Minggu, 31 Januari 2010

Kuis Bintang-Bintang: Diferensiasi Perkuliahan Bahasa Indonesia yang Menarik




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Dua hari yang lalu, pada 30 -31 Januari 2010, di Rumah Jambuluwuk, Tapos, Bogor, hawa dingin menusuk tubuhku, tetapi kehangatan suasana di pegunungan itu telah mengalahkan hawa dingin. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan. dalam suasana yang harmonis, aku berhasil mendapatkan kesempatan itu, kesempatan untuk menyampaikan buah pikiranku melalui presentasiku dalam "Semiloka Kurikulum Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris "yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Lembaga Budaya, Universitas Trisakti.Kupaparkan...

Dulu, jika akan mengajar, seorang dosen selalu berpikir, apa yang akan saya ajarkan besok pada mahasiswa. Akibatnya, dosen menjadi terbebani dengan tugas rutin yang membosankan. Dosen pun tak semangat mengajar. Mahasiswa pun terkena imbasnya.Tak ada seberkas cahaya yang menyinari semangat belajar mahasiswa.

Kini, paradigma sudah berubah, bila dosen akan mengajar, ia harus berpikir, apa yang akan dilakukan oleh mahasiswa esok saat mengajar? Mau belajar apa mahasiswa esok. Dengan demikian, tugas seorang dosen adalah sebagai sutradara, mahasiswalah peran utamanya..

Bagaimanakah cara menjadi sutradara yang baik? Berikanlah hiburan. Seorang Ki Hajar Dewantara pernah berkata, "Ajarkanlah sesuatu dengan bermain."Maksudnya adalah kita dianjurkan untuk belajar sambil bermain agar kita menjadi manusia yang asah, asih, dan asuh. Dalam bermain akan ada keceriaan, keakraban, kerja sama, dan membuat kita lebih semangat hidup.

Demikian pula, saat kita mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia kepada mahasiswa. Ajarkanlah bahasa Indonesia dengan menarik dan menyenangkan,dengan metode hibur.
Bagaimanakah caranya? Terapkanlah Kuis Bintang-Bintang....! Hubungi saya di
niek2x@yahoo.co.id

Terima kasih Pak Sutan, Bu Hanny, Bu Agustine, Pak OT, Bu Maria, Bu Poppi, Pak Tato, dll..... Terima kasih Trisakti, Bahasa Indonesia Menjadi Eksis di Negeri Sendiri.

Selasa, 26 Januari 2010

Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Seminggu yang lalu, saya dan rekan saya, John Billy, diminta menjadi pembawa acara seminar sehari dengan tema "Merintis Kabupaten Tangerang sebagai Pusat Pendidikan". Acara ini bertempat di Function Hall, Universitas Multimedia Nusantara dan terselenggara atas kerja sama Komunitas Pendidikan Pagedangan dan UMN.

Ada suatu hal yang menarik dan itu pelajaran bagi saya. Ketika peserta seminar sedang beristirahat di antara jeda waktu seminar sesi I dan II, untuk meramaikan acara, saya berinisiatif memberikan hiburan berupa kuis berhadiah.

"Selamat siang para pahlawan tanpa tanda jasa....!" sapa saya pada peserta seminar yang berprofesi sebagai guru-guru SMA. O'ow ternyata, sapaan saya itu menimbulkan masalah. Salah satu narasumber, Prof Dr. Muhamad Surya menolak idiom itu.

"Mohon maaf, Ibu Niknik, kami para guru merasa direndahkan dengan sapaan Ibu bahwa kami adalah pahlawan tanpa tanda jasa" jelasnya. Lalu beliau melanjutkan,
"Kami adalah pahlawan pembangun insan cendekia...."


OOOOOOOOOhhhhhhhhhhhhhh..... maaf Bapak....maaf para Bapak dan Ibu Guru. Saya tidak tahu bahwa idiom itu sudah diganti. Maaf, maaf...Hapunten Pak Surya. Karena ketidaktahuan saya, cerita ini menjadi muncul.

Baiklah, para Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati, kini saya akan meralatnya

"Selamat siang para pahlawan pembangun insan cendekia....."

Hehehe....

Belajar Bahasa Indonesia itu Menyenangkan




Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd.,M.Hum.
Semalam saya memulai kuliah Bahasa Indonesia dengan penayangan video "Tanah Air Indonesia". Lampu kelas saya padamkan. Yang ada hanya cahaya remang-remang yang berasal dari cahaya tayangan video. Mahasiswa saya suguhi tentang keindahan alam Indonesia. Setelah penayangan, lampu masih belum saya nyalakan, saya memberikan kata-kata bijak yang memotivasi mereka agar bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Saya katakan....
"Mahasiswa yang saya cintai...
Baru saja Anda lihat sebuah tayangan tentang Indonesia, apakah Anda bangga menjadi bagian dari bangsa ini? Jangan Anda jawab pertanyaan ini, cukup di dalam hati.

Sadarkah Anda bahwa kita akan lebih menyayangi sesuatu bila sesuatu itu akan hilang dari kita. Kita akan lebih mencintai pasangan kita, bila kita sadar bahwa sebentar lagi ia akan meninggalkan kita. Kita pun akan lebih menghargai dan menghormati orang tua saat kita lihat orang tua kita sakit. Kita khawatir akan kehilangan mereka....

Mahasiswa yang saya banggakan....
Mengapa tiba-tiba kita begitu menghargai batik? Berbondong-bondong orang membeli batik. Membuat peraturan memakai baju batik saat hari-hari kerja tertentu. Mengampanyekan batik. Kita lebih mencintai batik.

Ya, kita melakukan semua itu karena kita tahu, kita sadar, kita takut, batik sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia akan diakui sebagai budaya Malaysia.

Nah, sekarang, pertanyaannya adalah... Kapan kita akan mencintai bahasa Indonesia? Apakah rasa itu akan kita kembangkan setelah negara lain mengakui bahwa bahasa kita adalah bahasa negara lain? Apakah kita akan menunggu saat-saat negara lain mencuri bahasa Indonesia, lalu kita tergopoh-gopoh mencintai bahasa Indonesia?

Tentu tidak.

Nah, malam ini, mari kita sama-sama belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud kebanggaan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Horeeeeeee!!!!!! Semua mahasiswa bertepuk tangan dan bersemangat belajar bahasa Indonesia!!!

Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat.