Senin, 22 Maret 2010
Endorsment Novel Saatirah Bukan Perempuan Biasa oleh Niknik M. Kuntarto
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
21.08
Saatirah memang 'bukan perempuan biasa'. Niknik M. Kuntarto berhasil menggambarkannya lewat bahasa yang lembut, menyentuh, indah, dan hidup. Terasa ada kesenduan dalam berkisah, tapi justru itulah daya tariknya. Cinta menjadi sakral, dan patut diperjuangkan. Dalam Bahasa Arab, Saatirah artinya perempuan yang sabar, soleh, dan mulia. Menjaga kehormatan suami, menutupi aibnya dan berbakti. Saatirah nama yang indah, juga kisah yang indah. Pembelajaran berharga bagi suami-isteri, sekaligus mengusung tanya bermakna; 'siapakah cinta sejati kita?' Dan agaknya, kisah belum diakhiri. Selarik puisi jadi teka-teki. Ada kisah lain lagi? Saya menanti. (N.Riantiarno, Pimpinan Sanggar Teater Koma)
Menjadi perempuan itu tidak mudah. Walau secara teori saya tahu kita harus menggunakan hati dan logika secara seimbang, tapi jujur saja sampai hari ini saya belum bisa dengan konsisten menjalaninya. Emosi saya campur aduk membaca kisah Saatirah. Gemas karena selain baik hati, Saatirah juga terlalu naif. Tapi di sisi lain saya mengerti sekali bagaimana perasaannya. Buku ini memotret apa yang benar-benar terjadi di sekeliling kita, terlepas dari setuju/tidaknya pembaca pada segala keputusan Saatirah, banyak sekali yang bisa kita pelajari dan renungkan dari membaca buku ini. 'Teteh' Niknik berhasil secara objektif menceritakan pada pembaca dilema macam apa yang sebetulnya dialami perempuan-perempuan seperti Saatirah. Selamat ya, semoga buku ini membawa banyak manfaat bagi pembaca baik perempuan maupun laki-laki, amin. (Kristy Nelwan, Novelis)
Sebuah novel tragedi keluarga dan skandal cinta yang mencekam, sekaligus menyimpan banyak pelajaran untuk menghadapi kehidupan urban yang keras dan rumit. Layak dibaca oleh siapa saja untuk menjadi cermin sekaligus salah satu sumber kearifan hidup. (Ahmadun Yosi Herfanda, Ketua Komunitas Sastra Indonesia)
Sangat berwarna! Saatirah mampu membuat pembaca tersedu-sedan, tersenyum kecut, tertawa lepas, bahkan sanggup membuat degub jantung lebih kencang. (Susilawati, Pemerhati Bahasa Indonesia)
Takjub! Ketabahan dan kesabaran Saatirah patut ditauladani. Dengan kepercayaan dirinya Saatirah sanggup menjadi seorang istri yang tetap memegang teguh kodrat, meski teraniaya. Pengabdian pada suami dan keimanan pada Tuhan adalah dua hal yang harus dijalani oleh seorang istri solehah. (Rina, Penikmat Novel, Sekretaris Rumah Sakit Pusat Pertamina)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar