yang menimbulkan gairah di hati Sri.
Anak muda itu masih terus mengerang pelan dan masih mencoba terus mengeloni Sri. Dan Sri entah didorong oleh perintah apa di tengah kenikmatannya sendiri dan kekagumannya kepada anak muda itu tiba-tiba ingin melepaskan diri dari kelonan anak muda itu...

Ya, begitu pun yang telah terjadi padaku. Kegairahan itu kunikmati dengan syahdu. Menghanyutkan. Namun, saat kegairahan itu semakin memuncak. Tiba-tiba... kusadar ia telah berada di atas tubuhku. Menindihku. Menekan payudaraku yang sakit karena penuh dengan air susu. Aku terkaget. Ingat Kusuma. Segera kukibaskan pelukan Tora, kuberdiri dan menyuruhnya keluar dari kamar tempatku menginap. Napasku terengah-engah. Setelah Tora keluar dari kamar, segera aku masuk ke dalam kamar mandi, kunyalakan kran shower, kuguyur sekujur tubuhku, menghilangkan dosa kecil yang baru saja, tanpa sengaja, kunikmati...


Lantas masalah datang lagi bertubi-tubi yang berasal justru dari orang-orang yang dekat dengan Saatirah. Susan, sahabatnya sendiri bersalah paham pada kebaikan Saatirah. Susan mengetahui bahwa Didit, suami Susan, bersimpati pada Saatirah. Didit merasa Saatirah adalah wanita ideal yang bertutur kata lembut dan tahu melayani lelaki, tapi tentu saja Saatirah yang baik hati tidak mau melukai sahabatnya, meski ia sendiri beranggapan Didit itu tampan seperti penyanyi dangdut Saipul Jamil. Dia malah membantu menghentikan kebiasaan buruk Didit berselingkuh dan mengembalikannya ke rumah tangga Susan.Namun, Susan tidak menyadari niat baik Saatirah. Yang ada hanya kemarahan dan Susan berhasil melaporkan ‘pengkhianatan’ Saatirah pada Andro. Teh Wati, saudara kandungnya sendiri telah membuat Saatirah tak berdaya. Teh Wati merasa tidah dihargai oleh Saatirah, dan berusaha mencari kelemahan Saatirah di mata Andro. Teh Wati pun berhasil melaporkan suatu rahasia tentang Saatirah pada Andro. Lengkaplah sudah derita Saatirah. Belum lagi keinginan Andro yang semakin aneh dan kasar akhirnya membuat Saatirah tidak tahan dan memilih bercerai dengan Andro. Dengan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya mendorong Saatirah berada pada sebuah titik nol, kepasrahan pada Sang Pencipta. Saatirah tersadar oleh khotbah panjang Pak Ustaz bahwa apa yang dilakukannya selama ini pergi ke Mamak, paranormal yang mengakui mantan kyai, adalah kesalahan besar. Ia pun menyesal dan istigfar.
Setelah bercerai, Andro menikahi Shintia, tetapi hubungannya dengan Saatirah justru membai k, terutama saat ia mengunjungi anak-anak.
Saat-saat Mas Andro menjenguk anak-anak di rumahku itulah, kadang kenangan lama membayang-bayangi kami. Kala itu, di ruang keluarga...
“Saatirah...!” panggil Mas Andro terdengar lirih di telingaku, tapi sungguh terdengar menggelegar di ruang hatiku. Tak percaya.
“Ya, Mas... Eeee, maaf, Mas memanggil siapa?”
“Kamu, Saatirah...!” Mas Andro menatapku mesra.
“Oh, Mas memanggil aku, Saatirah?” aku tersenyum. Malu. Lalu...
“Panggil aku Rah saja, Mas,” pintaku. Akhirnya Mas Andro terbiasa memanggil nama Saatirah, nama yang menurut Mas Andro kampungan, tapi justru hari ini terdengar mesra, penuh makna.
“Oh ya, Rah...” Mas Andro memanggilku kembali dengan mesra.
“Ya, Mas...”
“Mengapa kamu tidak segera menikah lagi? Bukankah banyak lelaki yang menantimu?” Mas Andro bertanya padaku. Apakah pertanyaan itu harus kujawab atau tidak? Apakah itu merupakan cerminan kecemburuan Mas Andro padaku setelah peristiwa di hari minggu yang lalu, tanpa sengaja, Mas Andro bertemu denganku yang saat itu sedang berada di toko buku bersama teman lelakiku?
“Entahlah!” jawabku lirih.
“Begitu bahagianya calon suamimu, Rah!” katanya sambil matanya menatap tajam padaku.
“Maksudnya, Mas?”
“Tentu tiap malam calon suamimu itu akan kaulayani dengan baik. Mulai dari memijat telapak kakinya, betis, paha, lalu...” Mas Andro berhenti bicara. Matanya menerawang. Pria itu tersenyum. Tersipu-sipu. Apa maksudnya?
“Kenapa, Mas?” tanyaku penasaran.
“Hehehe...... aku paling suka kalau kamu pijit daerah itu....”
“Hm...! Mas Andro ini ada-ada saja! Udah akh, kita cerita yang lain saja sambil makan bersama anak-anak yuk!” ajakku mengalihkan pembicaran. Kupanggil Aurora dan Kusuma untuk temani ayahnya makan.

Baru saja Andro menyatakan bahwa ia telah sadar Saatirah ternyata istri yang baik, sepulangnya dari rumah Saatirah ia mengalami kecelakaan dan salah satu kakinya harus diamputasi, membuat Shintia meninggalkannya. Di penghujung cerita inilah Saatirah dihadapkan pada pilihan hidup. Di satu sisi Andro sangat membutuhkan kehadiran Saatirah di dalam hidupnya. Sementara itu, pemuda lain yang telah menggetarkan hatinya, entah siapa, telah menanti dengan setia cinta Saatirah.
Kudekatkan Aurora dan Kusuma ke pelukan Mas Andro. Kupeluk erat Mas Andro dan kedua anak-anakku. Berteriak berulang kali batinku, Ya Allah, seandainya saat ini aku masih menjadi istri Mas Andro, seandainya sekarang aku belum bercerai dengan Mas Andro, aku rela, aku ikhlas menerima Mas Andro apa adanya. Justru di saat seperti inilah aku ingin menemani hidupnya. Akh... entah aku harus bagaimana, harus berbuat apa. Sungguh, ini sebuah dilema. Kasihan, Mas Andro.
Hari mulai kelam. Kulihat parkiran RS Meilia tampak sepi. Tinggal beberapa mobil saja. Tiba di mobilku. Kulihat ada amplop surat. Terselip di wiper mobil. Perlahan kubuka. Siapa gerangan yang mengirimkan ini untukku? Amplop merah muda. Kuuraikan tali yang mengikat perekat amplop. Kutuangkan isinya ke telapak kiriku. Berceceran taburan bunga mawar. Berkeping-keping. Harum semerbak terhirup wangi kehidupan. Kutarik lipatan surat. Kubuka. Kubaca.

Adalah sebuah masa lalu. Yang menganggap itu debu.Biarlah angin yang menyapu di dalam pusaran waktu.Tapi aku adalah karang yang tak bergerak.Abadi.Menatap samudera. Menunggu di ujung cakrawala.., Aku yang setia menantimu
---***---

Saatirah di Koran Jakarta


Saatirah

Selasa, 18 Mei 2010

Judul : Saatirah
Penulis : Niknik M Kuntarto
Penerbit : Grasindo
Tahun : I, 2010
Tebal : 191 halaman
Harga : Rp45.000

Novel Saatirah karya Niknik M Kuntarto mengangkat kisah tentang perempuan Indonesia pada umumnya, yakni perempuan yang kehidupannya mengabdi kepada keluarga dan suaminya.

Dengan bahasa yang lembut, menyentuh, indah, dan hidup, penulis menampilkan Saatirah adalah perempuan yang salihah.

Perempuan yang taat, tunduk, dan setia kepada suaminya, Dikisahkan bahwa suaminya selingkuh, tetapi Saatirah tetap setia mencintainya.

Sebagai perempuan, Saatirah tetap melayani suami dan bertanggung jawab akan nasib keluarganya.

Dia menjaga kehormatan suami, menutupi aibnya, dan berbakti.

Kisah Saatirah adalah pembelajaran berharga bagi suami istri.

Selain itu, pembaca akan menemukan makna cinta sejati.

Saatirah adalah perwakilan perempuan yang luar biasa.

Peluncuran Novel Saatirah Karya Niknik M. Kuntarto


PRESS RELEASE
For immediate Release

Peluncuran Buku & Seminar Jurnalistik dan Sastra

SERPONG (5 Mei 2010) – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) akan menggelar acara peluncuran novel Saatirah karya Niknik M. Kuntarto dan buku Creative Writing dan Literary Journalism karya R. Masri Sareb Putra. Acara yang akan digelar pada 10 Mei 2010, pukul 15.30-18.00, di Function Hall, Universitas Multimedia Nusantara, Gading Serpong, ini dikemas dalam seminar bertajuk “Jurnalistik dan Sastra: Proses Kreatif Penulisan, Penerbitan, dan Peluncuran Buku.”

Hadir sebagai pembicara dalam seminar di acara peluncuran ini adalah Ahmadun Yosi Herfanda (Ketua Komunitas Sastra Indonesia) yang akan membawakan topik “Jurnalistik dan Sastra”; A. Ariobimo Nusantara (Editor Penerbit Grasindo) yang memaparkan tips tentang “How to Deal with the Publisher”; lalu Helvy Tiana Rosa (Tokoh Perempuan Indonesia/Novelis) akan mengulas tema “Proses Kreatif Seorang Penulis.”

Pada akhir seminar bakal digelar peluncuran novel Saatirah karya Niknik M. Kuntarto. Novel perdana dosen Ilmu Komunikasi-UMN ini merupakan sebuah cerita feminin dengan tema amat domestik, mirip Mira W, namun dengan gaya bahasa lebih berpuitis. Plus, ada budaya Sunda yang amat kental menjadi latar cerita ini, dari paribasa (peribahasa) yang diyakini masyarakat Sunda sampai istilah-istilah Sunda.

“Niknik M. Kuntarto berhasil menggambarkannya lewat bahasa yang lembut, menyentuh, indah, dan hidup. Terasa ada kesenduhan dalam berkisah, tapi justru itulah daya tariknya,” ujar N. Riantiarno, Pimpinan Sanggar Teater Koma, mengomentari buku ini.

Selain novel, dalam kesempatan ini diluncurkan pula dua buku karya Dosen Ilmu Komunikasi Masri R. Sareb Putra, yaitu Literary Journalism-Jurnalistik Sastrawi dan Principles of Creative Writing. Dua buku ini merupakan rujukan bagi mahasiswa atau siapa saja yang ingin mengetahui dan belajar seluk beluk jurnalistik sastrawi dan teknik menulis kreatif.



***

Universitas Multimedia Nusantara (UMN) didirikan pada tanggal 25 November 2005 dan operasionalnya secara resmi dikelola oleh Yayasan Multimedia Nusantara yang didirikan Kompas Gramedia, sebuah kelompok usaha terkemuka yang bergerak di bidang media massa, penerbitan, percetakan, toko buku, hotel dan jasa pendidikan. UMN merupakan sebuah perguruan tinggi terkemuka dengan teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dalam setiap proses belajar mengajar. UMN disasarkan menjadi inspirasi bagi hadirnya paradigma pendidikan baru bagi kaum muda Indonesia sehingga mampu menghasilkan lulusan berkompetensi tinggi dan berjiwa wirausaha berbasis teknologi (technopreneurship).

-----

Senin, 22 Maret 2010

Daftar Isi Novel Saatirah, Bukan Perempuan Biasa oleh Niknik M. Kuntarto




Daftar Isi Hlm.
1. Puisi Itu 1
2. Puisi Lara Itu 23
3. Puisi di Wiper Kaca Mobil 38
4. Puisi Manja di Surel 58
5. Puisi Cinta di Hari Pernikahan 76
6. Puisi Cinta di Rumah Jambuluwuk 87
7. Puisi Harapan di Doa Angelir 102
8. Puisi Magis di Mantra Mamak 120
9. Puisi Mesra di Inbox BlackBerry 131
10. Puisi Persahabatan di Hatiku 141
11. Puisi Cinta Sejati di Masa Lalu 164
12. Puisi Lara Itu adalah Saatirah 186
13. Puisi Itu Menyayat Hati 201
14. Puisi Duka di Fantasi Liar 215
15. Puisi Sendu di Hidupku 236
16. Puisi Indah di Rumah Allah 251
17. Puisi Pilu di Ruang ICU 271
18. Sekali Lagi, Puisi Lara itu adalah Saatirah 284

Persembahan Saatirah oleh Niknik M. Kuntarto




Kupersembahkan kisah hidup ini

Untuk anak-anakku di rumah: Ruby, Renata, dan Romeo
Untuk anak-anakku di kampus: para mahasiswa

ini adalah gendewa untuk memanah,
agar mampu lesatkan anak panah,
membidik masa depan.

Bagi para sahabat wanita
Ini adalah kaca benggola untuk bercermin,
agar mampu menatap wajah diri.


Untuk matahariku
yang selalu menyinari hidupku,
Mas T. Widya Kuntarto

Endorsment Novel Saatirah Bukan Perempuan Biasa oleh Niknik M. Kuntarto



Saatirah memang 'bukan perempuan biasa'. Niknik M. Kuntarto berhasil menggambarkannya lewat bahasa yang lembut, menyentuh, indah, dan hidup. Terasa ada kesenduan dalam berkisah, tapi justru itulah daya tariknya. Cinta menjadi sakral, dan patut diperjuangkan. Dalam Bahasa Arab, Saatirah artinya perempuan yang sabar, soleh, dan mulia. Menjaga kehormatan suami, menutupi aibnya dan berbakti. Saatirah nama yang indah, juga kisah yang indah. Pembelajaran berharga bagi suami-isteri, sekaligus mengusung tanya bermakna; 'siapakah cinta sejati kita?' Dan agaknya, kisah belum diakhiri. Selarik puisi jadi teka-teki. Ada kisah lain lagi? Saya menanti. (N.Riantiarno, Pimpinan Sanggar Teater Koma)

Menjadi perempuan itu tidak mudah. Walau secara teori saya tahu kita harus menggunakan hati dan logika secara seimbang, tapi jujur saja sampai hari ini saya belum bisa dengan konsisten menjalaninya. Emosi saya campur aduk membaca kisah Saatirah. Gemas karena selain baik hati, Saatirah juga terlalu naif. Tapi di sisi lain saya mengerti sekali bagaimana perasaannya. Buku ini memotret apa yang benar-benar terjadi di sekeliling kita, terlepas dari setuju/tidaknya pembaca pada segala keputusan Saatirah, banyak sekali yang bisa kita pelajari dan renungkan dari membaca buku ini. 'Teteh' Niknik berhasil secara objektif menceritakan pada pembaca dilema macam apa yang sebetulnya dialami perempuan-perempuan seperti Saatirah. Selamat ya, semoga buku ini membawa banyak manfaat bagi pembaca baik perempuan maupun laki-laki, amin. (Kristy Nelwan, Novelis)
Sebuah novel tragedi keluarga dan skandal cinta yang mencekam, sekaligus menyimpan banyak pelajaran untuk menghadapi kehidupan urban yang keras dan rumit. Layak dibaca oleh siapa saja untuk menjadi cermin sekaligus salah satu sumber kearifan hidup. (Ahmadun Yosi Herfanda, Ketua Komunitas Sastra Indonesia)

Sangat berwarna! Saatirah mampu membuat pembaca tersedu-sedan, tersenyum kecut, tertawa lepas, bahkan sanggup membuat degub jantung lebih kencang. (Susilawati, Pemerhati Bahasa Indonesia)

Takjub! Ketabahan dan kesabaran Saatirah patut ditauladani. Dengan kepercayaan dirinya Saatirah sanggup menjadi seorang istri yang tetap memegang teguh kodrat, meski teraniaya. Pengabdian pada suami dan keimanan pada Tuhan adalah dua hal yang harus dijalani oleh seorang istri solehah. (Rina, Penikmat Novel, Sekretaris Rumah Sakit Pusat Pertamina)

Prakata Saatirah, Bukan Perempuan Biasa oleh Niknik M. Kuntarto





Prakata
Betapa tak terhingga nikmat yang telah Tuhan berikan kepadaku, sejak kita membuka mata di pagi hari dan memejamkan mata di malam hari. Seandainya saja jika air laut dijadikan tinta dan ranting-ranting yang ada di seluruh bumi ini dijadikan pena, niscaya tidak akan dapat menuliskan nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan sujud syukur pada Tuhan Yang Mahadaya Cinta atas nikmat terselesaikannya kisah ini yang terabadikan dalam novel perdanaku Saatirah: Bukan Perempuan Biasa.
Di setiap harapan dan perjalanan kita menuju tercapainya suatu tujuan, pasti selalu disertai dengan kerja keras sampai akhirnya kita dapat mencapai tujuan yang kita inginkan dan kita mimpikan. Terima kasih kepada Mas R. Masri Sareb Putra dan Mas Ambang Priyonggo yang telah menularkan virus motivasi menulis, kepada Kangmas Edi Sutarto, yang telah memberikan rasa percaya diri dan dukungan yang besar pada saya hingga yakin dapat menuntaskan kisah ini, kepada Mas M.S. Gumelar yang telah memberi nuansa eksotis pada cover novel ini, kepada Sime dan Devita, sang photographer, kepada teman-teman dosen: Mas Ibn, Mas Erman Bala, Bang Olo Tahe Sinaga, Bu Joice, Bu Ratna, Bu Rosita, dan sahabat-sahabat lainnya di Universitas Multimedia Nusantara yang tak dapat saya tuliskan semuanya di sini.
Terima kasih juga saya sampaikan pada Ibu Jajang C. Noor, Ibu Helvy Tiana Rosa, Ibu Riris R. Sarumpaet, Ibu Melani Budianta, Ibu Okke K.S. Zaimar, Ibu Apsanti Djokosujatno, Bapak Taufiq Ismail, Bapak Sapardi Djoko Damono, Bapak Budi Darma, Bapak N. Riantiarno, Bapak Ahmadun Yosi Herfanda, Bapak Suminto A. Sayuti, Mas Agus R Sarjono, Mas Jamal D. Rahman, Mbak Mira, dan Mas Bimo di Grasindo yang telah memberikan apresiasi positif sehingga kisah ini menjadi lebih bermakna.
Mama, Bapak, saudara-saudaraku di Majalengka dan Surabaya, terima kasih, atas kasih sayang yang berlimpah sehingga Nde selalu bersemangat untuk berkarya. Kuucapkan terima kasih juga pada Sie, sahabat kecilku. Terakhir, kupersembahkan karya ini untuk suamiku tercinta, Mas Totok Widya Kuntarto, motivator terbesarku untuk selalu menjadi wanita yang mandiri dan berguna.
Semoga kisah Saatirah: Bukan Perempuan Biasa dapat memberi seberkas sinar pada buah hatiku Ruby, Rere, dan Romeo, pada para mahasiswa yang akan memasuki mahligai pernikahan, dan pada sahabat-sahabat sejati, dan pada wanita-wanita tegar di seluruh dunia. Amin.




Jakarta, 10 Mei 2010
Penulis

Saatirah, Bukan Perempuan Biasa oleh Niknik M. Kuntarto






Niknik M. Kuntarto lahir 10 Mei di Majalengka, Jawa Barat. Menamatkan sekolah di SD Negeri IV, SMP Negeri I , dan SPG Negeri di Majalengka. Menyelesaikan Program Strata 1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Yogyakarta dan
Magister Humaniora diraihnya dari Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Pernah mengajar Bahasa Indonesia di beberapa perguruan tinggi di Jakarta seperti Universitas Trisakti, niversitas Indonusa Esa Unggul, Universitas Gunadarma, STMT Trisakti, STIP Abdi Negara, Akademi Bina Sarana Informatika, dan Akademi Bina Insani.
Saat ini menjadi Dosen Tetap di Universitas Multimedia Nusantara,
Gading Serpong, Tangerang.
Beberapa karya tulis telah diterbitkan seperti
Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpiki ,
Aku Cinta Produk Indonesia , dan
Cerdik Berbahasa Indonesia I, II, III.
Selain mengajar sebagai dunia yang dicintai,
aktif juga sebagai pembicara
di beberapa seminar atau lokakarya.
Tulisan-tulisan fiksi juga telah banyak dibuatnya dan
Saatirah: Bukan Perempuan Biasa
inilah yang dipilih sebagai novel perdananya.


Penulis dapat dihubungi melalui surel niek2x@yahoo.co.id

Minggu, 31 Januari 2010

Kuis Bintang-Bintang: Diferensiasi Perkuliahan Bahasa Indonesia yang Menarik




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Dua hari yang lalu, pada 30 -31 Januari 2010, di Rumah Jambuluwuk, Tapos, Bogor, hawa dingin menusuk tubuhku, tetapi kehangatan suasana di pegunungan itu telah mengalahkan hawa dingin. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan. dalam suasana yang harmonis, aku berhasil mendapatkan kesempatan itu, kesempatan untuk menyampaikan buah pikiranku melalui presentasiku dalam "Semiloka Kurikulum Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris "yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Lembaga Budaya, Universitas Trisakti.Kupaparkan...

Dulu, jika akan mengajar, seorang dosen selalu berpikir, apa yang akan saya ajarkan besok pada mahasiswa. Akibatnya, dosen menjadi terbebani dengan tugas rutin yang membosankan. Dosen pun tak semangat mengajar. Mahasiswa pun terkena imbasnya.Tak ada seberkas cahaya yang menyinari semangat belajar mahasiswa.

Kini, paradigma sudah berubah, bila dosen akan mengajar, ia harus berpikir, apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa esok saat mengajar? Mau belajar apa mahasiswa esok. Dengan demikian, tugas seorang dosen adalah sebagai sutradara, mahasiswalah peran utamanya..

Bagaimanakah cara menjadi sutradara yang baik? Berikanlah hiburan. Seorang Ki Hajar Dewantara pernah berkata, "Ajarkanlah sesuatu dengan bermain."Maksudnya adalah kita dianjurkan untuk belajar sambil bermain agar kita menjadi manusia yang asah, asih, dan asuh. Dalam bermain akan ada keceriaan, keakraban, kerja sama, dan membuat kita lebih semangat hidup.

Demikian pula, saat kita mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia kepada mahasiswa. Ajarkanlah bahasa Indonesia dengan menarik dan menyenangkan,dengan metode hibur.
Bagaimanakah caranya? Terapkanlah Kuis Bintang-Bintang....! Hubungi saya di
niek2x@yahoo.co.id

Terima kasih Pak Sutan, Bu Hanny, Bu Agustine, Pak OT, Bu Maria, Bu Poppi, Pak Tato, dll..... Terima kasih Trisakti, Bahasa Indonesia Menjadi Eksis di Negeri Sendiri.

Selasa, 26 Januari 2010

Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Seminggu yang lalu, saya dan rekan saya, John Billy, diminta menjadi pembawa acara seminar sehari dengan tema "Merintis Kabupaten Tangerang sebagai Pusat Pendidikan". Acara ini bertempat di Function Hall, Universitas Multimedia Nusantara dan terselenggara atas kerja sama Komunitas Pendidikan Pagedangan dan UMN.

Ada suatu hal yang menarik dan itu pelajaran bagi saya. Ketika peserta seminar sedang beristirahat di antara jeda waktu seminar sesi I dan II, untuk meramaikan acara, saya berinisiatif memberikan hiburan berupa kuis berhadiah.

"Selamat siang para pahlawan tanpa tanda jasa....!" sapa saya pada peserta seminar yang berprofesi sebagai guru-guru SMA. O'ow ternyata, sapaan saya itu menimbulkan masalah. Salah satu narasumber, Prof Dr. Muhamad Surya menolak idiom itu.

"Mohon maaf, Ibu Niknik, kami para guru merasa direndahkan dengan sapaan Ibu bahwa kami adalah pahlawan tanpa tanda jasa" jelasnya. Lalu beliau melanjutkan,
"Kami adalah pahlawan pembangun insan cendekia...."


OOOOOOOOOhhhhhhhhhhhhhh..... maaf Bapak....maaf para Bapak dan Ibu Guru. Saya tidak tahu bahwa idiom itu sudah diganti. Maaf, maaf...Hapunten Pak Surya. Karena ketidaktahuan saya, cerita ini menjadi muncul.

Baiklah, para Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati, kini saya akan meralatnya

"Selamat siang para pahlawan pembangun insan cendekia....."

Hehehe....

Belajar Bahasa Indonesia itu Menyenangkan




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd.,M.Hum.
Semalam saya memulai kuliah Bahasa Indonesia dengan penayangan video "Tanah Air Indonesia". Lampu kelas saya padamkan. Yang ada hanya cahaya remang-remang yang berasal dari cahaya tayangan video. Mahasiswa saya suguhi tentang keindahan alam Indonesia. Setelah penayangan, lampu masih belum saya nyalakan, saya memberikan kata-kata bijak yang memotivasi mereka agar bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Saya katakan....
"Mahasiswa yang saya cintai...
Baru saja Anda lihat sebuah tayangan tentang Indonesia, apakah Anda bangga menjadi bagian dari bangsa ini? Jangan Anda jawab pertanyaan ini, cukup di dalam hati.

Sadarkah Anda bahwa kita akan lebih menyayangi sesuatu bila sesuatu itu akan hilang dari kita. Kita akan lebih mencintai pasangan kita, bila kita sadar bahwa sebentar lagi ia akan meninggalkan kita. Kita pun akan lebih menghargai dan menghormati orang tua saat kita lihat orang tua kita sakit. Kita khawatir akan kehilangan mereka....

Mahasiswa yang saya banggakan....
Mengapa tiba-tiba kita begitu menghargai batik? Berbondong-bondong orang membeli batik. Membuat peraturan memakai baju batik saat hari-hari kerja tertentu. Mengampanyekan batik. Kita lebih mencintai batik.

Ya, kita melakukan semua itu karena kita tahu, kita sadar, kita takut, batik sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia akan diakui sebagai budaya Malaysia.

Nah, sekarang, pertanyaannya adalah... Kapan kita akan mencintai bahasa Indonesia? Apakah rasa itu akan kita kembangkan setelah negara lain mengakui bahwa bahasa kita adalah bahasa negara lain? Apakah kita akan menunggu saat-saat negara lain mencuri bahasa Indonesia, lalu kita tergopoh-gopoh mencintai bahasa Indonesia?

Tentu tidak.

Nah, malam ini, mari kita sama-sama belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud kebanggaan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Horeeeeeee!!!!!! Semua mahasiswa bertepuk tangan dan bersemangat belajar bahasa Indonesia!!!

Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat.