Rabu, 16 September 2009

Belajar sebagai Ajang Perubahan Perilaku Seseorang

Oleh: Nknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.


"Siapa sangka bahwa dulu Ubud adalah sebuah desa terpencil di sebuah bukit di bali, daerah yang“Siapa sangka bahwa dulu Ubud adalah sebuah desa terpencil di sebuah bukit di Bali, daerah yang tertutup dan berhutan lebat sehingga para turis pun merasa takut dan tidak berani menginjakkan kakinya di Ubud. Ubud tidak akan pernah menjadi daerah kunjungan wisata kalau tak ada seorang yang sungguh-sungguh melakukan PERUBAHAN. Sang pengubah itu adalah Tjokorda Gde Agung Sukawati, Raja Ubud. Semasa hidupnya, G.A. Sukawati sangat memerhatikan kesenian. Ia berpikir rakyatnya tidak bisa hidupn seperti ini terus-menerus. Kemudian, ia mulai mencari jalan agar rakyatnya bisa membuat karya bernilai. Oleh karena itu, setiap kali ia mendengar ada pelukis hebat datang ke Bali, ia ajak ke Ubud. Ia memburu orang-orang terkenal seperti Affandi, Hanz Snell, dan Antonio Blanco. Dijemputnya di pelabuhan. Bahkan diberikannya rumah. Syaratnya hanya satu: Tolong ajarkan anak-anak Ubud melukis.

Antonio Blanco adalah salah satu pelukis terkenal yang banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan seni lukis di Ubud. Bahkan, ia sampai jatuh cinta pada gadis Bali dan menetap di Bali hingga akhir hayatnya. Konon, sebelum kedatangan para pelukis terkenal, lukisan-lukisan seniman Ubud terbatas hanya pada tema –tema yang lazim ditemui pada epos Mahabarata dan Ramayana. Sekarang, mereka bisa menghasilkan karya-karya yang sangat ekspresif dngan multitema. Gagasan sederhana itu sekarang sangat dinikmati oleh orang-orang Bali. PERUBAHAN telah mengantarkan Ubud menjadi daerah wisata. Berkat keseniannya yang sangat istimewa dan alam pegunungan yang dikelilingi persawahanyang indah, Ubud dikenal sebagai daerah wisata yang sangat digemari dan bernilai ekonomis sangat tinggi. Di sepanjang Ubud kita akan bertemu dengan selebritis dunia, guru-guru besar dari universitas terkenal di dunia, serta usahawan mancanegara. Mereka mengayuh sepeda, mengunjungi musium, membeli lukisan, dan memborong karya-karya seni.

Cerita tentang Ubud yang saya paparkan tersebut menggambarkan bahwa betapa pentingnya sebuah PERUBAHAN. Begitu juga dengan “Belajar”. Belajar adalah proses perubahan perilaku. Seorang pengajar BIPA harus berani mengadakan perubahan. Ia tidak terpaku dan berselancar di atas pola yang dibuat para pendahulunya, tetapi menciptakan jalan-jalan baru yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, ia menawarkan tujuan-tujuan baru untuk untuk dicapai bersama-sama. Oleh karena itu, seorang guru BIPA, bukan hanya sebagai pentransfer ilmu, melainkan juga sebagai motivator dan fasilitator yang menyediakan dan memberikan inspirasi kepada peserta didik.

Pada pembelajaran keterampilan menulis, jangan mengajarkan cara menulis karangan saja, tetapi ajarkan mereka untuk membuat peta, menulis berdasarkan gambar, menulis perjalanan, atau menulis kolaborasi. Pada pengajaran tata bahasa, jangan hanya menjelaskan pengertian fonem atau morfem secara terpisah-pisah, tetapi dalam tataran yang lebih tinggi. Fasilitasi mereka dengan cara mengajarkan peserta didik kita untuk langsung terlibat secara aktif dalam sebuah latihan yang bersifat tubian sehingga mereka dapat menyimpulkan sendiri. Pada pengajaran keterampilan kosakata, jangan mengajarkan pengertian kosakata atau menyuruh mereka menghafal kata demi kata, tetapi ajarkan dan kayakan kosakata mereka dengan pelatihan anagram, teka-teki silang, morse, ular tangga, atau pertempuran perang. Tentu, semua itu tetap harus diberikan secara terpadu dengan kemasan yang menarik dan bermakna. Mari kita BERUBAH untuk suatu kebaikan....!


0 komentar: