Minggu, 11 Oktober 2015

TRADISI MENULIS SEBAGAI PENANJAKAN PERADABAN MANUS MELALUI “SERAT-SERAT DI DALAM BATU”



TRADISI MENULIS
SEBAGAI PENANJAKAN PERADABAN MANUS
MELALUI “SERAT-SERAT DI DALAM BATU”[1]

Oleh: Niknik M. Kuntarto, Selamet Heppy, dan Momon Andriwiguna
Kandidat Doktor Pendidikan Bahasa - UNJ - 2015


A. PENDAHULUAN
Bagaimana bisa orang-orang terdahulu mewariskan situs budaya yang bernilai seni tinggi kepada kita? Bagaimana bisa seorang arsitek melahirkan bangunan-bangunan yang indah? Bagaimana bisa seorang insinyur dapat menciptakan jembatan-jembatan yang elok? Bagaimana bisa seorang pemahat mewujudkan karya patung yang hebat? Bagaimana bisa seorang komposer menciptakan karya musik nan indah? Bagaimana bisa seorang pelukis menorehkan lukisannya yang jelita kepada kita? Bagaimana mungkin seorang penulis dapat menuliskan pikirannya ke dalam kata-kata sehingga menjadi karya tulis yang dapat menghibur dan bermanfaat? Bagaimana mungkin mereka bisa mengabadikan semua pemikirannya dan semua imajinasinya ke dalam karya mereka sehingga dapat dinikmati oleh orang-orang setelahnya? Semua itu berasal dari “serat-serta di dalam batu”.
Melalui serat-serat di dalam batu itulah berkembang ilmu pengetahuan tentang alat-alat yang mampu mempermudah kehidupan manusia di masa mendatang.  Dengan peralatan godam, tangan seorang tukang batu bisa memecahkan serat-serat batu di gunung-gunung. Dengan kapak, tangan seorang tukang kayu dapat membelah serat-serat kayu. Dengan  pisau, tangan pemahat dapat mengukir batu atau kayu sehingga menjadi benda-benda seni. Dengan pensil, tangan seorang komposer membuat tangga lagu sehingga berirama. Dengan kuas dan cat air, tangan seorang pelukis dapat menorehkan imajinasinya ke dalam lukisan yang indah dipandang mata dan dengan pena, tangan seorang penulis dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam tulisan sehingga menjadi karya tulis atau karya sastra yang terkenal.
Apakah hanya karena peralatan dan tangan manusia membuat banyak karya tercipta? Tentu tidak.  Di sanalah imajinasi manusia berkolaborasi dengan tangan. Di sanalah terdapat kerja sama yang baik antara otak dan organ tubuh manusia bernama tangan. Serat-serat dalam tubuh manusia telah mengalirkan  daya khayal, daya cipta, dan daya rasa melalui aliran darah dari otak menuju tangan manusia sehingga menghasilkan sebuah karya. Melalui serat-serat di dalam batu, manusia belajar untuk mengabadikan harapan, impian, cita-cita, imajinasi, pikiran, dan perasaannya ke dalam bentuk karya.  Bagaimana proses berkembangnya ilmu pengetahuan manusia dapat diketahui melalui “serat-serat di dalam batu”? Itulah yang akan dipaparkan di dalam makalah ini.

B. PEMBAHASAN
Tuhan  adalah arsitek mahahebat terciptanya alam semesta ini. John Milton dan Wiliam Blanke melukiskan gambaran tentang bentuk bumi dalam satu gerakan tunggal yang berdasarkan pada pedoman Tuhan. Akan tetapi, menurut Bronwsky hal itu merupakan satu gambaran statis yang berlebihan dari proses alam. Bumi telah ada lebih dari 4.000 juta tahun. Melalui waktu ini, bumi dibentuk dan diubah oleh dua jenis aktivitas alam. Pemaksaan yang tersembunyi di dalam bumi telah merobohkan strata tanah dan mengangkat serta mengganti tanah dalam jumlah yang banyak. Di  permukaan bumi, erosi salju dan hujan serta badai, sungai-sungai dan lautan, matahari dan angin telah mengukir arsitektur alam itu sendiri.
Manusia juga menjadi arsitek dalam lingkungannya, tetapi ia tidak melakukannya secara paksa dan sekuat alam. Metode yang dipakai oleh manusia berdasarkan penyeleksian dan penyelidikan, yaitu suatu tindakan intelektual, imajinasi, dan kontemplasi pada pemahaman terhadap sesuatu.
1. Arsitektur di Canyon de Chelly
Canyon de Chelly di Arizona merupakan lembah yang telah didiami oleh sekelompok suku Indian setelah didiami oleh sekelompok sebelumnya merupakan situs peninggalan yang melahirkan ilmu pengetahuan di bidang pertanian. Melalui kawasan ini, manusia setelahnya memperoleh ilmu pengetahuan berupa penemuan barang-barang yang terbuat dari batu dan tembikar. Selain itu, ditemukan juga rumah-rumah yang terbuat dari batu sebagai hasil galian berupa gua-gua. Berdasarkan temuan ini Bronowski menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis arsitektur, yakni sebagai cetakan dan pemasangan bagian-bagian batu hingga menjadi bangunan. Di sinilah, dapat diketahui peranan tangan sebagai alat yang menerjemahkan imajinasi menjadi sebuah karya. Tembikar adalah refleksi dari liukan tangan manusia. 
Inilah pertama kalinya manusia menciptakan alat-alat yang terbuat dari batu. Kadangkala batu memiliki satu serat natural, kadang-kadang pembuat alat menciptakn garis dari pembelahan dengan mempelajari cara untuk memukul batu. Ini merupakan ide yang datang dari membelah kayu sebab kayu merupakan materi yang memiliki struktur yang bisa dilihat yang bisa dilihat dan dibuka secara mudah sepanjang prosesnya dilakukaan selaras dengan garis uratnya dan dari awal yang mudah manusia memaksa untuk mengubah benda-benda alam yang lain. Pada masa inilah  tangan manusia berusaha untuk mempertajam benda-benda.
Batu-batu membuat sebuah dinding, dinding membuat rumah, rumah-rumah membentuk jalan, dan jalan-jalan membuat kota. Sebuah kota merupakan batu-batu dan sebuah kota merupakan orang-orang. Namun, di dalamnya bukan hanya tumpukan batu dan bukan hanya orang-orang yang berdesakan semata. Dalam langkah dari desa menuju ke kota, sebuah orgnisasi komunitas baru didirikan berdasarkan pada pembagian kerja dan mata rantai komando. Langkah untuk menguasai hal itu adalah dengan berjalan-jalan di jalanan kota yang kita lihat dari satu peradaban yang tidak lengkap.
Canyon de Chelly adalah bukti dugaan bahwa konsep dasar manusia mengeksplorasi alam berawal dari penggunaan benda-benda yang terbuat dari batu dan kayu untuk bertahan hidup. Di sinilah ilmu pengetahuan mulai berkembang. Manusia mulai sadar bahwa dirinya adalah komunitas  dari alam
Canyon de Chelly merupakan satu jenis kebudayaan kecil yang tidak hanya menampilkan pemahaman terhadap alam dalam pekerjaan batu, tetapi juga dalam bentuk hubungan-hubungan sosial.  Batu-batu membuat dinding, dinding membuat rumah, rumah-rumah membentuk jalan, dan jalan-jalan membuat kota. Namun demikian, dalam proses ini bukan hanya tumpukan batu dan orang-orang yang berdesakan semata, melainkani dalam langkah dari desa menuju kota, sebuah  organisasi komunitas baru didirikan berdasarkan pada pembagian kerja dan mata rantai komando.

2. Arsitektur Kebudayaan Inca
Selain itu, situs tempat kebudayaan Inca lahir juga diduga merupakan lahirnya ilmu pengetahuan sebagai kolaborasi antara alam, otak, dan tangan manusia di bidang pertanian, khususnya perairan yang dinamakan kebudayaan teras.  Inti dari kebudayaan teras adalah terciptanya sistem irigasi.  Sistem irigasi ini mengatur air agar dapat mengaliri saluran-saluran pipa melalui jurang-jurang yang terjan, ke bawah, dan terus sampai ke padang pasir. Sebuah sistem irigasi yang besar membutuhkan satu otoritas sentral yang kuat.
Tiga penemuan yang mendukung jaringan pemerintahan pada suku Inca yaitu sarana jalan, jembatan, dan komunikasi (penyampaian pesan). Dalam suatu pemerintahan biasanya diikuti penemuan-penemuan. Namun dalam peradaban Inca, tidak ada penemuan sampai 1500 Masehi. Oleh karena itu,  selama masa itu suku Inca yang sangat perhatian pada rakyat membangun jalan-jalan, jembatan, dan pesan-pesan tidak dalam tuliasan.  Jalanan itu dibangun agar mampu bertahan terhadap cuaca yang sangat ekstrem, badai, banjir, kekeringan dan hujan es. Demikian juga jembatan, tujuan dibangunnya jembatan untuk menghubungkan jalan yang dipisahkan oleh sungai atau jurang kecil.
       Suku Inca tidak menemukan roda sehingga semua pekerjaan dikerjakan dengan menggunakan bantuan kaki. Untuk pesan yang disampaikan, suku Inca menyimpan sejarah resmi dan dokumen mereka di dalam sebuah alat yang dinamakan quipus. alat ini terdiri atas rangkaian benang yang berwarna-warna dan sejumlah benang yang di dalamnya dibuat simpul untuk mengingatkan quipucayocs, yaitu pemegang quipus, tentang angka dan statistik, kejadian dan fakta yang dikehendaki. Angka-angka yang ada pada quipus menggambarkan kehidupan manusia di Peru, dengan mengumpulkan sejenis logam di balik kartu, kartu data yang membuat satu bidang simpul dari tali. Ketika manusia menikah, lembar tali berpindah ke tempat lain dalam bundel kekeluargaan. Namun, segala sesuatu yang ada dalam pasukan-pasukan Inca, lumbung dan gudang-gudang tidak dicatat karena masyarakat kota Peru takut akan masa depan. Ada kekhawatiran  pencatatan tersebut akan merugikan pemerintahan.
Struktur sosial suku Inca sangat terikat. Setiap orang mempunyai satu tempat. Penguasa Inca adalah seorang laki-laki. Masyarakat Inca terdiri dari Ayllus yaitu kumpulan sekelompok suku/clan yang hidup dan bekerja bersama-sama. Setiap Ayllus dipimpin oleh seorang Curaca atau kepala. Setiap keluarga hidup di rumah yangterbuat dari batu dan beratapkan jerami. Dalam struktur sosial Inca, sang penguasa Sapa Inca dan istrinya The Coyas memiliki kekuasaan yang tak terbatas terhadap seluruh daerah kekuasaannya. Kemudian di bawahnya baru pendeta agung dan kepala komandan semua pasukan.Kekaisaran Inca menggunakan baju yang terbuat dari Alpaca dan banyak dari upacara keagamaan mereka yang melibatkan binatang. Mereka menggunakan sandal sebagai alas kaki mereka.
          Pada 1438 bangsa Inca sudah mulai keluar dari pusat pemerintahannya di Cuzco untuk menaklukkan daerah lainnya. Selama 50 tahun mereka berhasil menguasai daerah yang sekarang dikenal dengan Peru, Bolivia, Argentina Utara, Chile dan Ekuador. Dengan daerah seluas ini, bangsa Inca mendirikan sebuah negara yang memungkinkan pemimpin suku dan beberapa bangsawan menjadi raja dan pemimpin. Namun, kekuasaan itu segera berakhir setelah bangsa kulit putih yaitu bangsa Spanyol datang dan merampas harta suku Inca.
          Struktur masyarakat Inca bertahan seperti ini selama ratusan tahun. Kemunculan orang asing berkulit terang/putih semasa pemerintahan Atahuallapa merupakan satu-satunya perubahan yang terjadi dalam sejarah Inca.
Wabah mematikan akhirnya melenyapkan kekaisaran Inca. Sebagian yang selamat akhirnya harus berhadapan dengan pedang dan meriam bangsa Spanyol yang kemudian datang menjajah setelah terlebih dahulu menunjukkan tempat penyimpanan emas mereka. Raja Atahualpa juga terbunuh akibat dicekik oleh Spanyol.
Peninggalan terbesar dari peradaban Inca kuno adalah Machu Picchu. Machu Picchu adalah kota yang dibangun tinggi di pegunungan Andes, Peru. Situs yang berada 2.400 meter di atas permukaan laut ini terletak sekitar 80 kilometer barat laut Cuzco (ibukota kerajaan Inca). Suku Inca mulai membangun situs Machu Picchu pada pertengahan 1400-an. Selama kurun waktu lama, tidak ada yang tahu pasti siapa yang membangun situs ini. Sebagian besar ahli mengatakan bahwa Machu Picchu adalah mahakarya penguasa Inca, Pachacuti Inca Yupanqui. Banyak spekulasi tentang tujuan pembangunan Machu Picchu. Ada yang mengatakan Machu Picchu dibangun untuk pemujaan dewa matahari Inca. Teori lain mengatakan situs ini merupakan tempat permukiman para raja.
Fitur yang paling mencolok dari Machu Picchu adalah arsitekturnya. Situs ini memiliki sekitar 200 struktur, sebagian besar terbuat dari granit. Para pembangun Inca memasang batu itu dengan rapat sehingga mereka tidak memerlukan mortir untuk menyatukan batu-batu granit tersebut. Ada beberapa jenis bangunan di Machu Picchu. Di antaranya adalah kuil, tempat penyimpanan, dan rumah-rumah. Sejumlah rumah dibangun dalam kelompok-kelompok kecil di sekitar halaman tengah. Lainnya diatur berbaris di terasering yang tampak seperti tangga besar. Beberapa di antaranya merupakan bangunan dua lantai.
Salah satu objek paling terkenal di Machu Picchu adalah pilar batu berukir. Pilar ini disebut Intihuatana. Para arkeolog percaya pilar ini suci. Pilar ini sangat penting bagi suku Inca karena berfungsi untuk menentukan posisi matahari, terutama saat titik balik matahari musim dingin. Dalam upacara ini, ia akan “mengikat” matahari ke pilar ini untuk mencegahnya menghilang.
Struktur di Machu Picchu dikelilingi terasering pertanian yang besar. Terasering ini membuat Macchu Picchu terlihat seolah-olah kota yang diukir dari gunung. Saluran luas dibangun untuk mengalirkan air ke tanaman, seperti jagung dan kentang.

3. Arsitektur di Yunani
Yunani kuno adalah periode dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode purba pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga penaklukan Romawi atas Korintia pada tahun 146 SM. Peradaban ini mencapai puncaknya pada abad ke-5 sampai ke-4 SM yaitu masa keemasan  Peninggalan yang sangat terkenal adalah kota Paestum.
Paestum merupakan kota yang memiliki candi-candi lebih tua yang dibangun sekitar 500 SM. Meskipun telah dirampok oleh bajak laut Saracen pada abad ke-6, Paestum dalam puing-puingnya merupakan salah satu peninggalan yang paling mengagumkan pada arsitek Yunani.
Paestum seumur dengan awal matematika Yunani. Phytagoras dalam persaingannya mengajarkan jalan koloni Yunani yang lain pada Kota Crotone tidak jauh dari Paestum. Tidak seperti matematika di Peru yang terlambat 2000 tahun, candi-candi Yunani dibentuk oleh balok yang lurus dan empat persegi. Namun, di Yunani tetap tidak ditemukan lengkungan, untuk itu candi-candi sama dengan pilar-pilar yang merupakan monumen tanpa ruang.
Jika balok digambarkan melewati dua kolom (analisis komputer), tekanan pada balok akan meningkat pada saat memindahkan kolom ke bagian yang lebih jauh. Balok yang lebih panjang akan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada berat yang dihasilkan pada puncak dan ketegangan yang lebih besar di bagian bawah. Batu merupakan benda yang lemah oleh ketegangan. Batu akan gagal ketika tekanan menjadi besar.
Meskipun Yunani sangat mengagumkan dengan pemahaman akan geometrisnya dengan unsur batu-batu dalam segala bentuk persegi, tetap saja bentuk lengkungan tidak ditemukan. Lengkungan merupakan penemuan yang mengagumkan dan sangat tepat. Namun, hal ini justru ditemukan oleh sebuah peradaban yang lebih terbelakang.

4. Arsitektur di Romawi
Sebuah terowongan air pada Segovia di Spanyol dibangun pada Dinasti Romawi sekitar 100 Masehi. Karya terowongan ini terletak di sepanjang lembah yang jaraknya hampir ½ mil dan lebih dari 100 tingkat ganda terdapat lengkungan yang dibuat dari batu granit, yang terbentang tanpa semen. Karya ini merupakan cipta kolosal yang mengagumkan dari penduduk Spanyol dan Mooris.
Sistem terowongan terlihat sangat baik untuk membawa air. Namun, hal itu menyebabkan manusia mengalirkan air dengan cara membuka dan menutup. Suatu peradaban maju yang memusatkan pada kemampuan-kemampuan pekerja di suatu kota. Hal ini bergantung pada penemuan dan sistem yang dibuat oleh bangsa Romawi pada terowongan di Segovia.
Orang Romawi belum menemukan lengkungan, tetapi sudah ada suatu konstruksi cetakan, dibuatlah satu jenis beton. Secara struktur, lengkungan merupakan suatu metode merentangkan ruangan yang tidak membutuhkan pusat sebagai sandaran. Tekanan mengalir keluar secara sama. Namun, pada saat itu, lengkungan dapat dibuat dari batu-batu yang dapat menekan beban.
Romawi biasanya membuat lengkungan dari seni lingkaran. Mereka sudah menemukan bentuk-bentuk matematik yang dapat digunakan dengan baik. Namun, mereka tidak memiliki kecenderungan untuk bereksperimen. Bentuk bangun ruang selain balok dan empat persegi, adalah bentuk lingkaran. Lengkungan belum difokuskan. Baru setelah adanya produksi bangunan yang berkembang di Timur Tengah, lengkungan mulai digunakan. Lengkungan mulai dipakai untuk bangunan biara, masjid seperti masjid besar di Cordoba dan di Spanyol (785M). Masjid ini merupakan bangunan dengan struktur yang luas dibandingkan dengan tempat-tempat ibadah Yunani di Paestum. Namun, masih tidak bisa membuang pola lama dan menemukan pola baru.
Suatu inovasi struktur untuk menggantikan batasan baru tentang lengkungan yang ada di Romawi masa datang, misalnya dari pendatang di luar Eropa. Penemuan bentuk baru dari lengkungan tidak berdasarkan pada lingkaran, tetapi berdasarkan bentuk oval. Pengaruhnya menjadi sangat spektakuler karena lengkungan yang berdasarkan bentuk oval akan membuka ruangan yang lebih besar dan lebih terang. Namun, yang lebih radikal adalah daya dorong dari penemuan lengkungan Gothic yang mampu menahan dengan cara baru di Rheim. Pada bangunan tersebut, beban diambil dari dinding-dinding yang ditembus dengan kaca. Efeknya untuk memasang bangunan seperti sarang dari atap lengkungan. Jadi, kerangkanya ada di luar dengan bangunan terbuka.
John Ruskin menggambarkan bahwa ruh dari lengkungan sangat mengagumkan. Elemen bangunan Mesir dan Yunani sebagian besar ditopang oleh kekuatan batu yang menopang batu lain. Pada kubah Gothic ada bentuk berteras-teras dan tulang-tulang kerangka yang kaku seperti cabang pohon. Hal tersebut mengagumkan karena bangunan tersebut dibuat sebelum ahli matematika tahu bagaimana membuat bangunan seperti itu.
Bangunan-bangunan di suatu kota seperti katedral dibangun atas persetujuan umum dari warga kota, sedangkan mereka yang membangun atau tukang-tukang bangunan sudah didatangkan dari luar. Apa yang mereka hasilkan tidak ada hubungannya dengan kegunaan bangunan tersebut dari waktu ke waktu dan kreativitas menjadi penemuan pada setiap peristiwa. Pada abad XII datang revolusi yang tiba-tiba  mengubah bentuk ke dalam bentuk ½ lengkungan seperti dinding penopang ditiadakan. Masih belum ada prinsip dasar arsitektur sampai pada penemuan baja.
Lengkungan, dinding penopang, kubah bukan merupakan langkah akhir dalam hal lengkungan urat kayu untuk kegunaan manusia. Yang harus dimiliki dan diperhatikan adalah serat kayu yang lebih baik. Manusia harus melihat batasan-batasan dari bahan yang digunakan untuk membuat bangunan. Jadi, yang ditekankan adalah mendesain materi-materi menjadi sebuah struktur.
Para tukang batu atau tukang bangunan (para arsitek) mempunyai segudang ide di dalam kepalanya, tumbuh dengan banyak pengalaman dari satu tempat ke tempat lain. Peralatan mereka sangat ringan seperti alat petunjuk atau alat ukur  yang digunakan untuk menandai bentuk-bentuk oval untuk kubah-kubah dan lingkaran untuk daun jendela. Mereka juga menggunakan kapiler untuk menyambungkan peralatan ke dalam pola yang dapat diulang. Selain itu mereka menggunakan T-square untuk menghubungkan vertikal dan harizontal. Hal ini sama dengan apa yang digunakan oleh bangsa Yunani yaitu dengan right engel (siku-siku).
Tukang bangunan atau arsitek merupakan kaum intelektual yang dapat berpindah ke seluruh Eropa untuk melakukan pekerjaannya sesuai permintaan dan penerimaan. Mereka menyebut dirinya sebagai freemason pada awal abad XIV. Kemampuan yang mereka bawa adalah kemampuan tangan dan otaknya. Penemuan mereka berada jauh di luar formalitas mimbar pembelajaran di universitas.


5. Perubahan Pengetahuan Manusia yang Radikal
Pengetahuan dan kemampuan manusia telah mengalami kemajuan yang radikal. Dari pengetahuan yang pada awalnya hanya untuk menjawab kebutuhan hidup sehari-hari sampai dengan pengetahuan dan teknologi  yang  didapat dengan serangkaian metode ilmiah modern. Pengetahuan dan pengamatan manusia awal pada benda-benda dan bentuk bentuk benda di sekitar mereka ditambah dengan daya imajinasi dan realisasi melahirkan karya-karya monumental yang tetap dikenal sebagai simbol kecerdasan oleh manusia sesudahnya.
Sejak awalnya, manusia telah dibekali dengan sifat rasa ingin tahu tentang apa, bagaimana, dan untuk apa atas segala sesuatu. Sifat ini membawa manusia pada pengetahuan dalam rangka menjawab kebutuhan hidup dan mampu bertahan hidup. Pengetahuan tentang makanan dan bagaimana mengumpulkan makanan memaksa manusia untuk menciptakan peralatan berburu  yang semakin tahun semakin efektif bentuk dan kegunaannya. Manusia juga memiliki kemampuan mengamati, membedakan dan memilih sehingga tampak peningkatan pengetahuan manusia dari hanya pengumpul makanan menjadi pengendali alam. Dengan prinsip trial and error, kemampuan dan keterampilan manusia meningkat dengan menciptakan peralatan dan bercocok tanam sebagai petani.
Ribuan tahun berikutnya pada zaman es hampir berakhir, manusia telah mampu mengembangkan peternakan,  pertanian, dan perburuan  yang efektif hampir di seluruh belahan dunia. Ini mengindikasikan manusia berfungsi sebagai pengendali alam. Lebih lanjut, pada zaman ini berkembang  pula daya imajinasi, abstraksi, dan kreasi manusia. Daya abstraksi melahirkan sistem abjad dan bilangan. Hasil kemampuan sintesis dari abstraksi melahirkan sistem penyusunan kalender, kemampuan membaca dan menulis. Daya imajinasi terealisasi dalam bentuk karya patung dan bangunan yang tidak hanya mementingkan aspek fungsional, tetapi juga aspek artistik. Fakta diterima secara apa adanya dan terkadang masih dihubungkan dengan hal yang bersifat mitologis.
Zaman-zaman berikutnya, manusia mulai senang menyelidiki sesuatu secara kritis dan mulai tidak mempercayai hal-hal yang bersifat mitos. Berbekal keraguan, manusia mengamati dan menyelidiki sesuatu sehingga melahirkan gagasan dan pemikiran. Dalam ilmu pengetahuan manusia modern, serangkaian aktivitas memperoleh pengetahuan tersebut dilakukan secara sistematis. Konsepsi kita tentang ilmu pengetahuan sekarang, sampai akhir abad 20-an,  telah berubah secara radikal. Sekarang, kita melihat sebuah deskripsi dan sebuah penjelasan dari struktur yang terbentang dari alam. Kata-kata seperti struktur,  pola, rencana, pengaturan, arsitektur, secara terus menerus muncul pada setiap instruksi yang kita coba pakai.
Sebuah klise populer dalam filosofi menyatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan analisis murni atau radikalisme, yang diibaratkan seperti mengambil anak panah menjadi batangan-batangan, dan seni merupakan sintesis murni, yang diibaratkan seperti mengambil anak panah untuk dikumpulkan bersama-sama. Hal ini belum tentu benar. Semua imajinasi dimulai dengan menganalisis alam. Michel Angelo mengatakan secara jelas dengan implikasi dalam ukirannya. Dan dia mengatakan ini secara implisit kepada ciptaannya. “Ketika beraktivitas, kita membagi dua usaha untuk menajamkan sebuah muka, berupa otak, dan kesatuan tangan. Untuk memberikan arti pada sebuah model yang lemah dan kecil, kehidupan pada batu oleh seni merupakan energi yang bebas.”

6. Kolaborasi Otak dan Tangan dalam Menorehkan Serat-Serat 
Otak dan tangan adalah bersatu: unsur materi mengklaim bahwa melalui tangan, materi tersebut sebagai bahan terbentuknya pekerjaan yang ditangani otak. Pemahat seperti halnya tukang arca, merasa memiliki kepekaan turut membentuk alam dan baginya perasaan tersebut adalah mengakar. Prinsip tersebut adalah constant (tidak berubah).
Hasil karya merupakan seni yang sensasional, (orang Eskimo membuat patung-patung yang kecil yang tidak untuk dipamerkan, tetapi hanya untuk dipegang). Kita harus memahami bahwa dunia hanya dapat dipegang dengan tindakan, bukan dengan kontemplasi. Tangan lebih penting dibanding dengan mata. Kita bukanlah orang yang menyerah, penduduk yang kontemplatif dari timur jauh atau zaman pertengahan, yang percaya bahwa dunia dapat dilihat dan dipikirkan- dan yang mempraktikkan ilmu pengetahuan dalam bentuk karakteristiknya. Kita adalah orang yang aktif yang mengetahui sesuatu yang lebih dibandingkan kecelakaan simbolis pada evolusi manusia, tempat tangan mengarahkan evolusi berikutnya dari otak. Kita menemukan alat-alat pada masa sekarang ini yang dibuat oleh manusia sebelum menjadi manusia. Benjamin Franklin menyebut manusia sebagai-“binatang pembuat alat-alat”.
Penulis telah menggambarkan tangan ketika tangan menggunakan peralatan sebagai instrumen penemuan. Kita melihat setiap waktu seorang anak belajar dengan menggunakan tangan dan menggerakkannnya dengan bersama-sama, baik untuk memasang sepatu, untuk memasukkan mie,  untuk menerbangkan layang-layang, ataupun bermain peluit. Dengan tindakan praktik, anak-anak mendapatkan kesenangan dalam tindakannya untuk kesenangan itu sendiri. Beraktivitas dalam kemampuan yang seorang kuasai, maka penguasa akan membuat orang senang dengan hal tersebut. Ini merupakan dasar tanggung jawab pada tiap kerja seni dan ilmu pengetahuan. Kesukaan kita sebagai manusia adalah sebab mereka dapat melakukan hal itu. Hal yang paling menyenangkan adalah penggunaan yang pada akhirnya menemukah hasil yang sebenarnya. Bahkan dalam masa prasejarah, manusia telah membuat alat-alat yang memiliki sisi yang lebih halus dibanding yang mereka butuhkan. Sisi yang lebih halus akan memeberikan alat-alat yang lebih bagus untuk digunakan, satu perbaikan praktik dan peningkatan terhadap proses tempat alat-alat tersebut tidak didesain.
Penggerak yang paling bertenaga dalam peningkatan manusia adalah kesenangannya terhadap kemampuan yang dimilikinya. Dia suka melakukan apa yang bisa dia kerjakan dengan baik dan mengerjakannya dengan baik, dia mencintai untuk melakukannya dengan lebih baik lagi. Anda melihatnya dalam ilmu pengetahuan. Anda melihat di dalam pahatan dan dalam bangunan yang luar biasa dengan perhatian yang penuh dengan kegembiraan dan kelancangan. Monumen-monumen merupakan tugu peringatan untuk memperingati raja-raja, dan agama, pahlawan, dogma. Akan tetapi pada akhir manusia, mereka memperingati pendidiknya atau pembuatnya.
          Satu hal yang dapat menghubungkan orang-orang zaman sekarang dengan orang-orang yang terdahulu adalah melalui karya. Melalui karyalah kita dapat berkomunikasi dan berdialog tentang apa pun yang telah mereka wariskan. Candi-candi dari setiap peradaban mengekspresikan identitas dari individu dalam species manusia. Candi berbicara tentang kehidupan kepada manusia setelahnya. Ini menunjukkan bahwa bentuk kehidupan manusia adalah sebuah kontinuitas yang transeden dan mengalir melalui individu. Karya-karya yang kita temukan merupakan hubungan yang ganda dari analisis dan sintesis secara bersama-sama. Sebagai sebuah analisis, penemuan memasukkan bagian-bagian bersama dalam satu bentuk, yang dengan pemikiran strategis melewati batas-batas yang terbuka, kerangka yang terbuka yang diberikan oleh alam, dan semua itu berawal dari “serat-serat di dalam batu”

7. Penanjakan Peradaban Manusia melalui Serat-Serat Batu: Sebuah Hasil Diskusi
          Artikel “Serat-Serat di dalam Batu” yag termuat dalam buku The Ascent of Man karya J. Bronowski sangat menginspirasi para insan cendekia dalam memaknai hidup. Melalui artikel tersebut, kita dapat mengetahui penanjakan peradaban manusia dalam memperoleh bahasa secara simbolik melalui serat-serat di dalam kayu dan batu yang dapat ditemukan di dalam gua-gua.
          Melalui peninggalan peradaban di Canyon de Chelly, selain keindahan tiada tara, kita disuguhkan ilmu pengetahuan tentang penciptaan alat-alat yang dapat mempermudah manusia dalam melangsungkan hidup di dalam bidang pertanian. Penciptaan ala-alat ini menunjukkan kemampuan berpikir manusia yang menanjak dengan menghadirkan kosakata di bidang pertanian. Selain itu, melalui kawasan terlindungi di Arizona ini, manusia memperoleh pengetahuan tentang ilmu bumi, ilmu pengetahuan alam.  Dari peninggalan kebudayaan Inca, kita dapat mengetahui ilmu pengetahuan tentang sistem irigasi melalui tanah terasering. Selain itu, tata perkotaan dan struktur pemerintahan juga mulai dimunculkan di dalam zaman ini. Ini berarti  manusia mulai mempelajari ilmu struktur tatanan kota beserta struktur sosial dan budaya.    
          Melalui kebudayaan Yunani, kita mengetahui kemampuan manusia dalam memanfaatkan akal dan pikirannya secara maksimal. ilmu pengetahuan tentang arsitektur  terutama sistem konstruksi balok dalam membangun rumah-rumah dan jembatan-jembatan dan melalui kebudayaan Romawi ilmu pengetahuan dilengkapi dengan ilmu matematika yang melahirkan hukum phytagoras. Bentuk-bentuk bangunan semakin berkembang. Tidak lagi berbentuk kotak, tetapi berbentuk lengkungan. Dengan lengkungan ini, manusia semakin banyak menciptakan karya-karya monumental dan agung seperti masjid-masjid dan gereja-gereja dengan ciri khas adanya lengkungan. Dengan demikian, perkembangan bahasa manusia pun turut berkembang mengiringi peradaban manusia, terutama bahasa matematika, bahasa arsitektur, dan bahasa teknik tata kota, termasuk arca-arca hiasan kota sebagai hasil pengamatan terhadap alam dan imajinasi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kemanusiaan tanpa bahasa. Begitu pula dapat dikatakan bahwa tidak ada peradaban tanpa bahasa. Bahasa memegang peranan penting dalam kelangsungan peradaban dan budaya manusia dalam kehiduan ini.
          Sebagai pencetak insan cendekia di bidang pendidikan bahasa, artikel “The Grain in The Stone” mengajarkan kita bahwa sebuah karya sebagai proses mengabadikan sesuatu dapat kita ciptakan sebagai warisan ilmu pengetahuan yang dapat kita berikan kepada orang-orang setelah kita di masa datang karena dengan karyanyalah, manusia zaman sekarang dapat berkomunikasi dengan orang-orang zaman dahulu. Dengan karyalah, orang-orang zaman sekarang dapat berdialog dengan orang-orang terdahulu. Karya menjadi tempat mengabadikan ide-ide, gagasan-gagasan, pemikiran-pemikiran, imajinasi-imajinasi, dan perasaan-perasaan yang suatu saat akan berguna bagi warga dunia.
                            
C. PENUTUP
          Manusia memiliki kemampuan berdaya imajinasi, mengamati, menyelidiki, membedakan, memilih, menalar, mengolah,  dan menyimpulkan sesuatu. Sementara melalui tangannya, manusia menciptakan dan membangun karya-karya sebagai perwujudan imajinasi. Karya-karya itu sebagai bukti peningkatan pengetahuan manusia. Pramudya Ananta Tur pernah mengatakan bahwa setinggi-tinggi ilmu pengetahuan yang kita miliki, tetapi jika tidak pernah dituangkan ke dalam tulisan, maka ia akan hilang dari sejarah. Baginya menulis adalah proses mengabadikan sesuatu. Para pendahulu kita telah mengabadikan setiap pengetahuan melalui serat-serat batu , serat-serat kayu, dan serat-serat alam lainnya. Kita, sebagai bagian dari insan cendekia sudah sewajarkan mengabadikan setiap ilmu yang kita peroleh dan setiap ilmu yang kita ciptakan ke dalam sebuah karya agar suatu saat karya kita dapat bermanfaat bagi generasi penerus dunia, paling tidak untuk anak cucu kita sendiri. Namun, pertanyaannya sekarang adalah “Sudahkah tangan kita menorehkan serat-serat kehidupan kita ke dalam sebuah karya? Mari kita merenung dan berkontemplasi.
           
DAFTAR PUSTAKA

Bronoswski, Jacob. 1973. “The Grain in The Stone”. Dalam  The Ascent of Man.  
          Amerika: Elevent Printing.




[1] Diintisarikan dari  J. Bronoswski, “ The Grain in The Stone” dalam The Ascent of Man (Amerika: Elevent Printing, 1973), hlm. 91-120.

0 komentar: