TRADISI MENULIS
SEBAGAI PENANJAKAN
PERADABAN MANUS
MELALUI “SERAT-SERAT DI
DALAM BATU”[1]
Oleh: Niknik M. Kuntarto, Selamet Heppy, dan Momon Andriwiguna
Kandidat Doktor Pendidikan Bahasa - UNJ - 2015
A. PENDAHULUAN
Bagaimana bisa orang-orang
terdahulu mewariskan situs budaya yang bernilai seni tinggi kepada kita?
Bagaimana bisa seorang arsitek melahirkan bangunan-bangunan yang indah?
Bagaimana bisa seorang insinyur dapat menciptakan jembatan-jembatan yang elok?
Bagaimana bisa seorang pemahat mewujudkan karya patung yang hebat? Bagaimana
bisa seorang komposer menciptakan karya musik nan indah? Bagaimana bisa seorang
pelukis menorehkan lukisannya yang jelita kepada kita? Bagaimana mungkin
seorang penulis dapat menuliskan pikirannya ke dalam kata-kata sehingga menjadi
karya tulis yang dapat menghibur dan bermanfaat? Bagaimana mungkin mereka bisa
mengabadikan semua pemikirannya dan semua imajinasinya ke dalam karya mereka
sehingga dapat dinikmati oleh orang-orang setelahnya? Semua itu berasal dari
“serat-serta di dalam batu”.
Melalui serat-serat di
dalam batu itulah berkembang ilmu pengetahuan tentang alat-alat yang mampu
mempermudah kehidupan manusia di masa mendatang. Dengan peralatan godam, tangan seorang tukang
batu bisa memecahkan serat-serat batu di gunung-gunung. Dengan kapak, tangan seorang
tukang kayu dapat membelah serat-serat kayu. Dengan pisau, tangan pemahat dapat mengukir batu atau
kayu sehingga menjadi benda-benda seni. Dengan pensil, tangan seorang komposer
membuat tangga lagu sehingga berirama. Dengan kuas dan cat air, tangan seorang
pelukis dapat menorehkan imajinasinya ke dalam lukisan yang indah dipandang
mata dan dengan pena, tangan seorang penulis dapat menuangkan ide atau
gagasannya ke dalam tulisan sehingga menjadi karya tulis atau karya sastra yang
terkenal.
Apakah hanya karena peralatan
dan tangan manusia membuat banyak karya tercipta? Tentu tidak. Di sanalah imajinasi manusia berkolaborasi
dengan tangan. Di sanalah terdapat kerja sama yang baik antara otak dan organ
tubuh manusia bernama tangan. Serat-serat dalam tubuh manusia telah
mengalirkan daya khayal, daya cipta, dan
daya rasa melalui aliran darah dari otak menuju tangan manusia sehingga
menghasilkan sebuah karya. Melalui serat-serat di dalam batu, manusia belajar
untuk mengabadikan harapan, impian, cita-cita, imajinasi, pikiran, dan
perasaannya ke dalam bentuk karya. Bagaimana
proses berkembangnya ilmu pengetahuan manusia dapat diketahui melalui “serat-serat
di dalam batu”? Itulah yang akan dipaparkan di dalam makalah ini.
B.
PEMBAHASAN
Tuhan adalah arsitek mahahebat terciptanya alam
semesta ini. John Milton dan Wiliam Blanke melukiskan gambaran tentang bentuk
bumi dalam satu gerakan tunggal yang berdasarkan pada pedoman Tuhan. Akan
tetapi, menurut Bronwsky hal itu merupakan satu gambaran statis yang berlebihan
dari proses alam. Bumi telah ada lebih dari 4.000 juta tahun. Melalui waktu
ini, bumi dibentuk dan diubah oleh dua jenis aktivitas alam. Pemaksaan yang
tersembunyi di dalam bumi telah merobohkan strata tanah dan mengangkat serta
mengganti tanah dalam jumlah yang banyak. Di permukaan bumi, erosi salju dan hujan serta
badai, sungai-sungai dan lautan, matahari dan angin telah mengukir arsitektur
alam itu sendiri.
Manusia juga menjadi
arsitek dalam lingkungannya, tetapi ia tidak melakukannya secara paksa dan sekuat
alam. Metode yang dipakai oleh manusia berdasarkan penyeleksian dan
penyelidikan, yaitu suatu tindakan intelektual, imajinasi, dan kontemplasi pada
pemahaman terhadap sesuatu.
1.
Arsitektur di Canyon de Chelly
Canyon de Chelly di Arizona
merupakan lembah yang telah didiami oleh sekelompok suku Indian setelah didiami
oleh sekelompok sebelumnya merupakan situs peninggalan yang melahirkan ilmu
pengetahuan di bidang pertanian. Melalui kawasan ini, manusia setelahnya
memperoleh ilmu pengetahuan berupa penemuan barang-barang yang terbuat dari
batu dan tembikar. Selain itu, ditemukan juga rumah-rumah yang terbuat dari
batu sebagai hasil galian berupa gua-gua. Berdasarkan temuan ini Bronowski menyimpulkan bahwa terdapat
dua jenis arsitektur, yakni sebagai cetakan dan pemasangan bagian-bagian batu
hingga menjadi bangunan. Di sinilah, dapat diketahui peranan tangan sebagai
alat yang menerjemahkan imajinasi menjadi sebuah karya. Tembikar adalah
refleksi dari liukan tangan manusia.
Inilah pertama kalinya
manusia menciptakan alat-alat yang terbuat dari batu. Kadangkala batu memiliki
satu serat natural, kadang-kadang pembuat alat menciptakn garis dari pembelahan
dengan mempelajari cara untuk memukul batu. Ini merupakan ide yang datang dari
membelah kayu sebab kayu merupakan materi yang memiliki struktur yang bisa
dilihat yang bisa dilihat dan dibuka secara mudah sepanjang prosesnya
dilakukaan selaras dengan garis uratnya dan dari awal yang mudah manusia
memaksa untuk mengubah benda-benda alam yang lain. Pada masa inilah tangan manusia berusaha untuk mempertajam
benda-benda.
Batu-batu membuat sebuah
dinding, dinding membuat rumah, rumah-rumah membentuk jalan, dan jalan-jalan
membuat kota. Sebuah kota merupakan batu-batu dan sebuah kota merupakan
orang-orang. Namun, di dalamnya bukan hanya tumpukan batu dan bukan hanya
orang-orang yang berdesakan semata. Dalam langkah dari desa menuju ke kota,
sebuah orgnisasi komunitas baru didirikan berdasarkan pada pembagian kerja dan
mata rantai komando. Langkah untuk menguasai hal itu adalah dengan
berjalan-jalan di jalanan kota yang kita lihat dari satu peradaban yang tidak
lengkap.
Canyon de Chelly adalah
bukti dugaan bahwa konsep dasar manusia mengeksplorasi alam berawal dari
penggunaan benda-benda yang terbuat dari batu dan kayu untuk bertahan hidup. Di
sinilah ilmu pengetahuan mulai berkembang. Manusia mulai sadar bahwa dirinya
adalah komunitas dari alam
Canyon
de Chelly merupakan satu jenis kebudayaan kecil yang tidak hanya menampilkan
pemahaman terhadap alam dalam pekerjaan batu, tetapi juga dalam bentuk
hubungan-hubungan sosial. Batu-batu
membuat dinding, dinding membuat rumah, rumah-rumah membentuk jalan, dan
jalan-jalan membuat kota. Namun demikian, dalam proses ini bukan hanya tumpukan
batu dan orang-orang yang berdesakan semata, melainkani dalam langkah dari desa
menuju kota, sebuah organisasi komunitas
baru didirikan berdasarkan pada pembagian kerja dan mata rantai komando.
2.
Arsitektur Kebudayaan Inca
Selain itu, situs tempat
kebudayaan Inca lahir juga diduga merupakan lahirnya ilmu pengetahuan sebagai
kolaborasi antara alam, otak, dan tangan manusia di bidang pertanian, khususnya
perairan yang dinamakan kebudayaan teras.
Inti dari kebudayaan teras adalah terciptanya sistem irigasi. Sistem irigasi ini mengatur air agar dapat
mengaliri saluran-saluran pipa melalui jurang-jurang yang terjan, ke bawah, dan
terus sampai ke padang pasir. Sebuah sistem irigasi yang besar membutuhkan satu
otoritas sentral yang kuat.
Tiga penemuan yang
mendukung jaringan pemerintahan pada suku Inca yaitu sarana jalan, jembatan,
dan komunikasi (penyampaian pesan). Dalam suatu pemerintahan biasanya diikuti
penemuan-penemuan. Namun dalam peradaban Inca, tidak ada penemuan sampai 1500
Masehi. Oleh karena itu, selama masa itu suku Inca yang sangat
perhatian pada rakyat membangun jalan-jalan, jembatan, dan pesan-pesan tidak dalam
tuliasan. Jalanan
itu dibangun agar mampu bertahan terhadap cuaca yang sangat ekstrem, badai,
banjir, kekeringan dan hujan es. Demikian juga jembatan, tujuan dibangunnya
jembatan untuk menghubungkan jalan yang dipisahkan oleh sungai atau jurang
kecil.
Suku Inca tidak menemukan roda sehingga semua
pekerjaan dikerjakan dengan menggunakan bantuan kaki. Untuk pesan yang
disampaikan, suku Inca menyimpan sejarah resmi dan dokumen mereka di dalam
sebuah alat yang dinamakan quipus. alat ini terdiri atas rangkaian benang yang
berwarna-warna dan sejumlah benang yang di dalamnya dibuat simpul untuk mengingatkan quipucayocs, yaitu pemegang quipus, tentang angka dan statistik, kejadian dan
fakta yang dikehendaki. Angka-angka yang ada pada quipus menggambarkan kehidupan manusia di Peru, dengan mengumpulkan
sejenis logam di balik kartu, kartu data yang membuat satu bidang simpul dari
tali. Ketika manusia menikah, lembar tali berpindah ke tempat lain dalam bundel
kekeluargaan. Namun, segala sesuatu yang ada dalam pasukan-pasukan Inca,
lumbung dan gudang-gudang tidak dicatat karena masyarakat kota Peru takut akan
masa depan. Ada kekhawatiran pencatatan
tersebut akan merugikan pemerintahan.
Struktur sosial suku Inca sangat terikat.
Setiap orang mempunyai satu tempat. Penguasa Inca adalah seorang laki-laki.
Masyarakat Inca terdiri dari Ayllus yaitu kumpulan sekelompok suku/clan yang
hidup dan bekerja bersama-sama. Setiap Ayllus dipimpin oleh seorang Curaca atau
kepala. Setiap keluarga hidup di rumah yangterbuat dari batu dan beratapkan
jerami. Dalam struktur sosial Inca, sang penguasa
Sapa Inca dan istrinya The Coyas memiliki kekuasaan yang tak terbatas terhadap
seluruh daerah kekuasaannya. Kemudian di bawahnya baru pendeta agung dan kepala
komandan semua pasukan.Kekaisaran Inca menggunakan baju yang terbuat dari
Alpaca dan banyak dari upacara keagamaan mereka yang melibatkan binatang.
Mereka menggunakan sandal sebagai alas kaki mereka.
Pada
1438 bangsa Inca sudah mulai keluar dari pusat pemerintahannya di Cuzco untuk
menaklukkan daerah lainnya. Selama 50 tahun mereka berhasil menguasai daerah
yang sekarang dikenal dengan Peru, Bolivia, Argentina Utara, Chile dan Ekuador.
Dengan daerah seluas ini, bangsa
Inca mendirikan sebuah negara
yang memungkinkan pemimpin suku dan beberapa bangsawan menjadi raja dan
pemimpin. Namun, kekuasaan
itu segera berakhir setelah bangsa kulit putih
yaitu bangsa Spanyol datang dan merampas harta suku Inca.
Struktur masyarakat Inca bertahan
seperti ini selama ratusan tahun. Kemunculan orang asing berkulit terang/putih
semasa pemerintahan Atahuallapa merupakan satu-satunya perubahan yang terjadi
dalam sejarah Inca.
Wabah mematikan akhirnya
melenyapkan kekaisaran Inca. Sebagian yang selamat akhirnya harus berhadapan dengan
pedang dan meriam bangsa Spanyol
yang kemudian datang menjajah setelah terlebih dahulu menunjukkan tempat
penyimpanan emas mereka. Raja Atahualpa juga terbunuh akibat dicekik oleh
Spanyol.
Peninggalan
terbesar dari peradaban Inca kuno adalah Machu Picchu. Machu Picchu adalah kota
yang dibangun tinggi di pegunungan Andes, Peru. Situs yang berada 2.400 meter
di atas permukaan laut ini terletak sekitar 80 kilometer barat laut Cuzco
(ibukota kerajaan Inca). Suku Inca mulai membangun situs Machu Picchu pada
pertengahan 1400-an. Selama kurun waktu lama, tidak ada yang tahu pasti siapa
yang membangun situs ini. Sebagian besar ahli mengatakan bahwa Machu Picchu
adalah mahakarya penguasa Inca, Pachacuti Inca Yupanqui. Banyak spekulasi
tentang tujuan pembangunan Machu Picchu. Ada yang mengatakan Machu Picchu
dibangun untuk pemujaan dewa matahari Inca. Teori lain mengatakan situs ini
merupakan tempat permukiman
para raja.
Fitur
yang paling mencolok dari Machu Picchu adalah arsitekturnya. Situs ini memiliki
sekitar 200 struktur, sebagian besar terbuat dari granit. Para pembangun Inca
memasang batu itu dengan rapat sehingga mereka tidak memerlukan mortir untuk
menyatukan batu-batu granit tersebut. Ada beberapa jenis bangunan di Machu Picchu. Di
antaranya adalah kuil, tempat penyimpanan, dan rumah-rumah. Sejumlah rumah
dibangun dalam kelompok-kelompok kecil di sekitar halaman tengah. Lainnya
diatur berbaris di terasering yang tampak seperti tangga besar. Beberapa di
antaranya merupakan bangunan dua lantai.
Salah satu objek paling terkenal di Machu Picchu adalah pilar batu
berukir. Pilar ini disebut Intihuatana. Para arkeolog percaya pilar
ini suci. Pilar ini sangat penting bagi suku Inca karena berfungsi untuk
menentukan posisi matahari, terutama saat titik balik matahari musim dingin. Dalam upacara ini, ia
akan “mengikat” matahari ke pilar ini untuk mencegahnya menghilang.
Struktur di Machu Picchu
dikelilingi terasering pertanian yang besar. Terasering ini membuat Macchu
Picchu terlihat seolah-olah kota yang diukir dari gunung. Saluran luas dibangun
untuk mengalirkan air ke tanaman, seperti jagung dan kentang.
3. Arsitektur
di Yunani
Yunani kuno adalah periode
dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode purba pada abad ke-8 sampai ke-6
SM, hingga penaklukan Romawi atas Korintia pada tahun 146 SM. Peradaban ini
mencapai puncaknya pada abad ke-5 sampai ke-4 SM yaitu masa keemasan Peninggalan yang sangat terkenal adalah kota
Paestum.
Paestum merupakan kota yang
memiliki candi-candi lebih tua yang dibangun sekitar 500 SM. Meskipun telah
dirampok oleh bajak laut Saracen pada abad ke-6, Paestum dalam puing-puingnya
merupakan salah satu peninggalan yang paling mengagumkan pada arsitek Yunani.
Paestum seumur dengan awal
matematika Yunani. Phytagoras dalam persaingannya mengajarkan jalan koloni
Yunani yang lain pada Kota
Crotone tidak jauh dari Paestum. Tidak seperti matematika di Peru yang
terlambat 2000 tahun,
candi-candi Yunani dibentuk oleh balok yang lurus dan empat persegi. Namun, di Yunani tetap tidak
ditemukan lengkungan, untuk itu candi-candi sama dengan pilar-pilar yang merupakan
monumen tanpa ruang.
Jika balok digambarkan
melewati dua kolom (analisis
komputer), tekanan
pada balok akan meningkat pada saat memindahkan kolom ke bagian yang lebih
jauh. Balok yang lebih panjang akan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada berat
yang dihasilkan pada puncak dan ketegangan yang lebih besar di bagian bawah.
Batu merupakan benda yang lemah oleh ketegangan. Batu akan gagal ketika tekanan
menjadi besar.
Meskipun Yunani sangat
mengagumkan dengan pemahaman akan geometrisnya dengan unsur batu-batu dalam
segala bentuk persegi, tetap saja bentuk lengkungan tidak ditemukan. Lengkungan
merupakan penemuan yang mengagumkan dan sangat tepat. Namun, hal ini justru ditemukan
oleh sebuah peradaban yang lebih terbelakang.
4.
Arsitektur di Romawi
Sebuah terowongan air pada
Segovia di Spanyol dibangun pada Dinasti
Romawi sekitar 100 Masehi. Karya terowongan ini terletak di sepanjang lembah
yang jaraknya hampir ½ mil dan lebih dari 100 tingkat ganda terdapat lengkungan
yang dibuat dari batu granit, yang terbentang tanpa semen. Karya ini merupakan
cipta kolosal yang mengagumkan dari penduduk Spanyol dan Mooris.
Sistem terowongan terlihat
sangat baik untuk membawa air. Namun, hal itu menyebabkan manusia mengalirkan
air dengan cara membuka dan menutup. Suatu peradaban maju yang memusatkan pada
kemampuan-kemampuan pekerja di suatu kota. Hal ini bergantung pada penemuan dan
sistem yang dibuat oleh bangsa Romawi pada terowongan di Segovia.
Orang
Romawi belum menemukan lengkungan,
tetapi sudah ada suatu konstruksi cetakan, dibuatlah satu jenis beton. Secara
struktur, lengkungan
merupakan suatu metode merentangkan ruangan yang tidak membutuhkan pusat
sebagai sandaran. Tekanan mengalir keluar secara sama. Namun, pada saat itu,
lengkungan dapat dibuat dari batu-batu yang dapat menekan beban.
Romawi biasanya membuat
lengkungan dari seni lingkaran. Mereka sudah menemukan bentuk-bentuk matematik
yang dapat digunakan dengan baik. Namun,
mereka tidak memiliki kecenderungan untuk bereksperimen. Bentuk bangun ruang
selain balok dan empat persegi, adalah bentuk lingkaran. Lengkungan belum
difokuskan. Baru setelah adanya produksi bangunan yang berkembang di Timur Tengah, lengkungan mulai
digunakan. Lengkungan mulai dipakai untuk bangunan biara, masjid seperti masjid
besar di Cordoba dan di Spanyol (785M). Masjid ini merupakan bangunan dengan
struktur yang luas dibandingkan dengan tempat-tempat ibadah Yunani di Paestum.
Namun, masih tidak bisa membuang
pola lama dan menemukan pola baru.
Suatu inovasi struktur
untuk menggantikan batasan baru tentang lengkungan yang ada di Romawi masa
datang, misalnya dari pendatang di luar Eropa. Penemuan bentuk baru dari
lengkungan tidak berdasarkan pada lingkaran, tetapi berdasarkan bentuk oval. Pengaruhnya menjadi sangat
spektakuler karena lengkungan yang berdasarkan bentuk oval akan membuka ruangan
yang lebih besar dan lebih terang. Namun,
yang lebih radikal adalah daya dorong dari penemuan lengkungan Gothic yang
mampu menahan dengan cara baru di Rheim. Pada bangunan tersebut, beban diambil
dari dinding-dinding yang ditembus dengan kaca. Efeknya untuk memasang bangunan
seperti sarang dari atap lengkungan. Jadi, kerangkanya ada di luar dengan
bangunan terbuka.
John Ruskin menggambarkan
bahwa ruh dari lengkungan sangat mengagumkan. Elemen bangunan Mesir dan Yunani
sebagian besar ditopang oleh kekuatan batu yang menopang batu lain. Pada kubah
Gothic ada bentuk berteras-teras dan tulang-tulang kerangka yang kaku seperti
cabang pohon. Hal tersebut mengagumkan karena bangunan tersebut dibuat sebelum
ahli matematika tahu bagaimana membuat bangunan seperti itu.
Bangunan-bangunan di suatu
kota seperti katedral dibangun atas persetujuan umum dari warga kota, sedangkan mereka yang
membangun atau tukang-tukang bangunan sudah didatangkan dari luar. Apa yang
mereka hasilkan tidak ada hubungannya dengan kegunaan bangunan tersebut dari
waktu ke waktu dan kreativitas menjadi penemuan pada setiap peristiwa. Pada abad XII
datang revolusi yang tiba-tiba mengubah
bentuk ke dalam bentuk ½ lengkungan
seperti dinding penopang ditiadakan. Masih belum ada prinsip dasar arsitektur
sampai pada penemuan baja.
Lengkungan, dinding
penopang, kubah bukan merupakan langkah akhir dalam hal lengkungan urat kayu
untuk kegunaan manusia. Yang harus dimiliki dan diperhatikan adalah serat kayu
yang lebih baik. Manusia harus melihat batasan-batasan dari bahan yang
digunakan untuk membuat bangunan. Jadi, yang ditekankan adalah mendesain
materi-materi menjadi sebuah struktur.
Para tukang batu atau
tukang bangunan (para arsitek) mempunyai segudang ide di dalam kepalanya,
tumbuh dengan banyak pengalaman dari satu tempat ke tempat lain. Peralatan
mereka sangat ringan seperti alat petunjuk atau alat ukur yang digunakan untuk menandai bentuk-bentuk
oval untuk kubah-kubah dan lingkaran untuk daun jendela. Mereka juga
menggunakan kapiler untuk menyambungkan peralatan ke dalam pola yang dapat
diulang. Selain itu mereka menggunakan T-square
untuk menghubungkan vertikal dan harizontal. Hal ini sama dengan apa yang
digunakan oleh bangsa Yunani yaitu dengan right
engel (siku-siku).
Tukang bangunan atau arsitek
merupakan kaum
intelektual yang dapat berpindah ke seluruh Eropa
untuk melakukan pekerjaannya sesuai permintaan dan penerimaan. Mereka menyebut
dirinya sebagai freemason pada awal
abad XIV. Kemampuan yang mereka
bawa adalah kemampuan tangan dan otaknya. Penemuan mereka berada jauh di luar
formalitas mimbar pembelajaran di universitas.
5. Perubahan
Pengetahuan Manusia yang Radikal
Pengetahuan dan kemampuan
manusia telah mengalami kemajuan yang radikal. Dari pengetahuan yang pada
awalnya hanya untuk menjawab kebutuhan hidup sehari-hari sampai dengan
pengetahuan dan teknologi yang didapat dengan serangkaian metode ilmiah
modern. Pengetahuan dan pengamatan manusia awal pada benda-benda dan bentuk
bentuk benda di sekitar mereka ditambah dengan daya imajinasi dan realisasi
melahirkan karya-karya monumental yang tetap dikenal sebagai simbol kecerdasan
oleh manusia sesudahnya.
Sejak awalnya, manusia
telah dibekali dengan sifat rasa ingin tahu tentang apa, bagaimana, dan untuk
apa atas segala sesuatu. Sifat ini membawa manusia pada pengetahuan dalam
rangka menjawab kebutuhan hidup dan mampu bertahan hidup. Pengetahuan tentang
makanan dan bagaimana mengumpulkan makanan memaksa manusia untuk menciptakan
peralatan berburu yang semakin tahun
semakin efektif bentuk dan kegunaannya. Manusia juga memiliki kemampuan mengamati,
membedakan dan memilih sehingga tampak peningkatan pengetahuan manusia dari
hanya pengumpul makanan menjadi pengendali alam. Dengan prinsip trial and error, kemampuan dan
keterampilan manusia meningkat dengan menciptakan peralatan dan bercocok tanam
sebagai petani.
Ribuan tahun berikutnya
pada zaman es hampir berakhir, manusia telah mampu mengembangkan peternakan, pertanian, dan perburuan yang efektif hampir di seluruh belahan dunia.
Ini mengindikasikan manusia berfungsi sebagai pengendali alam. Lebih lanjut,
pada zaman ini berkembang pula daya imajinasi,
abstraksi, dan kreasi manusia. Daya abstraksi melahirkan sistem abjad dan
bilangan. Hasil kemampuan sintesis dari abstraksi melahirkan sistem penyusunan
kalender, kemampuan membaca dan menulis. Daya imajinasi terealisasi dalam
bentuk karya patung dan bangunan yang tidak hanya mementingkan aspek
fungsional, tetapi juga aspek artistik. Fakta diterima secara apa adanya dan
terkadang masih dihubungkan dengan hal yang bersifat mitologis.
Zaman-zaman berikutnya,
manusia mulai senang menyelidiki sesuatu secara kritis dan mulai tidak
mempercayai hal-hal yang bersifat mitos. Berbekal keraguan, manusia mengamati
dan menyelidiki sesuatu sehingga melahirkan gagasan dan pemikiran. Dalam ilmu
pengetahuan manusia modern, serangkaian aktivitas memperoleh pengetahuan
tersebut dilakukan secara sistematis. Konsepsi kita tentang ilmu pengetahuan
sekarang, sampai akhir abad 20-an, telah
berubah secara radikal. Sekarang,
kita melihat sebuah deskripsi dan sebuah penjelasan dari struktur yang
terbentang dari alam. Kata-kata seperti struktur, pola, rencana, pengaturan, arsitektur, secara
terus menerus muncul pada setiap instruksi yang kita coba pakai.
Sebuah klise populer dalam filosofi menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan analisis murni atau radikalisme, yang diibaratkan
seperti mengambil anak panah menjadi batangan-batangan, dan seni merupakan
sintesis murni, yang diibaratkan seperti mengambil anak panah untuk dikumpulkan
bersama-sama. Hal
ini belum tentu benar. Semua imajinasi dimulai dengan menganalisis alam. Michel
Angelo mengatakan secara jelas dengan implikasi dalam ukirannya. Dan dia mengatakan
ini secara implisit kepada ciptaannya. “Ketika beraktivitas, kita membagi dua
usaha untuk menajamkan sebuah muka, berupa otak, dan kesatuan tangan. Untuk memberikan arti
pada sebuah model yang lemah dan kecil, kehidupan pada batu oleh seni merupakan
energi yang bebas.”
6.
Kolaborasi Otak dan Tangan dalam Menorehkan Serat-Serat
Otak dan tangan adalah
bersatu: unsur materi mengklaim bahwa melalui tangan, materi tersebut sebagai
bahan terbentuknya pekerjaan yang ditangani otak. Pemahat seperti halnya tukang
arca, merasa memiliki kepekaan turut membentuk alam dan baginya perasaan
tersebut adalah mengakar. Prinsip tersebut adalah constant (tidak berubah).
Hasil karya merupakan seni
yang sensasional, (orang Eskimo membuat patung-patung yang kecil yang tidak
untuk dipamerkan, tetapi
hanya untuk dipegang). Kita harus memahami bahwa dunia hanya dapat dipegang
dengan tindakan, bukan dengan kontemplasi. Tangan lebih penting dibanding
dengan mata. Kita bukanlah orang yang menyerah, penduduk yang kontemplatif dari
timur jauh atau zaman pertengahan, yang percaya bahwa dunia dapat dilihat dan
dipikirkan-
dan yang mempraktikkan ilmu pengetahuan dalam bentuk karakteristiknya. Kita
adalah orang yang aktif yang mengetahui sesuatu yang lebih dibandingkan
kecelakaan simbolis pada evolusi manusia, tempat tangan mengarahkan evolusi
berikutnya dari otak. Kita menemukan alat-alat pada masa sekarang ini yang
dibuat oleh manusia sebelum menjadi manusia. Benjamin Franklin menyebut manusia
sebagai-“binatang pembuat alat-alat”.
Penulis telah menggambarkan
tangan ketika tangan menggunakan peralatan sebagai instrumen penemuan. Kita
melihat setiap waktu seorang anak belajar dengan menggunakan tangan dan
menggerakkannnya dengan bersama-sama, baik untuk memasang sepatu, untuk
memasukkan mie, untuk menerbangkan layang-layang, ataupun bermain
peluit. Dengan tindakan praktik, anak-anak mendapatkan
kesenangan dalam tindakannya untuk kesenangan itu sendiri. Beraktivitas dalam
kemampuan yang seorang kuasai, maka penguasa akan membuat orang senang dengan
hal tersebut. Ini merupakan dasar tanggung jawab pada tiap kerja seni dan ilmu
pengetahuan. Kesukaan kita sebagai manusia adalah sebab mereka dapat melakukan
hal itu. Hal yang paling menyenangkan adalah penggunaan yang pada akhirnya
menemukah hasil yang sebenarnya. Bahkan dalam masa prasejarah, manusia telah
membuat alat-alat yang memiliki sisi yang lebih halus dibanding yang mereka
butuhkan. Sisi yang lebih halus akan memeberikan alat-alat yang lebih bagus
untuk digunakan, satu perbaikan praktik dan peningkatan terhadap proses tempat
alat-alat tersebut tidak didesain.
Penggerak yang paling
bertenaga dalam peningkatan manusia adalah kesenangannya terhadap kemampuan
yang dimilikinya. Dia suka melakukan apa yang bisa dia kerjakan dengan baik dan
mengerjakannya dengan baik, dia mencintai untuk melakukannya dengan lebih baik
lagi. Anda melihatnya dalam ilmu pengetahuan. Anda melihat di dalam pahatan dan
dalam bangunan yang luar biasa dengan perhatian yang penuh dengan kegembiraan
dan kelancangan. Monumen-monumen merupakan tugu peringatan untuk memperingati
raja-raja, dan agama, pahlawan, dogma. Akan tetapi pada akhir manusia, mereka
memperingati pendidiknya atau pembuatnya.
Satu
hal yang dapat menghubungkan orang-orang zaman sekarang dengan orang-orang yang
terdahulu adalah melalui karya. Melalui karyalah kita dapat berkomunikasi dan
berdialog tentang apa pun yang telah mereka wariskan. Candi-candi dari setiap
peradaban mengekspresikan identitas dari individu dalam species manusia. Candi
berbicara tentang kehidupan kepada manusia setelahnya. Ini menunjukkan bahwa
bentuk kehidupan manusia adalah sebuah kontinuitas yang transeden dan mengalir
melalui individu. Karya-karya yang kita temukan merupakan hubungan yang ganda
dari analisis dan sintesis secara bersama-sama. Sebagai sebuah analisis,
penemuan memasukkan bagian-bagian bersama dalam satu bentuk, yang dengan
pemikiran strategis melewati batas-batas yang terbuka, kerangka yang terbuka
yang diberikan oleh alam, dan semua itu berawal dari “serat-serat di dalam
batu”
7. Penanjakan Peradaban Manusia melalui Serat-Serat Batu:
Sebuah Hasil Diskusi
Artikel
“Serat-Serat di dalam Batu” yag termuat dalam buku The Ascent of Man karya J. Bronowski sangat menginspirasi para
insan cendekia dalam memaknai hidup. Melalui artikel tersebut, kita dapat
mengetahui penanjakan peradaban manusia dalam memperoleh bahasa secara simbolik
melalui serat-serat di dalam kayu dan batu yang dapat ditemukan di dalam gua-gua.
Melalui
peninggalan peradaban di Canyon de Chelly, selain keindahan tiada tara, kita
disuguhkan ilmu pengetahuan tentang penciptaan alat-alat yang dapat mempermudah
manusia dalam melangsungkan hidup di dalam bidang pertanian. Penciptaan
ala-alat ini menunjukkan kemampuan berpikir manusia yang menanjak dengan
menghadirkan kosakata di bidang pertanian. Selain itu, melalui kawasan
terlindungi di Arizona ini, manusia memperoleh pengetahuan tentang ilmu bumi,
ilmu pengetahuan alam. Dari peninggalan
kebudayaan Inca, kita dapat mengetahui ilmu pengetahuan tentang sistem irigasi
melalui tanah terasering. Selain itu, tata perkotaan dan struktur pemerintahan
juga mulai dimunculkan di dalam zaman ini. Ini berarti manusia mulai mempelajari ilmu struktur tatanan
kota beserta struktur sosial dan budaya.
Melalui
kebudayaan Yunani, kita mengetahui kemampuan manusia dalam memanfaatkan akal
dan pikirannya secara maksimal. ilmu pengetahuan tentang arsitektur terutama sistem konstruksi balok dalam
membangun rumah-rumah dan jembatan-jembatan dan melalui kebudayaan Romawi ilmu
pengetahuan dilengkapi dengan ilmu matematika yang melahirkan hukum phytagoras.
Bentuk-bentuk bangunan semakin berkembang. Tidak lagi berbentuk kotak, tetapi
berbentuk lengkungan. Dengan lengkungan ini, manusia semakin banyak menciptakan
karya-karya monumental dan agung seperti masjid-masjid dan gereja-gereja dengan
ciri khas adanya lengkungan. Dengan demikian, perkembangan bahasa manusia pun
turut berkembang mengiringi peradaban manusia, terutama bahasa matematika,
bahasa arsitektur, dan bahasa teknik tata kota, termasuk arca-arca hiasan kota sebagai
hasil pengamatan terhadap alam dan imajinasi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kemanusiaan tanpa bahasa. Begitu pula dapat dikatakan bahwa tidak ada peradaban
tanpa bahasa. Bahasa memegang peranan penting dalam kelangsungan peradaban dan
budaya manusia dalam kehiduan ini.
Sebagai
pencetak insan cendekia di bidang pendidikan bahasa, artikel “The Grain in The
Stone” mengajarkan kita bahwa sebuah karya sebagai proses mengabadikan sesuatu
dapat kita ciptakan sebagai warisan ilmu pengetahuan yang dapat kita berikan
kepada orang-orang setelah kita di masa datang karena dengan karyanyalah,
manusia zaman sekarang dapat berkomunikasi dengan orang-orang zaman dahulu.
Dengan karyalah, orang-orang zaman sekarang dapat berdialog dengan orang-orang
terdahulu. Karya menjadi tempat mengabadikan ide-ide, gagasan-gagasan,
pemikiran-pemikiran, imajinasi-imajinasi, dan perasaan-perasaan yang suatu saat
akan berguna bagi warga dunia.
C. PENUTUP
Manusia
memiliki kemampuan berdaya imajinasi, mengamati, menyelidiki, membedakan,
memilih, menalar, mengolah, dan menyimpulkan sesuatu. Sementara melalui
tangannya, manusia menciptakan dan membangun karya-karya sebagai perwujudan
imajinasi. Karya-karya itu sebagai bukti peningkatan pengetahuan manusia. Pramudya Ananta Tur pernah
mengatakan bahwa setinggi-tinggi ilmu pengetahuan yang kita miliki, tetapi jika
tidak pernah dituangkan ke dalam tulisan, maka ia akan hilang dari sejarah.
Baginya menulis adalah proses mengabadikan sesuatu. Para pendahulu kita telah
mengabadikan setiap pengetahuan melalui serat-serat batu , serat-serat kayu,
dan serat-serat alam lainnya. Kita, sebagai bagian dari insan cendekia sudah
sewajarkan mengabadikan setiap ilmu yang kita peroleh dan setiap ilmu yang kita
ciptakan ke dalam sebuah karya agar suatu saat karya kita dapat bermanfaat bagi
generasi penerus dunia, paling tidak untuk anak cucu kita sendiri. Namun,
pertanyaannya sekarang adalah “Sudahkah tangan kita menorehkan serat-serat kehidupan
kita ke dalam sebuah karya? Mari kita merenung dan berkontemplasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amerika:
Elevent Printing.
[1] Diintisarikan dari J. Bronoswski, “ The Grain in The Stone”
dalam The Ascent of Man (Amerika:
Elevent Printing, 1973), hlm. 91-120.
0 komentar:
Posting Komentar