Rabu, 16 September 2009

Metode Hibur sebagai Alternatif Metode Pengajarn BIPA

Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.

HARI PERTAMA LOKAKARYA BIPA DI BALI, 8 Juni 2009.


“Ajarkanlah ilmu apa pun pada anak didik dengan cara bermain”, itulah pesan pendidikan yang pernah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Saya dapat menarik simpulan bahwa terdapat benang merah yang sama antara ungkapan mulia dari Ki Hajar Dewantara tersebut dan materi pertama yang disampaikan oleh Drs. Nyoman Riasa, M.Ed. pada Lokakarya Prasertifikasi Guru BIPA hari pertama ini. Entertaining method atau metode hibur yang diterapkan APBIPA sangat menarik dan saya sangat setuju. Mengapa demikian? Saya adalah orang yang selalu berpikir, berpikir, dan berpikir bagaimana caranya agar pengajaran bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang menarik. Terdapat tantangan yang menarik dan membuat saya memiliki semangat baru ketika saya memasuki dunia bahasa Indonesia. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur.

Nah, sekarang mari kita bahas mengapa metode hibur penting diterapkan pada pengajaran bahasa Indonesia. Alasan pertama, bahasa Indonesia seringkali disepelekan oleh orang lain sehingga menjadi mata pelajaran yang kurang menarik. Selain materi yang tubian dan metode yang konvensional, juga pengajar yang kurang kreatif menciptakan gaya mengajar yang menarik menjadikan pengajaran bahasa Indonesia kurang disukai. Metode hiburan hadir untuk menjawab permasalahan tersebut. Setiap orang tanpa kecuali menyukai hiburan. Dengan metode hibur, pengajaran bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang disukai banyak orang.

Alasan kedua, dengan metode hibur tanpa terasa peserta didik sudah belajar secara mandiri dan efektif. Tanpa kita paksa mereka untuk belajar, dengan sendirinya mereka sudah belajar. Pengajaran bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang menyenangkan, santai tapi serius, serius tapi santai.

Alasan ketiga, proses belajar mengajar yang baik adalah proses yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Tugas pengajar hanyalah motivator dan fasilitator. Melalui metode hibur peserta didik tanpa terasa terlibat aktif, bersemangat belajar, dan mereka menjadi pusat pembelajaran di antara rangkaian proses belajar mengajar. Tugas pengajar adalah mengarahkan peserta didik agar tetap berada dalam koridor tujuan instruksional umum atau khusus,

Alasan terakhir, metode hiburan penting bagi pengajaran bahasa Indonesia karena adanya proses katarsis, sebuah proses penyucian dan penyegaran. Diibaratkan ketika kita baru saja keluar dari pintu bioskop setelah menonton film Ayat-Ayat Cinta, ada pesan moral yang dapat mengubah dan menyucikan jiwa kita menjadi lebih baik. Dengan metode hiburan, setelah keluar dari pintu kelas, peserta didik akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru yang berkesan.

Demikian, analisis saya terhadap materi hari pertama yang dipaparkan oleh Drs. Nyoman Riasa, M.Ed. Proses belajar yang membuat saya terkesan. “Kesan pertama begitu menggoda......! Selanjutnya....?”

0 komentar: