Minggu, 22 November 2009

Mencitarasakan Kalimat dalam Menulis Artikel Populer

Oleh:Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Abstrak
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah yang terikat oleh konvensi penulisan dan aturan-aturan berbahasa yang ajeg, karangan populer dilonggarkan dalam hal-hal tersebut. Seni mencitarasakan kalimat dalam menulis artikel populer dihadirkan agar kita pandai membuat karangan populer dengan kalimat-kalimat yang dapat menimbulkan rasa tertentu seperti keteraturan, ketertegangan, keterpikatan, dan keteriramaan.

A. Pendahuluan: Menulis itu Mudah
“Pekerjaan yang paling sulit adalah memulai, pekerjaan apapun, termasuk menulis”, itulah pendapat beberapa orang ketika mereka dihadapkan pada kegiatan menulis. Benarkah? Memang benar, bukanlah hal aneh bila sebagian orang menganggap menulis itu sulit dan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir mencari kata-kata yang akan dirangkai menjadi kalimat, menyusun kalimat demi kalimat yang akan dirangkai menjadi paragraf, dan mengomposisikan paragraf demi paragraf untuk menjadi sebuah wacana.

Sebenarnya menulis itu bukanlah pekerjaan yang sulit. Hanya saja setiap individu memiliki penilaian masing-masing dalam menyikapinya. Layaknya belajar mengendarai mobil, menulis artikel membutuhkan latihan bertahap dan rutin. Untuk membiasakan diri mulailah dengan menulis buku harian di rumah atau menulis laporan kegiatan rutin di kantor. Tuliskan pencapaian target yang berhasil dilakukan. Tuliskan juga bila pencapaian target kurang berhasil dan jelaskan kendala-kendala dalam pencapaian target tersebut. Dalam menulis buku harian atau laporan kegiatan rutin di kantor secara tidak sadar kita belajar menuangkan pikiran sendiri dan terlatih menyusun tulisan yang teratur serta mencatat secara detil suatu peristiwa.

B. Mengawali Tulisan dengan Menarik
“Kesan pertama begitu menggoda”, demikian kalimat sebuah iklan yang menarik perhatian kita. Begitu juga ketika kita menulis artikel, awali dengan sesuatu yang menarik perhatian pembaca. Pertama, kita bisa mengawalinya artikel kita dengan sentuhan seni kalimat tanya yang akan memberi kesan merangsang pembaca untuk segera mengetahui isi tulisan, seperti contoh berikut ini.

Apakah metroseksual itu? Itulah kata yang sedang memboming saat ini, gaya hidup metroseksual saat ini tengah menjadi tren dan digandrungi oleh kaum pria. Pria metroseksual? Ya, pria yang bau, tak rapi, dan kucel saat ini tak menarik lagi bagi kaum hawa. Pria yang menarik kaum wanita saat ini yaitu yaitu pria yang suka memperhatikan penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kuku. Selain itu, pria metroseksual cenderung pekerja keras, penuh percaya diri dan sosok family man. Apakah Anda termasuk pria metroseksual?

Selain sentuhan seni kalimat tanya, kita juga dapat menggunakan seni kalimat perintah atau imperative. Kalimat perintah berisi ajakan, suruhan atau larangan melakukan sesuatu, seperti contoh berikut ini.

Jangan bunuh penumpang! Tragedi transportasi yang berkali-kali terjadi membuat siapapun cemas; cemas karena kecenderungan bencana transportasi menunjukkan grafik naik dari tahun ke tahun. Lihat saja kecelakaan lalu lintas darat! Tahun lalu saja jalan raya merenggut tak kurang 30 ribu nyawa manusia. Luar biasa! Sementara itu, untuk angkutan laut memperlihatkan grafik naik, dan 109 kasus pada 2004 menjadi 111 kasus pada tahun 2005, dan 119 kasus pada 2006. Di sisi lain, transportasi udara yang mestinya segalanya paling prima juga setali tiga uang. Berengsek!

Kita juga bisa mengawali tulisan dengan menggunakan kalimat dalam petikan langsung. Berikut contohnya.

“Gitu aja kok repot...!”, itulah ungkapan khas Abdul Rahman Wahid, salah seorang mantan presiden Indonesia yang unik dan nyentrik. Walaupun memiliki penglihatan yang kurang, ia dapat terpilih menjadi Presiden ke-4 RI. Pada awal masa pemerintahannya, Gus Dur sering mengadakan kunjungan ke luar negeri. Akibatnya, suami dari Shinta Nuriah ini sering menerima kritikan dari berbagai pihak, terutama dari lawan politiknya. Selain itu, mantan Ketua PKB ini sering mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan inkonvensional sehingga sering diminta mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI. Namun, kyai dari Jawa Timur ini tetap ingin menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Kata-kata mutiara sebagai bagian dari seni berkalimat merupakan salah satu cara mengawali tulisan dengan menarik. Berikut contohnya.

“Didiklah anakmu dua puluh tahun sebelum ia lahir”, demikian Napoleon Bonaparte berkata dengan penuh makna. Sepintas kita merasa pernyataan itu kurang logis, mana mungkin kita dapat mendidik anak kita, sementara anak itu akan lahir dua puluh tahun lagi. Namun, setelah kita simak lebih dalam makna ungkapan tersebut, sungguh itu merupakan pernyataan yang memiliki pesan luar biasa.....

Puisi sebagai bagian dari bentuk karya sastra juga bisa menjadi pembuka tulisan yang menarik.

“Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia, walau jalannya sukar dan curam. Dan apabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya, walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu”, demikian Kahlil Gibran berucap melalui puisi yang berjudul “Cinta”. Berbicara tentang cinta tentu tidak akan pernah selesai, selalu menarik untuk diperbincangkan....

Siapa pun tanpa kecuali senang dengan cerita, apalagi cerita yang menarik. Ini bisa menjadi sesuatu yang memikat pembaca takala diletakkan di awal tulisan. Berikut contohnya.

Apakah Anda termasuk golongan orang narsis? Apakah narsis itu? Ya, kata narsis diambil dari tokoh mitologi Yunani, Narsisus, yang jatuh cinta kepada dirinya sendiri. Tiap kali memandang dirinya di permukaan air, Narsisus kagum akan ketampanan wajahnya. Sampai akhirnya betapa banyak peri hutan merasa iri kepada telaga, tempat tiap pagi Narsisus mengagumi dirinya. “Enak ya kamu, tiap pagi memandang wajah tampan dan mata jernih itu,” kata peri hutan. “Apa dia tampan dan matanya jernih?” jawab telaga. “Lho, kamu melihat tiap pagi bukan?” “Tidak. Aku tak sempat melihatnya sebab tiap kali ia jongkok di tepiku, aku sibuk memandang kejernihan wajahku sendiri yang terpantul diwajahnya.” Dengan ringkas dan bagus cerita ini hendak berpesan, seperti pada psikolog yang berurusan dengan “abnormalitas” -bahwa si telaga, mungkin maksud kita-sering lebih narsisus daripada Narsisus sendiri. Sering kita berperilaku tak sehat, narsisme, dan tak menyadari bahwa kita mengidap gangguan jiwa.

Pilihan terakhir, kita bisa menulis artikel dengan kemasan sebuah cerita, tetapi tentu cerita yang memiliki pesan tertentu. Berikut contohnya.
Suatu hari seorang dosen meminta mahasiswa putri menuliskan nama 10 orang yang paling disukai dan dicintainya sepanjang hidupnya selama ini di papan tulis.

Mahasiswa putri itu menuliskanlah nama 10 orang yang ia sukai dan cintai
Pertama ia tulis nama teman kecilnya di taman kanak-kanak;
kedua ia tulis nama sahabat kecil di SD;
ketiga ia tulis nama karibnya di SMP;
keempat ia tulis nama guru yang dikaguminya;
kelima ia tulis nama sohibnya di SMA;
keenam ia tulis nama temannya di perguruan tinggi;
ketujuh ia tulis nama pria cinta pertamanya;
kedelapan ia tulis nama suaminya;
kesembilan ia tulis nama orang tuanya, dan
kesepuluh ia tulis nama anaknya.

Kemudian, setelah nama 10 orang tersebut lengkap ditulis, sang dosen meminta agar mahasiswa tersebut mencoret satu nama yang dianggap kurang penting. Lalu, sang mahasiswa mencoret nama teman kecilnya di TK. Tinggallah 9 nama orang-orang yang ia cintai. Sang dosen meminta kembali mencoret nama-nama yang dianggap kurang penting. Dengan berat hati dan penuh pertimbangan mahasiswa tersebut mencorat-coret hingga tinggallah tiga nama, yakni orang tua, suami, dan anak.

Saat itu di papan tulis tinggal 3 nama orang-orang tercinta bagi si mahasiswi.
Orang tua, suami dan anak. Memang secara normatif, tiga nama itulah yang seharusnya merupakan orang-orang tercinta di benak kita masing-masing saat inipun. Orang-orang yang paling mengikat batin kita siang dan malam, saat suka dan duka, ketika sedih dan gembira. Lalu…… apa hubungannya? Untuk makna apa sesungguhnya kita semua berada di sini?

Selesai? Ternyata tidak.
“Celaka !” guman si mahasiswi. Sang dosen tak juga berhenti meminta. Disuruhnya si mahasiswa mencoret kembali 1 nama orang tercinta.

Kira-kira, nama mana yang akan dicoretnya? Sebuah pilihan yang sulit.
Yhaa…, dengan berat hati dan penuh kebimbangan si mahasiswi mulai memegang spidol dan berusaha memilih nama mana yang akan ia coret. Berkelebatlah wajah orangtuanya, insan yang melahirkan dan membesarkannya. Insan yang paling berjasa dalam hidupnya.
Terbayanglah wajah suaminya. Sosok penuh cinta yang mampu membuatnya pasrah untuk menyerahkan hidupnya.
Kemudian, menyeruak bayangan derai tawa dan canda anaknya. Buah hati yang dilahirkan dari rahimnya yang suci.
Tangannya tampak ragu, airmukanya mengerenyit, matanya memerah sedih. Tentu sebuah pilihan yang sulit baginya.

Kira-kira, nama mana yang akan dicoretnya?
Tak dinyana, tak diduga. Nama orangtuanya adalah nama yang dicoretnya !

“Sungguh keterlaluan !” pikir si mahasiswa.
Rupanya permainan belum selesai. Sang dosen tak kunjung terpuaskan.
Ya Tuhanku, sang dosen kembali meminta agar ia mencoret satu nama lagi !
“Hilangkan satu lagi!” pinta sang dosen.
Mahasiswa itu harus memilih antara anak dan suami. Mana mungkin?
Suami adalah belahan hati. Sang anak adalah buah keturunannya sendiri. Keduanya karunia Illahi.
Manaa… mungkinnn….. menghilangkan salah satu dari mereka?
Mahasiswa itu tampak larut dalam permainan ini dan menjadi gelisah.
Berdebar hatinya, sesaklah dadanya, dan tanpa terasa mengalirlah air mata di pipinya. Suasana menjadi hening. Senyap.


Pada akhirnyaaa…... dengan sangat berat hati dan berderaai airmata dicoretlah…. NAMA ANAKNYA.
Kini tinggallah satu nama di papan tulis: NAMA SUAMINYA

Sang dosen bertanya, ”Orang terkasih anda bukan orang tua dan anak?” Orang tualah yang melahirkan dan membesarkan anda. Anda pulalah yang melahirkan anak, sedangkan suami bisa dicari lagi.
Jelaskan mengapa Anda memilih sosok suami sebagai orang yang paling penting dan sulit dipisahkan? Semua mata tertuju pada si mahasiswi yang ternyata lebih memilih suaminya itu, mereka menunggu apa yang hendak dikatakannya.

Dengan suara berat dan mata sembab, si mahasiswi berujar.
“Demi masa” dia memulainya.
“Waktu akan terus berlalu….orang tua akan pergi meninggalkanku. Anakpun akan demikian. Jika ia telah dewasa dan menikah, ia akan meninggalkanku juga. Yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya,” ucapannya lirih.

Ya, kehidupan itu bagai bawang. Ketika dikupas selapis demi selapis, akan habis. Lapis pertama, diibaratkan kita akan kehilangan masa kanak-kanak kita.
Lapis kedua diibaratkan kita akan kehilangan masa remaja kita, masa SMP, SMA, dan seterusnya. Saat terkelupas lapis demi lapis itulah ada kalanya kita dibuat teramat sedih dan menangis.



C. Seni Mencitarasakan Kalimat
1. Kalimat Berkompilasi
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.

(1) Tukul Arwana semakin melejit. (2) Pada awalnya kehidupan Tukul Arwana susah. (3) Ketekunan dan kemauan yang keras telah mengantarkannya menjadi sosok yang bersinar. (4) Tukul Arwana semakin populer dan bergelimang uang melalui acara “Bukan Empat Mata” yang disiarkan oleh Trans7. (5) Tukul Arwana tetap hidup dalam kesederhanaan.

Kemudian, bandingkan dengan kalimat-kalimat berikut ini.

(a) Presenter kocak, Tukul Arwana, semakin melejit. (b) Walaupun pada awalnya kehidupan lelaki yang bernama lengkap Tukul Riyanto susah, ketekunan dan kemauan yang keras telah mengantarkannya menjadi sosok yang bersinar. (c) Tukul “Si Kembali ke Laptop” semakin populer dan bergelimang uang melalui acara “Bukan Empat Mata” yang disiarkan oleh Trans7, tetapi tetap hidup dalam kesederhanaan.

Kalimat yang kedua lebih menarik dan memiliki cita rasa bukan? Kalimat pertama terasa monoton dan membuat kita lelah membacanya, sedangkan kalimat kedua lebih mengalir dan enak membacanya. Kalimat yang kedua lebih baik daripada kalimat yang pertama karena adanya kompilasi kalimat tunggal yang dihubungkan dengan intrakalimat, sedangkan kalimat pertama kurang menimbulkan rasa karena tidak adanya pengompilasian dan kata penghubung. Akhirnya, cita rasa kalimat menjadi rusak, tidak lancar, dan tidak mengalir.
Pengompilasian kalimat dapat dilakukan dengan cara berklimaks dan berlepas. Kalimat berklimaks dibuat dengan mengompilasikan anak kalimat dan induk kalimat, sedangkan kalimat berlepas dilakukan dengan cara mengompilasikan induk kalimat terlebih dahulu diikuti anak kalimat.
Kalimat (2) dan kalimat (3) melahirkan kalimat berklimaks (b), sedangkan pengompilasian kalimat (4) dan (5) menelorkan kalimat berlepas (c).
Berikut adalah contoh kalimat berklimaks.
a. Apabila peralatan diperbarui dan dilengkapi dengan yang sempurna, risiko kecelakaan transportasi dapat berkurang.
b. Meskipun tidak seluas Disneyland pertama yang ada di California, Hongkong Disneyland maupun memberi nama serupa dan menarik.

Kalimat berlepas dapat Anda perhatikan pada contoh berikut ini.
a. Frobidden City disebut kota terlarang karena pengunjung yang bukan berasal dari keluarga kaisar dilarang memasuki kota tersebut.
b. Di China ada semacam pemeo terkenal, yakni siapa pun yang berhasil mencapai tembok raksasa maka orang tersebut dianggap sudah menaklukkan seluruh Manchunia.

2. Kalimat Bervariasi
a. Variasi Kalimat Pernyataan
Tentu saja kita mengetahui bahwa dalam berbahasa yang dapat kita gunakan tidak hanya kalimat pernyataan (deklarative), tetapi kalimat pertanyaan (interogative) dan kalimat perseruan (imperative). Kalimat pernyataan digunakan jika kita hendak memberitakan, memberitahukan, atau menginformasikan sesuatu. Bentuk kalimat pernyataan bisa berupa kalimat aktif atau pasif.
Perhatikan contoh berikut ini.
1) Bersih, rapi, dan teratur, itulah kesan pertama yang timbul saat mengunjungi Malaysia.
2) Orchard Road banyak dikunjungi wisatawan karena banyak menyediakan barang-barang bermutu dengan harga murah.
Selain menggunakan kalimat aktif atau pasif, Anda juga bisa mengawali tulisan dengan kalimat langsung atau tidak langsung seperti contoh ini.
1) ”Tersenyumlah dan dunia akan tersenyum bersamamu, menangsilah dan kau akan menangis sendirian”, begitulah kata-kata bijak ala Tao ini dapat dijadikan kunci pertama kesehatan dan panjang umur.
2) Seorang Bonaparte mengatakan bahwa didiklah anakmu dua puluh tahun sebelum ia lahir.

b. Variasi Kalimat Pertanyaan
Anda ingin mengawali tulisan dengan kalimat tanya? Mengapa tidak bisa? Agar pembaca terangsang untuk membaca tulisan Anda, seperti contoh di atas.

c. Variasi Kalimat Perintah
Untuk mencitarasakan kalimat, selain menggunakan variasi kalimat berita dan kalimat tanya, Anda juga dapat menggunakan kalimat perintah atau imperative. Kalimat perintah berisi ajakan, suruhan atau larangan melakukan sesuatu.

d. Variasi Panjang Pendek
Untuk menimbulkan efek dramatik, gunakan variasi kalimat pendek. Dengan kalimat pendek, minat dan perhatian pembaca akan dibangkitkan. Variasikan kalimat-kalimat pendek ke dalam rangkaian kalimat-kalimat panjang yang yang kita buat, seperti contoh berikut ini.
Renungkan. Memang pemerintah tak mampu menjadikan Indonesia sebuah negara kuat karena reformasi terlalu lambat. Mudah dijumpai pejabat yang mengutip bukan melayani. Data ekspor dan impor semrawut. Bahkan, rawan penyelundupan. Ergulasi dan koordinasi antar departemen lemah. Pola tarif hancur. Standar nasional tidak aktif. Mengapa?

3. Kalimat Berurutan Simpang
Sesudah kalimat konvensional biasanya terdiri atas S-P-O-K. Agar menimbulkan cita rasa penegasan, ubahlah unsur gramatikalnya menjadi P-S, atau K-P-S. Penambahan muatan unsur gramatikal ini disebut inversi, sedangkan perubahan karena pergeseran disebut prolepsi.
a. Inversi
1) Mahasiswa / terkesan / oleh semangat yang dikobarkan Amin Rais saat reformasi tiba.
Kalimat 1) diubah urutannya menjadi
Terkesan / mahasiswa / oleh semangat yang dikobarkan Amin Rais saat reformasi tiba.
2) Mahasiswa yang berjuang membeli kebenaran itu / telah gugur.
Kalimat 2) diubah menjadi kalimat inversi seperti berikut ini.
Telah gugur / mahasiswa yang berjuang membela kebenaran it.

b. Prolepsi
3) Para mahasiswa / berhasil menggulingkan / rezim orde baru yang dipimpin oleh Soeharto / pada Mei 1998
Kalimat 3) yang berpola S-P-O-K dan memiliki keterangan di bagian akhir bisa digeser posisinya ke bagian awal atau tengah seperti berikut ini.
4) Pada Mei 1998 / mahasiswa / berhasil menggulingkan / rezim orde baru yang dipimpin oleh Soeharto
5) Mahasiswa/ pada Mei 1998/ berhasil menggulingkan/ rezim orde
S K P
baru pimpinan Soeharto
O

4. Kalimat Berepetisi
Kalimat berepetisi atau berulang dipakai untuk mencitatasakan kalimat dengan menghindarkan pengulangan kata yang lemah dayanya. Perhatikan contoh kalimat berikut ini yang menggunakan repetisi berdaya lemah.
Lembaga pendidikan yang berkembang itu memerlukan para ahli seperti ahli hukum, ahli komputer, ahli komunikasi, dan ahli psikologi.
Pengulangan bertujuan untuk menekankan ide-ide yang penting, menggaungkan pikiran-pikiran utama di dalam angan-angan pembaca, memancangkan pesan-pesan penting di hati dan pikiran pembaca, dan mematrikan lukisan atau paparan tentang suatu hal yang lebih berkesan.
Terdapat dua macam pengulangan, yaitu pengulangan bentuk dan pengulangan makna. Pengungkapan gaya kalimat yang berepetisi ini dapat menyertakan tanda baca koma, tanda titik dua, dan tanda pisah.
a. Kalimat Berepetisi Bentuk
1) Penekanan pengajaran mata kuliah Bahasa Indonesia bukan pada bagaimana mahasiswa dapat memahami kaidah bahasa Indonesia, melainkan pada bagaimana agar mahasiswa dapat menulis, menulis, dan menulis.
2) Hanya dengan bekerja, bekerja, ya bekerja, tujuan kita akan tercapai

b. Kalimat Berepetisi Makna
1) Indonesia adalah negeri pahlawan, sosok yang dikagumi karena keberaniannya berkorban bagi bangsa.
2) Ketika memasuki abad ke-21 Indonesia memerlukan pahlawan kebajikan: pahlawan-pahlawan kehidupan.
3) Banyak yang memperkirakan bahwa 2007 adalah tahun vivere periscoloso -- tahun berbahaya -- bagi Indonesia.

5. Kalimat Berkonstruksi Idiomatik
Idiomatik adalah ungkapan khas kebahasaan yang salah satu unsurnya tidak bisa tergantikan oleh unsur lain. Contoh idiomatik dalam bahasa Indonesia, yaitu
bukan .........., melainkan....
tidak... ........., tetapi............
selain ..........., juga..............
baik ............., maupun........
jangankan ...., pun...............
betapapun ...., masa lebih....

Berikut adalah kalimat-kalimat yang berkonstruksi idiomatik berupa kata penghubung berpasangan.
a. Pahlawan dikenang bukan hanya karena berani mati, melainkan karena berani mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan bangsa.
b. Perhatian pantas diberikan lebih khusus untuk Poso karena pelaku kejahatan dan teror tidak hanya akan menciptakan kepedihan, tetapi mengobarkan rasa permusuhan.
c. Selain sandang, pangan, dan papan, kesehatan bagi manusia juga merupakan pokok yang harus terpenuhi.
d. Setiap warga negara dalam pertumbuhannya tidak pernah terpisahkan dalam pergumulannya dengan aspek serba pahlawan, baik kepahlawanan dalam kehidupan nyata maupun fiksi.
e. Jangankan membaca, melihat pun aku tak mampu.
f. Betapa pun enaknya hidup di negeri orang, masih lebih enak hidup di negeri sendiri.

D. Penutup
Demikianlah sedikit trik yang telah diuraikan. Teerakhir, untuk menumbuhkan semangat menulis, tanamkanlah motto dalam diri kita yang akan menjadi motivator kepercayaan diri seperti sukses berencana berarti berencana untuk sukses. Tidak ada satu orang pun yang tidak ingin sukses di dalam hidupnya. Sebelum berpikir sukses kita harus memiliki satu keyakinan yang teguh bahwa orang lain bisa, saya juga bisa.(NNM)

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: Gramedia.

Kuntarto, Niknik M.. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Wibowo, Wahyu. 2002. 6 Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca. Jakarta: Gramedia.

Widya Martoyo, A. 1991. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kamsik.

Rabu, 16 September 2009

Belajar sebagai Ajang Perubahan Perilaku Seseorang

Oleh: Nknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.


"Siapa sangka bahwa dulu Ubud adalah sebuah desa terpencil di sebuah bukit di bali, daerah yang“Siapa sangka bahwa dulu Ubud adalah sebuah desa terpencil di sebuah bukit di Bali, daerah yang tertutup dan berhutan lebat sehingga para turis pun merasa takut dan tidak berani menginjakkan kakinya di Ubud. Ubud tidak akan pernah menjadi daerah kunjungan wisata kalau tak ada seorang yang sungguh-sungguh melakukan PERUBAHAN. Sang pengubah itu adalah Tjokorda Gde Agung Sukawati, Raja Ubud. Semasa hidupnya, G.A. Sukawati sangat memerhatikan kesenian. Ia berpikir rakyatnya tidak bisa hidupn seperti ini terus-menerus. Kemudian, ia mulai mencari jalan agar rakyatnya bisa membuat karya bernilai. Oleh karena itu, setiap kali ia mendengar ada pelukis hebat datang ke Bali, ia ajak ke Ubud. Ia memburu orang-orang terkenal seperti Affandi, Hanz Snell, dan Antonio Blanco. Dijemputnya di pelabuhan. Bahkan diberikannya rumah. Syaratnya hanya satu: Tolong ajarkan anak-anak Ubud melukis.

Antonio Blanco adalah salah satu pelukis terkenal yang banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan seni lukis di Ubud. Bahkan, ia sampai jatuh cinta pada gadis Bali dan menetap di Bali hingga akhir hayatnya. Konon, sebelum kedatangan para pelukis terkenal, lukisan-lukisan seniman Ubud terbatas hanya pada tema –tema yang lazim ditemui pada epos Mahabarata dan Ramayana. Sekarang, mereka bisa menghasilkan karya-karya yang sangat ekspresif dngan multitema. Gagasan sederhana itu sekarang sangat dinikmati oleh orang-orang Bali. PERUBAHAN telah mengantarkan Ubud menjadi daerah wisata. Berkat keseniannya yang sangat istimewa dan alam pegunungan yang dikelilingi persawahanyang indah, Ubud dikenal sebagai daerah wisata yang sangat digemari dan bernilai ekonomis sangat tinggi. Di sepanjang Ubud kita akan bertemu dengan selebritis dunia, guru-guru besar dari universitas terkenal di dunia, serta usahawan mancanegara. Mereka mengayuh sepeda, mengunjungi musium, membeli lukisan, dan memborong karya-karya seni.

Cerita tentang Ubud yang saya paparkan tersebut menggambarkan bahwa betapa pentingnya sebuah PERUBAHAN. Begitu juga dengan “Belajar”. Belajar adalah proses perubahan perilaku. Seorang pengajar BIPA harus berani mengadakan perubahan. Ia tidak terpaku dan berselancar di atas pola yang dibuat para pendahulunya, tetapi menciptakan jalan-jalan baru yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, ia menawarkan tujuan-tujuan baru untuk untuk dicapai bersama-sama. Oleh karena itu, seorang guru BIPA, bukan hanya sebagai pentransfer ilmu, melainkan juga sebagai motivator dan fasilitator yang menyediakan dan memberikan inspirasi kepada peserta didik.

Pada pembelajaran keterampilan menulis, jangan mengajarkan cara menulis karangan saja, tetapi ajarkan mereka untuk membuat peta, menulis berdasarkan gambar, menulis perjalanan, atau menulis kolaborasi. Pada pengajaran tata bahasa, jangan hanya menjelaskan pengertian fonem atau morfem secara terpisah-pisah, tetapi dalam tataran yang lebih tinggi. Fasilitasi mereka dengan cara mengajarkan peserta didik kita untuk langsung terlibat secara aktif dalam sebuah latihan yang bersifat tubian sehingga mereka dapat menyimpulkan sendiri. Pada pengajaran keterampilan kosakata, jangan mengajarkan pengertian kosakata atau menyuruh mereka menghafal kata demi kata, tetapi ajarkan dan kayakan kosakata mereka dengan pelatihan anagram, teka-teki silang, morse, ular tangga, atau pertempuran perang. Tentu, semua itu tetap harus diberikan secara terpadu dengan kemasan yang menarik dan bermakna. Mari kita BERUBAH untuk suatu kebaikan....!


Metode Hibur sebagai Alternatif Metode Pengajarn BIPA

Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

HARI PERTAMA LOKAKARYA BIPA DI BALI, 8 Juni 2009.


“Ajarkanlah ilmu apa pun pada anak didik dengan cara bermain”, itulah pesan pendidikan yang pernah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Saya dapat menarik simpulan bahwa terdapat benang merah yang sama antara ungkapan mulia dari Ki Hajar Dewantara tersebut dan materi pertama yang disampaikan oleh Drs. Nyoman Riasa, M.Ed. pada Lokakarya Prasertifikasi Guru BIPA hari pertama ini. Entertaining method atau metode hibur yang diterapkan APBIPA sangat menarik dan saya sangat setuju. Mengapa demikian? Saya adalah orang yang selalu berpikir, berpikir, dan berpikir bagaimana caranya agar pengajaran bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang menarik. Terdapat tantangan yang menarik dan membuat saya memiliki semangat baru ketika saya memasuki dunia bahasa Indonesia. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur.

Nah, sekarang mari kita bahas mengapa metode hibur penting diterapkan pada pengajaran bahasa Indonesia. Alasan pertama, bahasa Indonesia seringkali disepelekan oleh orang lain sehingga menjadi mata pelajaran yang kurang menarik. Selain materi yang tubian dan metode yang konvensional, juga pengajar yang kurang kreatif menciptakan gaya mengajar yang menarik menjadikan pengajaran bahasa Indonesia kurang disukai. Metode hiburan hadir untuk menjawab permasalahan tersebut. Setiap orang tanpa kecuali menyukai hiburan. Dengan metode hibur, pengajaran bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang disukai banyak orang.

Alasan kedua, dengan metode hibur tanpa terasa peserta didik sudah belajar secara mandiri dan efektif. Tanpa kita paksa mereka untuk belajar, dengan sendirinya mereka sudah belajar. Pengajaran bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang menyenangkan, santai tapi serius, serius tapi santai.

Alasan ketiga, proses belajar mengajar yang baik adalah proses yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Tugas pengajar hanyalah motivator dan fasilitator. Melalui metode hibur peserta didik tanpa terasa terlibat aktif, bersemangat belajar, dan mereka menjadi pusat pembelajaran di antara rangkaian proses belajar mengajar. Tugas pengajar adalah mengarahkan peserta didik agar tetap berada dalam koridor tujuan instruksional umum atau khusus,

Alasan terakhir, metode hiburan penting bagi pengajaran bahasa Indonesia karena adanya proses katarsis, sebuah proses penyucian dan penyegaran. Diibaratkan ketika kita baru saja keluar dari pintu bioskop setelah menonton film Ayat-Ayat Cinta, ada pesan moral yang dapat mengubah dan menyucikan jiwa kita menjadi lebih baik. Dengan metode hiburan, setelah keluar dari pintu kelas, peserta didik akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru yang berkesan.

Demikian, analisis saya terhadap materi hari pertama yang dipaparkan oleh Drs. Nyoman Riasa, M.Ed. Proses belajar yang membuat saya terkesan. “Kesan pertama begitu menggoda......! Selanjutnya....?”

Senin, 14 September 2009

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN ADMINISTRASI KAMPUS

Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.


Senin, 16 Maret 2009

Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik

Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

Kesantunan bahasa di kalangan akademik diwujudkan melalui pemakaian ragam bahasa ilmiah dalam kegiatan menulis akademik, baik secara lisan maupun tulisan. Agar memiliki kesantunan berbahasa, mahasiswa harus sering disodori bacaan yang bisa ditiru sehingga mahasiswa memiliki keterampilan menulis yang baik. Mahasiswa yang pandai membaca akan lebih cepat mampu memahami ejaan, diksi, kalimat, paragraf, dan karangan. Pada Bab III ini penulis akan membahas ketidaksantunan bahasa yang sering dilakukan dalam penulisan akademik dan penulis juga akan menyajikan cara memperbaiki ketidaksantunan tersebut.

Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa karangan yang dibuat oleh mahasiswa, baik karangan ilmiah maupun populer, penulis menemukan beberapa ketidaksantunan berbahasa, seperti penerapan ejaan yang salah, pilihan kata yang tidak baku, kalimat yang tidak efektif, paragraf yang tidak padu, dan konvensi penulisan yang tidak teratur. Perhatikan contoh makalah berikut ini.

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar belakang masalah

Sudah tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan manusia, kebutuhan air minum merupakan faktor utama. Diberbagai belahan bumi peningkatan kesehatan sangatlah berhubungan erat dengan masalah air minum. Secara ilmiah sumber air minum yang terdapat dalam belahan bumi yang beriklim empat musim dapat dikategorikan lebih baik, namun daerah yang beriklim dua musim sangat dilema, terutama di Indonesia yang sampai saat ini masih sulit mendapatkan standar kwalitas air minum yang baik.

Salah satu dari sekian banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang air minum adalah PT. Romeo Alam Segar yang memroduksi air minum dalam kemasan yang memenuhi standar kwalitas. Saat ini produk tersebut telah tersedia diberbagai sektor pasar, baik pasar sederhana ataupun pasar terkemuka seperti misalnya supermarket, minimarket, dan lain-lain.

Meskipun P.T. Romeo Alam Segar adalah perusahaan yang cukup besar, tetapi penjualan produknya tidak bisa dikatakan tanpa pesaing karena adanya berbagai macam merk yang beredar di pasaran saat ini. Perusahaan-perusahaan pesaing berlomba-lomba berusaha mentargetkan kemenangan dengan menggunakan kebijakan-kebijakan promosi penjualan seperti adanya discount.

Sejak PT. Romeo Alam Segar memroduksi air minum dalam kemasan, program discount telah dijalankan sebaga fungsi kontrol harga eceran produk air minum, tetapi sejak menjamurnya merk-merk air minum dalam kemasan tersebut, program potongan harga lebih diintensifkan untuk mengantisipasi persaingan. Berdasarakan data-data penjualan setiap tahunnya program potongan harga yang telah di jalankan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap target penjualan.

Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini sudah memberikan potongan harga. Tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan yang di inginkan karena disebabkan oleh situasi sulit yang melanda perekonomian Indonesia saat itu seperti pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, tingkat inflasi yang melonjak dan pergolakkan politik yang menyebabkan kerusuhan di mana-mana. Sehingga mengakibatkan daya beli konsumen melemah. Begitu juga yang dialami oleh PT Romeo Alam Segar yang memutuskan menaikkan diskon yang lebih tinggi pada tahun berikutnya. Sasaran utama perusahaan yang beralamat dijalan Abdul Rahman nomor 99 jakarta timur ini bukan semata-mata demi untuk mencapai target, tetapi juga mencapai peningkatan volume penjualan yang maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Potongan Harga Terhadap Nilai Penjualan Pada Produk Air Minum PT. Romeo Alam Segar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang diajukan yaitu sebagai berikut :

1) Apakah terdapat hubungan antara potongan harga dengan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?

2) Bagaimanakah potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?


C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui hubungan antara potongan harga dengan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar;

b. Untuk mengetahui pengaruh potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar.


Dapatkah Anda menganalisis kesalahan bahasa pada makalah tersebut?


1. Ketidaksantunan Ejaan

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972. Ketidaksantunan ejaan pada makalah ini yaitu a) penulisan subjudul, b) penulisan kata depan, c) dan penggunaan tanda baca.

Menurut EYD, penulisan judul menggunakan huruf kapital di awal kata kecuali kata tugas. Selain itu, tanda titik tidak digunakan di belakang subjudul dan penulisan subjudul pun tidak menggunakan huruf miring, kecuali judul buku.


Penulisan judul berikut salah.

A. Latar belakang masalah.

B. Rumusan masalah.

“Pengaruh Potongan Harga Terhadap Nilai Penjualan Pada Produk Air Minum PT Romeo Alam Segar”

Penulisan yang benar yaitu

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

Pengaruh Potongan Harga terhadap Nilai Penjualan pada Produk Air Minum PT Romeo Alam Segar”


Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada penulis, “Mengapa penulisan penyingkatan ‘Perseroan Terbatas’ harus dipermasalahkan? Bukankah penyingkatan dengan tanda titik (P.T.) atau tanpa tanda titik (PT) tidak akan membedakan pengertian?” Ketika itu, penulis menjawab, “Penulisan PT dan P.T. diibaratkan seperti dua orang mahasiswa (A dan B) memakai sepatu. Mahasiswa A memakai sepasang sepatu (kiri dan kanan), sedangkan mahasiswa B memakai sepatu, tetapi bagian kanan semua. Penulisan PT (tanpa menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepasang sepatu (bagian kiri dan kanan), sedangkan penulisan P.T. (menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepatu bagian kanan semua. Pilihlah, Anda mau menjadi mahasiswa A atau B?

Menurut EYD, selain tidak digunakan di belakang judul, mata uang, timbangan, dan ukuran, tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan kata yang terdiri atas huruf-huruf awal kapital. Dengan demikian, penulisan singkatan Perseroan Terbatas yang benar adalah PT (tanpa menggunakan tanda titik).

Sementara itu, tanda titik hanya digunakan di belakang singkatan nama diri, gelar, ungkapan umum yang menggunakan huruf kecil, dan angka yang menyatakan jumlah. Penulisan gelar yang benar adalah Dr. Ruby Aurora Primapuspita, S.E. bukan DR. Ruby Aurora Primapuspita, SE.

Dalam masyarakat kita terdapat bermacam gelar, umpamanya gelar akademik, gelar adat, gelar keagamaan dan gelar kehormatan (honoris causa). Walaupun dalam bahasa Indonesia sudah diatur penggunaan (singkatan) gelar-gelar tersebut, kelihatannya masih terjadi kerancuan cara penggunaan dan tempat untuk gelar-gelar tersebut. Sebagai contoh, gelar doktor. Ada yang menulisnya dengan singkatan yang menggunakan huruf besar /DR/ dan ada juga yang menulisnya /Dr/ dengan /r/ kecil dan /d/ besar. Manakah yang benar?

Dalam pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dengan jelas diterangkan bahwa singkatan gelar doktor ialah /Dr./ dengan /D/ besar dan /r/ kecil. Untuk singkatan gelar dokter dengan /e/ digunakan /d/ kecil dan /r/ kecil. Singkatan /dr/ menjadi /Dr./jika terletak pada awal kalimat. Akan tetapi, dianjurkan bila gelar/dr./ digunakan pada awal kalimat, sebaiknya ditulis lengkap Dokter supaya tidak keliru dengan gelar doktor yang memang ditulis dengan /D/ besar di mana pun tempatnya. Perhatikan contoh berikut ini.

  1. Renata Kanaratih berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu budaya. Kini namanya menjadi Dr. Renata Kanaratih, S.Pd., M.Hum..

  2. Setelah diangkat menjadi guru besar, Dr. Renata Kanaratih, S.Pd., M.Hum. namanya akan ditulis menjadi Prof. Dr. Renata Kanaratih, S.Pd., M.Hum..

  3. Dokter Ruby Aurora akan menjadi pembimbing skripsi di Universitas Indonesia.

  4. Di Majalengka dr. Dodo Sumbada akan memimpin Rumah Sakit Umum Daerah.

Kadang-kadang orang menuliskan gelar doktor dengan singkatan /DR/, keduanya dengan huruf besar. Cara seperti itu jelas tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Gelar kehormatan doktor juga harus ditulis /Dr./ yaitu /D/ besar dan /r/ kecil. Di belakang gelar kehormatan itu ditambahkan dalam kurung (HC) tanpa titik di antara kedua huruf tersebut. Perhatikanlah contoh berikut ini.

  1. Penyanyi Cici Paramida memperoleh gelar kehormatan dari universitas terkenal di Malaysia. Kini dia bergelar Dr. (HC) Cici Paramida.


Jika gelar lebih dari satu, sebaiknya digunakan saja gelar yang tertinggi, tetapi tidak ada larangan menggunakan semua gelar tersebut. Sebagai contoh :

Prof. Dr. dr. Cut Ita Ali

Wiwik Widyastuti, S.I.P., M.Sc.


Gelar-gelar agama ditulis sebelum nama diri seperti :

Prof. Dr. dr. H. Soetedjo Oetojo, M.A.

Drs. K.H. Imam Hanafi, S.Ag


Selanjutnya, ketidaksantunan ejaan terletak pada penulisan kata depan di dan awalan di-. Penulis pernah mengatakan kepada mahasiswa bahwa ketidaksantunan ini merupakan ‘penyakit’ karena terlalu sering dilakukan oleh mahasiswa dan setelah diberi tahu tentang kesalahan tersebut, mahasiswa selalu mengulangi. Menurut EYD, penulisan kata depan di dan awalan di- dibedakan. Cara penulisan kata depan di dipisah dari kata tempat atau benda yang mengikuti, sedangkan penulisan awalan di- digabung dengan kata kerja atau sifat yang mengikuti. Dengan demikian kesalahan pada kata kata diberbagai, dijalan, di jalankan, dan di pungkiri dapat dikoreksi menjadi di berbagai, di jalan, dijalankan, dan dipungkiri. Jika Anda tetap menulis di pungkiri berarti pungkiri adalah nama tempat. Baiklah, sekarang penulis bertanya, di manakah daerah Pungkiri itu?

2. Ketidaksantunan Diksi dan Kalimat

Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Terdapat ketidaksantunan diksi dalam makalah yaitu berhubungan dengan pemilihan kata baku dan tidak baku.


Kata Tidak Baku Kata Baku

mentargetkan menargetkan

memroduksi memproduksi

kwalitas kualitas

Menurut kaidah bahasa Indonesia, pembentukan awalan me- akan luluh jika menghadapi kata-kata yang berhuruf awal /s/, /p/, /t/, dan /k/, kecuali kluster seperti /kr/, /pr/, /tr/, dan /sp/. Dengan demikian diksi yang benar bukan bentuk mentargetkan dan memroduksi, melainkan bentuk menargetkan dan memproduksi.

Selanjutnya, pemilihan kata kwalitas yang diserap dari bahasa Inggris quality adalah salah, seharusnya kualitas. Penyerapan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 146/U/2004 tentang Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Ketidaksantunan yang lain terletak juga pada pemilihan kata yang boros dan idiomatik yang salah sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini.

a. Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini sudah memberikan potongan harga, tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan yang diinginkan karena disebabkan oleh situasi sulit yang melanda perekonomian Indonesia saat itu seperti misalnya pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, tingkat inflasi yang melonjak, dan pergolakkan politik yang menyebabkan kerusuhan di mana-mana

b. Saat ini produk tersebut telah tersedia di berbagai sektor pasar, baik pasar sederhana ataupun pasar terkemuka seperti misalnya supermarket, minimarket, dan lain-lain.

c. Sasaran utama perusahaan yang beralamat di Jalan Abdul Rahman Nomor 99 Jakarta Timur ini bukan semata-mata demi untuk mencapai target, tetapi juga mencapai peningkatan volume penjualan yang maksimal.

Kata Boros Kata Hemat

karena disebakan oleh … karena …

… disebabkan oleh …

seperti misalnya… dan lain-lain … seperti …

… misalnya …

… dan lain-lain

demi untuk … demi …

… untuk …

tingkat inflasi yang melonjak pelonjakan inflasi

pergolakkan politik pergolakan politik


Di samping itu, terdapat ketidaksantunan pemilihan idiomatik atau padanan khas yang tetap seperti baik … ataupun …, antara ….dengan …, dan bukan …, tetapi…. Seharusnya, idiomatik tersebut dapat dikoreksi menjadi baik … maupun …, antara … dan …, dan bukan …, melainkan …atau tidak …, tetapi ….

Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat a, b, dan c dapat diperbaiki seperti berikut ini.

a. Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini sudah memberikan potongan harga, tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan yang diinginkan karena situasi sulit yang melanda perekonomian Indonesia saat itu seperti pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, pelonjakan tingkat inflasi dan pergolakan politik yang menyebabkan kerusuhan di mana-mana

b. Saat ini produk tersebut telah tersedia di berbagai sektor pasar, baik pasar sederhana maupun pasar terkemuka, misalnya supermarket dan minimarket.

c. Sasaran utama perusahaan yang beralamat di Jalan Abdul Rahman Nomor 99 Jakarta Timur ini bukan semata-mata untuk mencapai target, melainkan juga mencapai peningkatan volume penjualan yang maksimal.

3. Ketidaksantunan Paragraf

Kalimat-kalimat yang terangkai akan membentuk paragraf. Paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kepaduan. Persyaratan kepaduan ini dapat tercapai jika menerapkan penggunaan kata penghubung yang tepat, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Kata tetapi dan sehingga bukan merupakan kata penghubung antarkalimat, melainkan kata penghubung intrakalimat. Sebaliknya, kata namun bukan kata penghunung intrakalimat, melainkan kata penghubung antarkalimat yang berfungsi menghubungkan antara kalimat yang satu dengan yang lain. Perhatikan contoh ketidaksantuanan berikut ini.

a. Sudah tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan manusia, kebutuhan air minum merupakan faktor utama. Di berbagai belahan bumi peningkatan kesehatan sangatlah berhubungan erat dengan masalah air minum. Secara ilmiah sumber air minum yang terdapat dalam belahan bumi yang beriklim empat musim dapat dikatagorikan lebih baik, namun daerah yang beriklim dua musim sangat dilema, terutama di Indonesia yang sampai saat ini masih sulit mendapatkan standar kualitas air minum yang baik.

b. Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini sudah memberikan potongan harga. Tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan yang diinginkan karena situasi sulit yang melanda perekonomian Indonesia saat itu seperti pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, pelonjakan tingkat inflasi dan pergolakan politik yang menyebabkan kerusuhan di mana-mana. Sehingga daya beli konsumen melemah. Begitu juga yang dialami oleh PT Romeo Alam Segar yang memutuskan menaikkan diskon yang lebih tinggi pada tahun berikutnya.


Paragraf tersebut dapat diperbaiki seperti berikut ini.

a. Sudah tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan manusia, kebutuhan air minum merupakan faktor utama. Di berbagai belahan bumi peningkatan kesehatan sangat berhubungan erat dengan masalah air minum. Secara ilmiah sumber air minum yang terdapat dalam belahan bumi yang beriklim empat musim dapat dikatagorikan lebih baik, tetapi daerah yang beriklim dua musim sangat dilema, terutama di Indonesia yang sampai saat ini masih sulit mendapatkan standar kualitas air minum yang baik.

atau

Sudah tidak bisa dipungkiri dalam kehidupan manusia, kebutuhan air minum merupakan faktor utama. Di berbagai belahan bumi peningkatan kesehatan sangat berhubungan erat dengan masalah air minum. Secara ilmiah sumber air minum yang terdapat dalam belahan bumi yang beriklim empat musim dapat dikatagorikan lebih baik. Namun, daerah yang beriklim dua musim sangat dilema, terutama di Indonesia yang sampai saat ini masih sulit mendapatkan standar kualitas air minum yang baik.

b. Pada 1998 perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Ruby Aurora Primapuspa, S.E. ini sudah memberikan potongan harga, tetapi belum mencapai sasaran nilai penjualan yang diinginkan karena situasi sulit yang melanda perekonomian Indonesia saat itu seperti pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil, pelonjakan tingkat inflasi dan pergolakan politik yang menyebabkan kerusuhan di mana-mana sehingga daya beli konsumen melemah. Begitu juga yang dialami oleh PT Romeo Alam Segar yang memutuskan menaikkan diskon yang lebih tinggi pada tahun berikutnya.


4. Ketidaksantunan Konvensi Penulisan

Konvensi penulisan karangan ilmiah adalah kaidah yang mengatur penampilan karangan ilmiah agar teratur. Keteraturan yang tampak pada penulisan karangan ilmiah adalah sistematika penomoran. Ada dua cara mengatur sistematika penomoran yaitu dengan menggunakan sistem gabungan angka dan huruf dan sistem angka digital seperti berikut ini.

I.

II.

A.

B.

1.

2.

a.

b.

1)

2)

a)

b)

(1)

(2)

(a)

(b)

((1))

((2))

((a))

((b))

1.

1.1

1.2

1.3

1.3.1

1.3.2

1.3.3

2.

2.1

2.2

2.3

2.3.1

2.3.2

2.3.3








Ketidaksantunan sistematika penomoran pada makalah ini yaitu

a.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang diajukan yaitu sebagai berikut :

1) Apakah terdapat hubungan antara potongan harga dengan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?

2) Bagaimanakah potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?

b.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui hubungan antara potongan harga dengan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar;

b. Untuk mengetahui pengaruh potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar.


Dapatkah Anda memperbaikinya? Berikut adalah jawaban yang benar. Samakah jawaban Anda dengan jawaban berikut ini?

a.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang diajukan yaitu sebagai berikut.

    1. Apakah terdapat hubungan antara potongan harga dengan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?

    2. Bagaimanakah potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar?

b.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu

  1. untuk mengetahui hubungan antara potongan harga dan nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar;

2. untuk mengetahui pengaruh potongan harga terhadap nilai penjualan pada PT Romeo Alam Segar.

Perhatikan penggunaan tanda baca setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Seringkali mahasiswa menggunakan tanda baca titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Padahal, penggunaan tanda titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut mubazir karena memiliki arti yang sama. Tanda titik dua mempunyai arti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Jadi, penggunaan tanda titik dua dan yaitu merupakan suatu pilihan.

Selanjutnya, perhatikan penggunaan huruf kapital di awal kalimat perincian. Gunakan huruf kapital jika kalimat sebelum perincian menggunakan yaitu sebagai berikut.(diakhiri tanda titik) dan gunakan huruf kecil jika diakhiri kata yaitu (tanpa diakhiri tanda titik dua) atau …berikut: (diakhiri tanda titik dua).