Usaha Kreatif dalam Pengembangan Kualitas Pengajaran
Oleh: Niknik M. Kuntarto, S.Pd., M.Hum.
a. Pengembangan Entertaining Methode
“Ajarkanlah ilmu apa pun pada anak didik dengan cara bermain”, itulah pesan pendidikan yang pernah disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Entertaining methode atau metode hibur adalah wujud usaha kreatif saya dalam pengembangan kualitas pengajaran Bahasa Indonesia di ruang kuliah. Saya selalu berpikir, berpikir, dan berpikir bagaimana caranya agar pengajaran mata kuliah Bahasa Indonesia menjadi perkuliahan yang menarik.
Banyak tantangan yang menarik dan membuat saya memiliki semangat baru ketika saya memasuki dunia bahasa Indonesia. Perkuliahan Bahasa Indonesia kurang diminati oleh mahasiswa. Selain materi yang diajarkan sekitar ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Metode pembelajaran pun sangat membosankan. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur. Jadi, dengan metode hibur itulah saya berusaha mengembangkan kualitas pengajaran.
Mengapa metode hibur penting diterapkan pada perkuliahan Bahasa Indonesia. Alasan pertama, bahasa Indonesia seringkali disepelekan oleh orang lain sehingga menjadi mata pelajaran yang kurang menarik. Selain materi yang tubian dan metode yang konvensional, juga pengajar yang kurang kreatif menciptakan gaya mengajar yang menarik menjadikan pengajaran Bahasa Indonesia kurang disukai. Metode hiburan hadir untuk menjawab permasalahan tersebut. Setiap orang tanpa kecuali menyukai hiburan. Dengan metode hibur, pengajaran Bahasa Indonesia akan menjadi pengajaran yang disukai banyak orang.
Alasan kedua, dengan metode hibur tanpa terasa peserta didik sudah belajar secara mandiri dan efektif. Tanpa kita paksa mereka untuk belajar, dengan sendirinya mereka sudah belajar. Pengajaran Bahasa Indonesia akan menjadi perkuliahan yang menyenangkan, santai tapi serius, serius tapi santai.
Alasan ketiga, proses belajar mengajar yang baik adalah proses yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Tugas pengajar hanyalah motivator dan fasilitator. Melalui metode hibur peserta didik tanpa terasa terlibat aktif, bersemangat belajar, dan mereka menjadi pusat pembelajaran di antara rangkaian proses belajar mengajar. Tugas pengajar adalah mengarahkan peserta didik agar tetap berada dalam koridor tujuan instruksional umum atau khusus,
Alasan terakhir, metode hibur penting bagi pengajaran Bahasa Indonesia karena adanya proses katarsis, sebuah proses penyucian dan penyegaran. Diibaratkan ketika kita baru saja keluar dari pintu bioskop setelah menonton film, ada pesan moral yang dapat mengubah dan menyucikan jiwa kita menjadi lebih baik. Dengan metode hibur, setelah keluar dari pintu kelas, peserta didik akan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru yang berkesan.
Wujud metode hibur tersebut adalah selalu ada permainan dalam setiap pokok bahasan. Contoh: Kuis Bintang-bintang, Kuis Bintang Ejaan, Kuis Bintang Diksi, Kuis Bintang Kalimat, Kuis Gambar, Kuis Imajinasi, dll.
b. Pengembanggan Soft Skill
Sesuai dengan Rambu-rambu pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang tercantum pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidiokan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/ Dikti/ Kep/2006, mata kuliah Bahasa Indonesia bertujuan menjadikan mahasiswa seorang ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu menggunakannya secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebanggaan dan cinta tanah air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu teknologi dan seni, serta profesinya masing-masing.
Berdasarkan rambu-rambu itulah saya mengemban tugas penting untuk mengajak mahasiswa agar cinta dan bangga pada bahasa Indonesia. Berarti selain keterampilan berbahasa, mahasiswa juga dituntut bisa mengembangkan kepribadian melalui mata kuliah Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya mengadakan pendekatan secara langsung dari hati ke hati kepada pribadi mahasiswa dengan cara selalu mengingatkan akan rasa cinta tanah air melalui cinta bahasa Indonesia.
Biasanya di awal perkuliahan, saat saya memasuki ruang kuliah dan mengawali perkuliahan, saya ajak mahasiswa untuk mendengarkan tayangan video lagu “Tanah Airku”. Penayangan video lagu “Tanah Airku” ini bertujuan menyentuh hati mahasiswa agar sadar bahwa dirinya adalah bagian dari bangsa Indonesia. Dan bila mahasiswa merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia tentu seharusnya bangga pada bahasa Indonesia.
Setelah penayangan video lagu “Tanah Airku”, biasanya semua mahasiswa diam dan hening. Nah, saat itulah saya berpuisi seperti berikut ini.
Cinta dan kasih sayang akan menjulang lebih tinggi jika kita akan kehilangan. Tunas-tunas baru akan bermunculan
mengiringi cinta dan kasih sayang
agar kita tidak kehilangan. Mengapa tiba-tiba bangsa Indonesia
begitu mencintai batik? Mengapa tiba-tiba Pemerintah
dengan bersegera menetapkan Hari Batik Nasional?
Ya, karena kita menyadari adanya rasa takut,
takut kehilangan batik sebagai warisan budaya bangsa.
Nah, sekarang pertanyaannya adalah kapan kita akan
mencintai bahasa Indonesia. Apakah akan menunggu dulu
sampai negara lain mengakui bahasa kita sebagai bahasa mereka,
lalu barulah kita mencintai bahasa Indonesia? Tentu tidak!
Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita lebih mencintai bahasa Indonesia sebagai wujud rasa bangga kita memiliki bahasa sendiri, bahasa Indonesia!
Setelah selesai membacaakan puisi, saya meminta kepada mahasiswa untuk bertepuk tangan sebagai penghargaan pada bahasa Indonesia dan pada diri sendiri. Kemudian, barulah saya awali proses belajar mengajar.
c. Pengembangan Evaluasi yang Menantang
Menurut Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian, Pasal 5, mata kuliah Bahasa Indonesia diselenggarakan dengan metode interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirioan, dengan menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.
Berdasarkan pernyataan tersebut, saya menerapkan metode pembelajaran dan sistem penilaian yang unik dan menarik, yakni “Sistem Bintang”. Dengan sistem ini, mahasiswa benar-benar berperan sebagai subjek pendidikan. Selain itu, metode ini sangat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi mahasiswa untuk belajar daro hatinya sendiri, bukan karena paksaan. Di awal pertemuan saya menjelaskan bahwa selama 14 tatap muka saya akan selalu memberikan kuis. Kuis tersebut bisa berupa permainan dan pelatihan mahasiswa di kelas, tugas di ruang kuliah, atau tugas luar kampus, atau tugas di rumah. Tugas tersebut tercatat sebagai “Kontrak Perkuliahan” dengan perincian sebagai berikut.
TUGAS PERKULIAHAN
Tatap Muka I, II, dan III
a. Membuat Blog di Internet (Sarana Portofolio Mahasiswa)
b. Kuis Imajinasi
c. Kuis Bintang-Bintang Ejaan & Diksi
d. Memotret Kesalahan Bahasa di Ruang Publik dan Menganalisis Kesalahan Tersebut
Tatap Muka IV dan V
a. Menyunting Kesalahan Bahasa (Kalimat dan Paragraf) dalam makalah
b. Lelang Kata
c. Kuis Cepat Tepat Kalimat
Tatap Muka VI dan VII
a. Mengunduh Artikel Populer dari internet
b. Membuat karangan ilmiah populer (artikel)
c. Mengedit Tulisan Teman
Tatap Muka IX
a. Membuat halaman judul, halaman penyetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, dan halaman daftar isi.
b. Mengedit Tulisan Teman
Tatap MUka X
a. Membuat kutipan, catatan teks (innote), dan catatan kaki (footnote) pada karangan ilmiah.
b. Mengedit Tulisan Teman
Tatap Muka XI
a. Membuat daftar pustaka
b. Mengedit Daftar Pustaka Milik Teman Mandiri XI
Tatap MUka XII
a. Membuat surat lamaran kerja
b. Berlatih Mengerjakan Soal Psikotes Khusus Bahasa Mandiri XII
Tatap Muka XIII dan XIV
a. Praktik Presentasi (Presenter, Pemakalah, Pembicara, Penyiar Radio, MC, dll)
b. Menilai Presentasi Teman
Setiap tugas akan saya koreksi dengan teliti. Tugas yang memenuhi persyaratan akan ditandai dengan “gambar bintang”. Bila dalam satu semester mahasiswa berhasil mengumpulkan 20 Bintang (secara bertahap saya menaikkan jumlah bintang di setiap tahun mulai dari 10, 15, dan terakhir 20 bintang), saya jamin nilai akhir semester mahasiswa adalah A. Kadang-kadang di kelas tertentu saya tantang mahasiswa, bila mendapatkan lebih dari 20 bintang, mahasiswa tersebut dibebaskan dari Ujian Akhir Semester. Saya jelaskan pada mahasiswa bahwa pemilik lebih dari 20 bintang akan mendapatkan hadiah utama “Bebas UAS”. Bebas UAS bukan berarti mahasiswa tersebut tidak ikut ujian, melainkan tetap wajib datang, tetapi hanya formalitas, menunggu waktu sekitar 30 - 60 menit. Selama waktu tersebut mahasiswa diminta mengerjakan 1 atau 2 soal saja. Bila ada waktu tersisa, mahasiswa saya minta nenuliskan kesan dan pesan tentang saya.
Luar biasa! Metode penilaian seperti ini sangat membuat mahasiswa merasa tertantang dan bersemangat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia yang saya ampu. Berikut adalah testimoni mahasiswa yang pernah berhasil mendapatkan hadiah utama.
a. Aloysius Ari Wicaksono, NIM 08110110022, Prodi Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Bu Niknik terima kasih sudah mengajari saya mata kuliah Bahasa Indonesia selama satu semester ini. Terima kasih telah membagikan ilmunya secara menarik sehingga suasana di kelas tidak pernah membosankan. Biasanya pelajaran Bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang membosankan karena banyak teori dan tidak pernah dipraktikkan. Namun, khusus kelas Bu Niknik tidak. Pelajaran Bahasa Indonesia terasa sangat menarik. Ide Bu Niknik untuk memberikan nilai bintang untuk nilai tugas sangatlah bagus. Mahasiswa jadi semangat untuk mengerjakan tugas. Jujur, saya kadang mengerjakan apalagi kuliah Bahasa Indonesia kelas saya diadakan setiap hari Senin, hari sebelumnya adalah hari Minggu, hari yang biasanya untuk bersenang-senang. Namun, saya sadar semua ini demi kebaikan saya. Sekali lagi terima kasih. Sukses selalu untuk Ibu Niknik. Semoga selalu diberi kesehatan agar bisa terus berbagi ilmu kepada mahasiswa yang akan menjadi generasi penerus bangsa.”
b. Yustinus Widya Wiratama, 08110110010, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Rabu pagi kala itu terasa berat kedua mataku untuk diajak bekerja sama. Namun, tetap kupaksakan badanku yang masih menggigil kedinginan itu, untuk beranjak mandi. Bahasa Indonesia, itulah mata kuliah yang harus kuhadapi hari itu. Banyak orang yang bilang, Bahasa Indonesia adalah mata kuliah yang menjemukan. Namun, aku harus tetap mengambil mata kuliah ini sebagai salah satu mata kuliah yang wajib diambil. Bahkan aku mengambilnya di semester IV bukan di semester VI sesuai dengan standar kurikulum UMN.
Hari itu adalah hari pertamaku masuk kelas Bahasa Indonesia, dengan perasaan yang agak malas, kududuk di barisan paling depan dengan kesiapan hati bahwa mata kuliah ini adalah mata kuliah teoritis yang siap membuatku tertidur. Namun, dugaanku salah besar, sesi demi sesi kujalani dengan tawa. Bahkan, pertemuan-pertemuan selanjutnya selalu kunantikan dengan harapan besar. Harapan besar itu adalah agar mampu memenuhi kuota 15 bintang di akhir pertemuan XIV, pertemuan kelas Bahasa Indonesai terakhirku. Setelah melalui banyak tantangan, akhirnya berhasil pula kuraih 15 bintang itu, bahkan di pertemuan X aku sudah dapat memastikannya. Namun, bukan itu kebanggaan yang akan kukenang nanti. Kebanggaan telah diajar Ibu Niknik, kebanggaan menyerap ilmu Bahasa Indonesia, kebanggaan bahwa aku pernah dipercaya Ibu Niknik untuk menjadi salah satu pengisi acaranya yang akan selalu kukenang.”
c. Yosia Elim, NIM 08110110025, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Belajar Bahasa Indonesia memang sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, bahkan ketika seorang Indonesia masih di dalam kandungan. Hal ini disebabkan masyarakat sekitar yang menggunakan bahasa Indonesia. UMN juga menetapkan mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa dari setiap jurusan. Saya juga mendapatkan mata kuliah tersebut.
Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti mata kuliah tersebut. Suasana belajar yang berbeda membuat saya merasa nyaman belajar bahasa Indonesia. Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti kuliah Bahasa Indonesia semester enam yang diajar oleh Ibu Niknik. Suasana tersebut dikembangkan lagi oleh dosen Bahasa Indonesia yang sangat teliti saya menjadi lebih tertantang dengan membuat ketentuan 20 bintang.
Awalnya saya merasa ragu akan mendapat jaminan nilai A untuk mata kuliah ini. Namun, setelah melewati mata kuluiah Bahasa Indonesia ini, saya dapat mencapai target 20 bintang tersebut. Rasa senang memenuhi hati saya. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada Ibu Niknik karena telah mengajar Bahasa Indonesia dengan suasana yang senang dan penuh tantangan sehingga saya dapat memahami bahasa Indonesia lebih dari yang telah saya pahami.
Saya teringat satu hal yang telah saya praktikkan dalam kehidupan saya mengenai bagaimana cara berbicara di depan banyak orang agar orang lain menaruh perhatian pada topik pembicaraan kita. Cara agar orang lain mendengarkan kita saat kita melakukan presentasi adalah dengan membuat suasana tenang lebih dulu. “Diam” adalah salah satu cara menarik perhatian orang lain. Setelah para pendengar menaruh perhatian pada kita, tebarkan senyum yang paling manis agar orang lain merasakan kehangatan dari kita sebelum kita menyampaikan topik presentasi kita. Kalimat pembuka adalah kunci agar orang lain memerhatikan kita. Oleh sebab itu, bukalah sesuatu dengan hal yang misterius agar orang lain tetap memerhatikan kita karena mereka ingin tahu apa kelanjutan dari topik yang kita sampaikan. Masih banyak hal-hal yang saya rasakan di saat saya belajar bahasa indonesia bersama Ibu Niknik.”
d. Edwin, NIM 09110110109, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Terima kasih untuk Bu Niknik karena dalam satu semester ini telah banyak memberikan pengetahuan tentang bahasa Indonesia. Saya menyadari banyak hal-hal yang tadinya saya gunakan, tetapi salah dan sekarang saya lebih mengerti dan paham tentang bahasa Indonesia. Bisa dibilang seorang Bu Niknik dosen yang paling baik karena dalam satu semester tidak pernah marah maupun mengeluh dan sekarang memberikan bonus kepada mahasiswanya untuk tidak mengikuti UAS, tapi tentunya dengan persyaratan yang telah ditentukan. Sepertinya sangat jarang ada dosen seperti Bu Niknik.
Memang untuk mendapatkan hasil seperti ini tidak mudah, harus mendapatkan bintang sebanyak 15, tetapi dengan cara inilah para mahasiswa mendapatkan pelajaran lebih baik. Banyak yang bilang sebenarnya belajar teori itu tidak terlalu penting bila tidak berbarengan dengan praktiknya. Oleh karena itu, dengan pembelajaran yang Ibu berikan seperti kemarin-kemarin saya yakin membuat mahasiswa semakin lebih mengerti dan semangat karena langsung mempraktikan dan langsung berdiskusi. Dengan pembelajaran seperti itu pun membuat kita para mahasiswa tidak mengantuk, apalagi kami belajar dari pukul 2 siang sampai pukul 5 sore, itu merupakan jam mengantuk tetapi dengan belajar yang ditetapkan Bu Niknik, kami semua dapat semangat dalam belajar.
Terima kasih untuk kesekian kalinya karena Bu Niknik telah memberikan banyak inspirasi yang tentunya pengetahuan yang nantinya berguna bagi pembuatan skripsi saya nanti. Seperti peribahasa “Tak Ada Gading yang tak Retak” oleh karena itu saya juga meminta maaf bila saya ada kesalahan terhadap Bu Niknik selama satu semester. Pengalaman dan kebersamaan selama ini tidak akan saya lupakan dan juga tidak ada manusia yang sempurna yang mengartikan mungkin masih banyak pengetahuan tentang bahasa Indonesia yang belum saya pahami sehingga nantinya bila saya ingin meminta bantuan kepada Ibu Niknik untuk pembuatan skripsi atau yang lainnya, Ibu Niknik bisa membantu saya. Terima kasih atas bimbingannya, Bu.”
e. Cut Astrid Zuhra, NIM 09120210088, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“Ibu Niknik, terima kasih telah memberikan saya lima belas bintang. Meskipun, di saat pertemuan terakhir total bintang saya empat belas, melalui situs jejaring sosial FB memberitahukan bahwa saya dan empat teman sekelas saya berhak mendapatkan bintang lagi. Apakah ini sesuai janji Ibu bahwa bintang tersebut dari hasil presentasi? Saya juga ingin berterima kasih lagi untuk satu semester ini. Baru kali ini saya merasakan pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat menarik.
Saya sungguh bersemangat di setiap pertemuan. Kuis Bintang-Bintang dan saat presentasi adalah saat semangat saya memuncak. Saya sering mengucapkan “terus” sewaktu kuis tersebut, tetapi saya tetap bersemangat hingga akhirnya kelompok saya berhasil mendapatkan tiga bintang. Kemudian saat presentasi, saya mempresentasikan hal yang sangat saya sukai. Ibu memperbolehkan kami mempresentasikan hal yang kami sukai. Ibu memperbolehkan kami mempresentasikan tentang apapun. Karena itu, semangat saya benar-benar tinggi saat melakukan presentasi.”
f. Dea Adeline, NIM 091202187, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“Pernahkah Anda merasa sangat bosan dengan pelajaran Bahasa Indonesia? Ya, saya pernah, dan saya mengalaminya berulang kali. Saat pertama kali mengetahui bahwa di semester II ini saya akan mendapatkan mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan bobot 3 sks, saya merasa malas. Saya berpikir tiap minggunya saya akan mengalami 3 jam penuh dengan kejenuhan. Namun, pemikiran saya langsung berubah saat kelas pertama Bahasa Indonesia. Dosen saya meminta kelas untuk menuliskan nama beserta gelar yang diinginkan kelak, perusahaan yang kami impikan, jumlah gaji yang kami kehendaki, dan hal apa yang kami harapkan dari kelas Bahasa Indonesia. Saya dan teman-teman tidak pernah berpikir bahwa apa yang kami tuliskan akan diberi nilai. Kertas kami dikumpulkan kemudian dikembalikan lagi dengan sangat cepat. Sang dosen mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari kami yang menulis dengan penulisan EYD yang tepat. Perkataan tersebut menyadarkan saya bahwa dalam menuliskan hal-hal yang sepele pun saya harus membiasakan diri saya untuk memerhatikan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
Ibu dosen kemudian menjelaskan sistem bintang yang akan diterapkan selama perkuliahan satu semester. Setiap tugas akan dinilai dengan bintang. Bagi mahasiswa yang berhasil meraih 15 bintang, pada akhir semester tidak perlu lagi mengikuti UAS dan ada jaminan akan mendapatkan nilai A. Wah!! Pikir saya, hal ini sungguh menyenangkan. Ternyata, teman-teman juga sangat bersemangat untuk meraih bintang.
Pertemuan demi pertemuan pun kami lalui dengan berbagai tugas yang menjanjikan bintang-bintang. Ada kuis kelompok bintang-bintang yang sangat lucu dan menegangkan, ada tugas membuat surat dan karangan, hingga tugas untuk menyajikan presentasi yang tidak membosankan. Ternyata, untuk meraih sbuah bintang bukan pekerjaan yang mudah. Dosen saya memiliki satu kelemahan, yakni terlalu teliti bila mengoreksi (?).
Oh ya apakah saya sudah menyebutkan nama dosen saya? Namanya Ibu Niknik. Beliau sangat cantik dan modis. Ditambah dengan sifat ramah dan baiknya, Ibu Niknik terlihat begitu berwibawa. Terima kasih Ibu Niknik, atas pengajaran ibu selama satu semester ini. Belajar Bahasa Indonesia tidak akan terasa sangat menyenangkan seperti ini tanpa Ibu. Semoga Ibu sukses selalu dalam pekerjaan dan kehidupan Ibu. Semoga Saatirah II bisa cepat rilis lagi. Sekali lagi terima kasih Ibu untuk 15 bintangnya. Aku sayang Ibu Niknik. Tuhan memberkati.”
g. Erin Widyo Putri, 091220110136, Prodi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, UMN
“ Bu saya sudah mendapatkan 15 bintang. Terima kasih. Terima kasih ya Bu. Sudah memudahkan saya dalam ujian. Beban saya dapat berkurang satu mata kuliah. Dengan cara sistem bintang sangat memotivasi saya dalam proses pembelajaran sehari-hari.”
Penilaian dengan teknik “Bintang-Bintang” ini saya terapkan pula saat saya menjadi narasumber di beberapa lokakarya, tetapi tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi para peserta dan ruangan yang tersedia, yakni di
1. lokakarya Pusdilat Kementerian Keuangan Republik Indonesia di Jakarta pada 19 – 21 April 2011,
2. lokakarya “Komunikasi yang Didengar dan Diteladani” pada 21 Mei 2011, di Universitas Multimedia Nusantara,
3. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus” yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa, Universitas Trisakti pada 17 Juni 2010,
4. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus bagi Ketua Jurusan dan Kepala Biro” yang diselenggarakan oleh Lembaga Budaya, Universitas Trisakti pada 11 November 2009,
5. lokakarya “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Administrasi Kampus bagi Karyawan” yang diselenggarakan oleh Lembaga Budaya, Universitas Trisakti pada 12 Agustus 2009, dan
6. semiloka “Kesantunan Bahasa Indonesia pada Kegiatan Administrasi Sekolah” yang diselenggarakan oleh Sekolah Dian Harapan seluruh Indonesia pada 10 -11 Juli 2009.
Respons peserta seminar atau lokakkarya, juga panitia sangat baik. Metode ini sangat unik dan membuat suasana baru, lebih semangat, dan tidak membosankan. (Pada Lembar Penilaian, saya mendapatkan nilai “Sangat Memuaskan”). Tentu saya senang dan bersyukur bisa membuat orang lain bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia.
d. Contoh Penerapan Entertaining Methode
1) Untuk mengajarkan Kesantunan Ejaan, bila dilakukan dengan metode ceramah sungguh sangat membosankan. Oleh karena itu, saya menerapkan metode hibur dengan Kuis Bintang-Bintang. Di awal perkuliahan saya minta mereka membagi kelompok menjadi lima. Setiap kelompok harus memberi nama dengan kata ulang semu. Kemudian, setiap kelompok diminta untuk menyiapkan yel-yel yang berhubungan dengan bahasa Indonesia secara spontan dengan waktu yang terbatas. Situasi seperti ini, menempatkan mahasiswa pada kondisi yang kritis, maka kreativitas akan muncul.
Langkah selanjutnya, mahasiswa diberi tugas membaca Ejaan Yang Disempurnakan secara cermat (EYD). Mau tidak mau mereka akan secara saksama dan ikhlas mau membaca bukun ejaan yang biasanya diindahkan. Kemudian, saya memberikan soal berupa kesalahan bahasa yang berhubungan dengan kesantunan ejaan (berupa gambar dan teks). Setiap kelompok wajib menyediakan satu orang juru bicara untuk menjawab soal secara lisan. Ada ranjau yang bisa membuat permainan berhenti sesaat, yakni saat mahasiswa menjelaskan jawaban, ia tidak boleh menggunakan kata “terus”. Kata ‘terus’ sengaja dijadikan ranjau agar mahasiswa sebagai orang yang sudah dewasa membiasakan diri tidak menggunakan ragam bahasa anak. Yang boleh digunakan adalah kata penghubung “selanjutnya”, “kemudian”, “lalu”, “berikutnya”, dll.
Selanjutnya, saya sebagai pembawa acara, memimpin Kuis Bintang-Bintang yang terdiri atas tiga babak. Babak pertama Kuis Gambar Kesalahan Bahasa, Babak II Kuis Teks Kesalahan Bahasa, dan Babak III Kuis Rebutan.
Setiap jawaban soal diberi nilai antara 10 sampai dengan 100. Kelompok pemenang pertama akan mendapatkan 3 bintang, kelompok pemenang II akan mendapatkan 2 bintang, dan kelompok pemenang III akan mendapatkan 1 bintang. Di awal acara saya mengingatkan mereka agar sebelum menjawab wajib menampilkan yel-yel agar kekompakkan kelompok terjaga dan mengingatkan agar mahasiswa berhati-hati terkena ranjau.
(Tentu bisa membayangkan seperti apa keramaian mereka di ruang kuliah yang saya ampu.)
2) Cara lain untuk mengajarkan Kesantunan Ejaan, saya meminta mereka secara berkelompok memotret kesalahan bahasa di ruang publik selama seminggu. Kesalahan harus bervariasi. Setiap kelompok wajib menyerahkan 50 – 100 kesalahan bahasa pada papan iklan, nama jalan, papan nama perusahaan, papan nama toko, dll. Sungguh tidak sulit menerapkan tugas ini karena mereka rerata memegang telepon seluler yang berkamera. Dengan adanya tugas ini, mahasiswa mempunyai kepekaan terhadap kesalahan bahasa di ruang publik.
Setelah menemukan kesalahan bahasa, setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil temuannya dan menjelaskan bagaimana bentuk kesalahan yang benar menurut EYD.
Selama lima tahun terakhir ini, metode ini saya terapkan pada mahasiswa dan bisa dikatakan cukup berhasil membuat mahasiswa semangat belajar bahasa Indonesia. Metode ini semakin kuat setelah saya mengikuti
1. Lokakarya Pengajaran Bahasa Indonesia yang Menarik di APBIPA Bali pada 8 – 12 Juni 2009.
2. Seminar Sehari “Pembelajaranyang Menggugah dan Menyenangkan” di Pusat Bahasa Universitas Trisakti pada 24 Juli 2010.
Dampak Pengembangan Kualitas Pengajaran melalui Metode Hibur, Pengembangan Soft Skill, Penerapan Evaluasi yang Menantang
Alhamdulillah, segala usaha kreatif yang sudah saya jalankan dalam dunia pendidikan, terutama dalam perkuliahan Bahasa Indonesia tidak sia-sia. Saya bersyukur dan merasa puas karena mahasiswa yang saya ajar juga menunjukkan hasil yang baik. Dampak penerapan metode hibur ini cukup mengesankan dan membuat mahasiswa lebih bersemangat dalam belajar Bahasa Indonesia.
Kehadiran mahasiswa pada mata kuliah yang saya ajar menunjukkan kehadiran yang lebih banyak daripada mata kuliah yang diajar oleh dosen lain. Mereka tepat hadir di ruang kelas bukan karena taat aturan, melainkan karena mulai memcintai mata kuliah Bahas Indonesia. Mereka sangat rugi bila terlambat atau tidak masuk dalam mata kuliah saya. Terlambat berarti rugi tidak menyaksikan penampoilan saya di 30 – 60 menit pertama, tidak masuk kuliah berarti peluang mendapatkan bintang lewat.
Selain itu, saya merasakan bahwa perkuliahan Bahasa Indonesia menjadi lebih interaktif, inovatif, efektif, dan atraktif.
Di akhir perkuliahan saat mahasiswa meningglkan ruang kuliah, secara serentak sebagian dari mereka mengerumuni saya dan mengajak saya berdiskusi tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yang membosankan yang pernah mereka dapatkan selama 12 tahun. Mereka setelah diajar oleh saya baru merasakan bahwa mereka betul-betul belajar bahasa Indonesia.
Berkali-kali ucapan terima kasih disampaikan oleh mahasiswa sambil sedikit membungkuk ketika meninggalkan ruang belajar. Saya yakin, ucapan itu bukanlah basa-basi, melainkan ucapan yang tulus atas kenyamanan mereka telah belajar bersama saya.
Penilaian terhadap saya akan lebih objektif bila mahasiswalah yang berbicara. Berikut adalah testimoni dari beberapa mahasiswa tentang metode belajar yang saya terapkan.
a. Wendy, NIM 08110110013, Prodi Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
”Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir” slogan inilah yang dipakai oleh seseorang bernama Niknik M. Kuntarto dalam belajar dan mengajar Bahasa Indonesia. Orang yag lahir di Majalengka ini mempunyai cara mengajar yang unik dari dosen lain yang ada di kampus UMN ini. Yang pasti Ibu Niknik dengan cara mengajar yang sangat unik dari dosen lain yang ada di kampus UMN ini. Yang pasti Bu Niknik dengan cara belajar dan mengajar yang unik ini mengajar bagaikan oase di gurun pasir bernama Teknik Informatika.
Apa sih yang membuat unik? Bayangkan saja Bahasa Indonesia yang harusnya menjadi beban di mata saya sebagai seorang programmer bisa disulap menjadi pelajaran yang cukup menarik dan dinanti-nanti (Tidak bermaksud membesar-besarkan lho! Memang faktanya begitu) Ditambah lagi dengan kepribadian Bu Niknik yang cukup unik yaitu (maaf) mesum! Bisa mencampurkan “elemen” mesum tepat pada waktunya sehingga membuat orang lain tertawa. Sungguh satu hal yang unik bukan?
Namun, di balik semua hal yang baik ini, ada juga hal buruk yang membuat orang lain merasa tertantang. Apakah itu? Itu adalah “Kuis Bintang-bintang” ala Bu Niknik. Kuis ini buruk karena membuat kami yang merasa mahasiswa tertantang untuk menggapai bintang yang bisa diraih.”
b. Yosia Elim, NIM 08110110025, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Belajar Bahasa Indonesia memang sesuatu yang telah dilakukan sejak lama, bahkan ketika seorang Indonesia masih di dalam kandungan. Hal ini disebabkan masyarakat sekitar yang menggunakan bahasa Indonesia. UMN juga menetapkan mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa dari setiap jurusan. Saya juga mendapatkan mata kuliah tersebut.
Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti mata kuliah tersebut. Suasana belajar yang berbeda membuat saya merasa nyaman belajar bahasa Indonesia. Sesuatu yang berbeda saya rasakan ketika saya mengikuti kuliah Bahasa Indonesia semester enam yang diajar oleh Ibu Niknik. Suasana tersebut dikembangkan lagi oleh dosen Bahasa Indonesia yang sangat teliti saya menjadi lebih tertantang dengan membuat ketentuan 20 bintang.
Awalnya saya merasa ragu akan mendapat jaminan nilai A untuk mata kuliah ini. Namun, setelah melewati mata kuluiah Bahasa Indonesia ini, saya dapat mencapai target 20 bintang tersebut. Rasa senang memenuhi hati saya. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada Ibu Niknik karena telah mengajar Bahasa Indonesia dengan suasana yang senang dan penuh tantangan sehingga saya dapat memahami bahasa Indonesia lebih dari yang telah saya pahami.
Saya teringat satu hal yang telah saya praktikkan dalam kehidupan saya mengenai bagaimana cara berbicara di depan banyak orang agar orang lain menaruh perhatian pada topik pembicaraan kita. Cara agar orang lain mendengarkan kita saat kita melakukan presentasi adalah dengan membuat suasana tenang lebih dulu. “Diam” adalah salah satu cara menarik perhatian orang lain. Setelah para pendengar menaruh perhatian pada kita, tebarkan senyum yang paling manis agar orang lain merasakan kehangatan dari kita sebelum kita menyampaikan topik presentasi kita. Kalimat pembuka adalah kunci agar orang lain memerhatikan kita. Oleh sebab itu, bukalah sesuatu dengan hal yang misterius agar orang lain tetap memerhatikan kita karena mereka ingin tahu apa kelanjutan dari topik yang kita sampaikan. Masih banyak hal-hal yang saya rasakan di saat saya belajar bahasa indonesia bersama Ibu Niknik.”
c. Sofyan Fradenza Adi, NIM 08110110048, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Dosen yang penuh dengan kreativitas sehingga mampu membawa suasana belajar menjadi menarik, menyenangkan, dan mengasyikkan. Selain itu metode yang digunakan sangat efektif dan atraktif untuk diterapkan di dalam kela., Baru kali ini saya sebagai pelajar tidak pernah mengantuk ketika belajar di dalam kelas. Hal tersebut sangat memengaruhi banyaknya materi yang mampu diserap oleh seorang mahasiswa. Dosen yang penuh kasih sayang kepada seluruh mahasiswanya. Saya tidak pernah mendengar Ibu Niknik marah. Walaupun ada mahasiswa yang berbuat salah, tetapi beliau hanya memberikan teguran lembut yang disertai nasihat bijak dan bermanfaat.
Selain itu, Ibu selalu sabar kepada mahasiswanya yang sering bertanya tidak pernah merasa risih, bosan, ataupun terganggu dengan kedatangan mahasiswa. Hal itu membuat mahasiswa merasa nyaman dengan Ibu Niknik. Tetaplah seperti ini menjadi dosen yang kreatif dan penuh kasih sayang. Jangan pernah bosan atau berubah agar mahasiswa selanjutnya yang akan diajar oleh ibu merasakan hal yang sama seperti kita.Coba saja dosen jurusan Teknik Informatika bisa menjadi seperti Ibu, pastilah mata kuliah yang rumit dan memusingkan bisa menjadi menarik dan menyenangkan.”
d. Kevin Malviyanto, NIM 09110210013, Teknik Informatika, Fakultas ICT, UMN
“Seperti matahari yang selalu bersinar hangat sama seperti dosenku yang selalu memberikan kehangatan dan memberikan aku pengetahuan akan bahasa Indonesia. Seperti bulan yang menerangi malam sama seperti dosenku yang selalu ada di saat aku bingung dan bertanya di saat kau tidak mengerti. Seperti bintang yang menghiasi malam sama seperti dosenku yang selalu membawa hal yang membuatku senang dan mengubah hariku menjadi lebih terang. Seperti bunga yang harum dan indah sama seperti dosenku yang selalu membuat suasana menjadi harum dan indah. Itulah dosenku Bu Niknik M. Kuntarto.”
e. Rita Yudiana, NIM 09130210012, Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UMN
“Guruku, bintangku sudah mencapai 15. Terima kasih guruku. Tanpamu aku tidak berarti apa-apa. Terima kasih untuk pengajaranmu selama ini. Engkau telah menuangkan sejuta ilmu pengetahuan untuk murid-muridmu. Jasa yang engkau berikan untukku, pasti kan selalu tersirat di hati kecilku. Selalu kukenang. Senyum yang telah kau lontarkan di setiap bertemu murid-muridmu, merupakan sebuah gambaran pribadi yang selalu tersenyum, senang, dan gembira. Tak pernah tersirat kesedihan di hatiku saatku mengenalmu. Terkadang, aku selalu teringat akan bundaku saat aku melihatmu guruku. Pribadi yang sempurna dan senyum yang selalu tergambar meskipun hati sedang sedih. Pengobananmu, jasamu, kasih sayangmu, terhadap aku dan mahasiswa–mahasiswa lain pasti kan selalu terkenang sepanjang masa. Materi pembelajaran yag tidak pernah aku dapat sebelumnya adalah tentang kerja, interview pada saat kita kerja. Itu benar-benar materi yang menarik dan membantuku mengerti apa yang akan dilakukan pada saat aku melamar pekerjaan, terima kasih Bu Niknik.”
f. Thres Karania, NIM 09120210061, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“Ibu Niknik yang cantik, saya sudah mendapatkan 15 bintang. Terima kasih Bu Niknik! Bersama Bu Niknik pelajaran Bahasa Indonesia jadi tak membosakan. Pertahankan terus gaya mengajar yang sangat interaktif itu, Bu. Generasi penerus bangsa semakin cinta bahasa Indonesia, itu pasti karena Bu Niknik.”
g. Adrienne Olivia, NIM 09120210085, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“Bu Niknik terima kasih buat pelajara Bahasa Indonesia yang begitu berkesan ini. Dengan sistem pengajaran yang Ibu buat, kuliah Bahasa Indonesia tidak seperti kuliah. Saya tidak perlu belajar, cukup mendengarkan Bu Niknik dan mengerjakan tugasnya, saya dapat mengerti pelajaran ini dengan baik. Harus saya akui bahwa Bu Niknik adalah pengajar Bahasa Indonesia tercangggih yang pernah mengajar saya selama belasan tahun saya belajar bahasa Indonesia baru di perkuliahan ini saya menyadari bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang terstruktur, tidak abstrak seperti yang saya asumsikan sebelumnya. Gaya bahasa Bu Niknik juga sungguh mengasyikan. Formal tapi menarik. Di kelas Ibu, saya juga sangat senang karena Ibu sering menceritakan hal-hal seputar pengalaman ibu yang mungkin simpel, tapi sangat berguna untruk saya jadikan referensi hidup. Terima kasih dosenku, Bu Niknik yang telah membuat mata kuliah Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah yang paling seru.”
h. B. Paramita, NIM 09120210054, Prodi Desain dan Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, UMN
“ Hujan di pagi hari. Melambungkan pikiranku. Kuteringat masa-masa indah kala itu. Kala aku berada di kelas Bahasa Indonesia. Terlintas pertanyaan itu. Cintakah aku pada bahasa Indonesia? Mulut ini tak mampu menjawab. Bencikah aku pada bahasa Indonesia? Lagi-lagi aku dibuatnya terdiam. Tapi itu dulu. Kala aku belum mengenalmu.
Kali ini aku berbeda. Aku dapat menjawab dengan tegas. Ya. Aku cinta bahasa Indonesia. Ini tak terjadi begitu saja. Itu semua terjadi berkat bimbinganmu. Kehadiranmu mengubah duniaku. Bimbingan dan ajaranmu akan selalu terukir di hatiku. Tanpamu aku tak akan seperti ini. Terima kasih, Ibu Niknik. Dosenku tercinta.”
i. Juwita Aldiani, NIM 09120110270, Podi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, UMN.
“ Aku pikir kuliah Bahasa Indonesia itu membosankan. Penuh dengan tugas dan masalah. Penuh keluh dan kesah. Namun, setelah bertemu Ibu Niknik, pikiranku tentang hal itu hilang. Semua terasa indah, senang, dan riang. Aku selalu menunggu hari Jumat tiba. Apalagi melihat keceriaan anak-anak Ilkom G. Sungguh membuat hari-hari indah. Keceriaan itu akan selalu kurindukan. Ibu Niknik, aku sangat menyayangimu. Dengan penuh perjuangan yang begitu keras, alhamdulillah aku berhasil mendapatkan 16 bintang itu. Terima kasih, Ibu Niknik.”
Rabu, 05 Oktober 2011
Usaha Kreatif dalam Pengembangan Kualitas Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
00.15
Senin, 23 Mei 2011
Tebar Pesona MC
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
21.28
TEBAR PESONA MC
Oleh: Niknik M. Kuntarto
Siapakah yang masih merasa gugup bila berbicara di depan umum? Apakah gugup itu baik atau tidak? Gugup ketika berbicar a tidak baik. Ya, benar. Gugup tidak baik ketika berbicara karena akan menggganggu konsentrasi kita. Namun, bisa juga gugup itu baik. Mengapa? Gugup baik bila terasa sebelum berbicara karena dengan kesadaran bahwa kita gugup kalau berbicara, kita akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Nah, bagaimanakah bila suatu saat setelah Anda bekerja, tiba-tiba atasan kita meminta agar Anda menjadi pembawa acara atau MC (master of Seremony) pada suatu kegiatan? Apakah Anda akan menolaknya? Tentu tidak, siapa pun bisa menjadi pembawa acara.
Nah bagaimanakah menjadi MC yang baik. Inilah penjelasannya.
1. Strategi Menjadi MC
a. Persiapan dan Penguasaan Materi Acara
Segala sesuatu bila dipersiapkan dengan maksimal, hasilnya akan lebih bagus. Hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika akan menjadi MC adalah penguasaan rundown acara, susunan acara, mengetahui keharmonisan hubungan antara kesiapan acara dengan susunan acara yang ada, mencari informasi siapa saja audiens dan para tamu undangan, menuliskan dan melafalkan dengan benar nama dan gelar tamu undangan, dan rajin membaca. Seorang MC harus rajin membaca. Mengapa? Akan sangat menarik bagi audience, kalau kita sanggup memberi komentar yang pas terhadap penampilan apapun yang ada di panggung. Hal ini hanya bisa dicapai kalau kita selalu memperkaya diri kita dengan bacaan yang beragam. Kita perlu tahu serba sedikit tentang bahasa, teknologi, kesehatan, olahraga, dan lain-lain. Dengan demikian, kita sanggup memberi komentar yang pas terhadap apa yang ada di hadapan audiens.
Namun, khusus untuk acara yang bersifat resmi, apalagi bila yang hadir adalah orang-orang penting seperti presiden, wakil presiden,dan menteri. tugas seorang MC harus lebih fokus dan mau bekerja sama dengan para protokoler. Susunan acara lebih singkat, padat, dan tidak bertele-tele. Tidak disarankan seorang MC memberi komentar apa pun pada setiap tahapan acara.
Selanjutnya, seorang MC harus mahir membuat kartu acara. Kartu acara ini berfungsi sebagai panduan ketika acara berlangsung. Hal yang perlu diperhatikan ketika membuat kartu acara adalah 1) buat cover kartu acara semenarik mungkin dengan ukuran kartu pos, 2) sesuaikan cover acara dengan tema acara yang akan dipandu, 3) tuliskan susunan acara secara garis besar dan diikuti perincian detil acara demi acara, bila perlu tuliskan cara pengucapan bila dirasa ada beberapa kata yang sulit dilafalkan,misalnya cara mengeja nama orang, dan 4) sisakan bagian yang kosong pada kartu acara untuk mencatat bila diperlukan, misalnya adanya perubahan susunan acara, perubahan nama tamu undangan, atau perubahan waktu.
b. Persiapan Mental
1) Kenali suara Anda
Setelah materi acara kita kuasai, langkah selanjutnya adalah persiapan mental kita. Kenali diri Anda dengan baik. Kenali suara Anda beserta kelemahan dan kelebihannya. Berlatihlah bila suara Anda kurang kuat. Produksi suara terdiri dari speed,yaitu standar kecepatan suara dengan menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi. Volume, dalam memandu sebuah acara, suara yang dihasilkan harus bulat. Power, yakni kekuatan suara yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan pemakaian kata. Tone, yaitu tinggi rendah suara sehingga audience tidak merasa bosan selama acara berlangsung. Timbre, akan menghasilkan suara yang ekspresif dan akan sangat mudah memengaruhi pendengar.
Selain memerhatikan hal-hal yang berhubungan dengan produksi suara, cara Anda bernapas juga harus diperhatikan. Disarankan berbicaralah dengan napas perut karena suara yang dihasilkan lebih dalam, power lebih kuat, dan lebih terasa nikmat didengar.
Seorang MC juga harus mengetahui teknik berbicara. Aturlah intonasi suara Anda. Sebaiknya suara tidak datar, tetapi mengandung irama. Perjelas artikulasi suara Anda. Setiap kata yang diucapkan harus jelas benar sehingga mudah dimengerti. Perhatikan juga stressing yang berfungsi ntuk memberikan energi dalam suara, tidak menimbulkan kesan loyo. Terakhir, perhatikan phrasing atau jeda sesaat agar kita dapat member waktu pada audiens agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti.
Untuk acara resmi ciptakan suasana dengan suara natural, lambat, rendah, volume kuat, khidmat, dan serius, sedangkan untuk acara hiburan ciptakan suasana suara kadang agak cepat, fluktuatif, volume tetap kuat, khidmat, dan serius.
2) Kenali bahasa tubuh Anda
Bahasa tubuh adalah alat komunikasi yang efektif. Saat menjadi MC, berdirilah. Untuk
wanita bentuklah sudut 45°, tegak, dada tegap, bahu rata. Untuk pria kaki sedikit terbuka. Bila
harus berjalan tetap tubuh tegap, bahu relaks, dan melangkahlah dengan mantap. Hindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Tatap audiens secara menyeluruh, kecuali ketika kita memanggil audiens untuk memberikan sambutan, sambil memanggil namanya, tataplah mata orang tersebut dengan ramah. Terakhir, selalu tersenyumlah. Senyum yang tulus akan membuat orang lain tergetar dan otomatis akan membuat hadirin tenteram. Ini sangat menolong pembentukan suasana yang kondusif antara pengisi acara dan audience.
3) Percaya Diri
Bila kita yakin sudah menguasai materi acara, bila kita terampil berbicara di depan umum, bila kita mengemas tubuh kita dengan pakaian yang paling indah, sopan, dan nyaman, bila kita dapat menguasai audiens, bila kita sanggup berbicara dengan hati, dan bila kita dapat tersenyum dengan tulus saat berbicara, rasa percaya diri itu berarti sudah muncul dan ada pada diri Anda. Bersiaplah untuk tampil.
2. Persiapan Menjelang Tampil
Saat Anda berada di tempat acara, saatnya Anda menyadari hal-hal berikut ini. Terima kenyataan, Anda bakal merasa grogi, Curi tatap seluruh audiens, yakinkan diri sendiri, “Aku bisa”. Teguk segelas air. Berusaha tidak tampak grogi. Jangan sibuk menata pakaian Anda. Sadari Anda tidak selalu dapat memberi penampilan 100% sempurna.
3. Saatnya Anda Tampil
Percaya diri! Itulah modal awal ketika memasuki detik-detik penampilan Anda di hadapan audiens. Berkonsentrasilah karena hal ini sangat dibutuhkan ketika menjadi MC. Ini memang suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Audiens sangat peka terhadap yang satu ini. Kalau pembicaraan kita sudah melantur, tidak fokus, artinya ada konsentrasi kita yang sudah bolong-bolong. Tarik nafas panjang dan sadarkan diri kita bahwa konsentrasi sangat penting dipakai sebagai modal dasar untuk menjadi MC yang penuh improvisasi. Saat di panggung mulailah melangkah dengan tenang dan yakin. Cari tempat berdiri yang tepat, dapat dilihat semua orang (sebanyak mungkin). Berdiri tegak , jangan membungkuk, bersandar dinding/meja, miring. Diam sejenak. Mainkan kontak mata. Tataplah audiens sekilas. Tersenyum dan tebarkan pesona MC yang baik. Mulailah bicara dengan hati, bukan hafalan dengan memberi salam dengan tulus dan sungguh-sungguh.
4. Tips Menjadi MC yang Handal
a. MC tidak selalu harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara, kecuali untuk acara resmi.
b. Sadarilah Anda harus memastikan bahwa semua penonton adalah sama, tidak memberikan perlakuan khusus pada mereka yang merupakan “tuan rumah”.
c. Untuk acara hiburan, Anda bisa mengawali dengan kalimat tanya (?), kalimat langsung (“…”), puisi, cerita, atau lagu.
d. Ringkaslah apa yang dikatakan oleh pembicara. Poin ini penting buat diperhatikan. Jadi setiap seorang pembicara selesai bicara, MC harus bisa mengambil intisari dari apa yang dibicarakan oleh pembicara tersebut, atau setidaknya bagian penting dari isinya, untuk disampaikan kepada penonton.
e. Pertahankan waktu yang ditentukan. Dalam sebuah acara, tidak dimungkiri bakal ada alokasi waktu yang kurang sesuai dengan rundown acara, entah itu molor atau kecepatan. Untuk itulah MC harus bisa mengatur agar waktu tetap berjalan sesuai dengan rundown.
f. Buat penonton bersemangat. Kadangkala pada suatu acara pasti ada penonton yang merasa bosen atau ngantuk karena isinya kurang menarik.
g. Jangan bicara terlalu cepat, ucapkan setiap kata dengan intonasi yang jelas.
h. Usahakan untuk rileks, kalau gugup tarik nafas yang panjang dan dalam kemudian bergeraklah untuk melemaskan otot.
i. Buat catatan kecil untuk membantu mengingat apa yang akan dikatakan, entah itu joke, cerita atau memberikan informasi.
j. Bila mempersilakan pejabat untuk memberikan sambutan, sebaiknya MC bergerak meninggalkan mike pada saat yang sama dengan saat pejabat memegang mike.
k. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai memberikan sambutan tiba di tempat duduknya.
l. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer dan kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan segera akhiri dengan cara yang sama.
m. Selalu bersiap bila susunan acara berubah. Oleh karena itu siapkan susunan acara rencana B atau C.
n. Hindari bahasa yang klise pada pembukaan acara seperti “Pertama-tama…” dan “Puji syukur….” Cari bahasa dan ungkapan yang lebih segar dan sesuaikan dengan tema acara.
o. Untuk menyapa atau memanggil pejabat, ungkapan “yang terhormat” hanya berlaku untuk pejabat yang paling tinggi yang hadir pada acara. Pejabat yang lain sebaiknya dipanggil “yang kami hormati”.
p. Hindari bahasa yang tidak logis seprti “Waktu dan tempat kami persilakan…!”
q. Hindari kata-kata boros dan berlebihan seperti “Kepada Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Bapak Prof. Dr. Yohanes Surya….” Jabatan, sapaan, dan gelar seseorang sebaiknya tidak digunakan secara bersamaan.
Oleh: Niknik M. Kuntarto
Siapakah yang masih merasa gugup bila berbicara di depan umum? Apakah gugup itu baik atau tidak? Gugup ketika berbicar a tidak baik. Ya, benar. Gugup tidak baik ketika berbicara karena akan menggganggu konsentrasi kita. Namun, bisa juga gugup itu baik. Mengapa? Gugup baik bila terasa sebelum berbicara karena dengan kesadaran bahwa kita gugup kalau berbicara, kita akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Nah, bagaimanakah bila suatu saat setelah Anda bekerja, tiba-tiba atasan kita meminta agar Anda menjadi pembawa acara atau MC (master of Seremony) pada suatu kegiatan? Apakah Anda akan menolaknya? Tentu tidak, siapa pun bisa menjadi pembawa acara.
Nah bagaimanakah menjadi MC yang baik. Inilah penjelasannya.
1. Strategi Menjadi MC
a. Persiapan dan Penguasaan Materi Acara
Segala sesuatu bila dipersiapkan dengan maksimal, hasilnya akan lebih bagus. Hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika akan menjadi MC adalah penguasaan rundown acara, susunan acara, mengetahui keharmonisan hubungan antara kesiapan acara dengan susunan acara yang ada, mencari informasi siapa saja audiens dan para tamu undangan, menuliskan dan melafalkan dengan benar nama dan gelar tamu undangan, dan rajin membaca. Seorang MC harus rajin membaca. Mengapa? Akan sangat menarik bagi audience, kalau kita sanggup memberi komentar yang pas terhadap penampilan apapun yang ada di panggung. Hal ini hanya bisa dicapai kalau kita selalu memperkaya diri kita dengan bacaan yang beragam. Kita perlu tahu serba sedikit tentang bahasa, teknologi, kesehatan, olahraga, dan lain-lain. Dengan demikian, kita sanggup memberi komentar yang pas terhadap apa yang ada di hadapan audiens.
Namun, khusus untuk acara yang bersifat resmi, apalagi bila yang hadir adalah orang-orang penting seperti presiden, wakil presiden,dan menteri. tugas seorang MC harus lebih fokus dan mau bekerja sama dengan para protokoler. Susunan acara lebih singkat, padat, dan tidak bertele-tele. Tidak disarankan seorang MC memberi komentar apa pun pada setiap tahapan acara.
Selanjutnya, seorang MC harus mahir membuat kartu acara. Kartu acara ini berfungsi sebagai panduan ketika acara berlangsung. Hal yang perlu diperhatikan ketika membuat kartu acara adalah 1) buat cover kartu acara semenarik mungkin dengan ukuran kartu pos, 2) sesuaikan cover acara dengan tema acara yang akan dipandu, 3) tuliskan susunan acara secara garis besar dan diikuti perincian detil acara demi acara, bila perlu tuliskan cara pengucapan bila dirasa ada beberapa kata yang sulit dilafalkan,misalnya cara mengeja nama orang, dan 4) sisakan bagian yang kosong pada kartu acara untuk mencatat bila diperlukan, misalnya adanya perubahan susunan acara, perubahan nama tamu undangan, atau perubahan waktu.
b. Persiapan Mental
1) Kenali suara Anda
Setelah materi acara kita kuasai, langkah selanjutnya adalah persiapan mental kita. Kenali diri Anda dengan baik. Kenali suara Anda beserta kelemahan dan kelebihannya. Berlatihlah bila suara Anda kurang kuat. Produksi suara terdiri dari speed,yaitu standar kecepatan suara dengan menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi. Volume, dalam memandu sebuah acara, suara yang dihasilkan harus bulat. Power, yakni kekuatan suara yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan pemakaian kata. Tone, yaitu tinggi rendah suara sehingga audience tidak merasa bosan selama acara berlangsung. Timbre, akan menghasilkan suara yang ekspresif dan akan sangat mudah memengaruhi pendengar.
Selain memerhatikan hal-hal yang berhubungan dengan produksi suara, cara Anda bernapas juga harus diperhatikan. Disarankan berbicaralah dengan napas perut karena suara yang dihasilkan lebih dalam, power lebih kuat, dan lebih terasa nikmat didengar.
Seorang MC juga harus mengetahui teknik berbicara. Aturlah intonasi suara Anda. Sebaiknya suara tidak datar, tetapi mengandung irama. Perjelas artikulasi suara Anda. Setiap kata yang diucapkan harus jelas benar sehingga mudah dimengerti. Perhatikan juga stressing yang berfungsi ntuk memberikan energi dalam suara, tidak menimbulkan kesan loyo. Terakhir, perhatikan phrasing atau jeda sesaat agar kita dapat member waktu pada audiens agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti.
Untuk acara resmi ciptakan suasana dengan suara natural, lambat, rendah, volume kuat, khidmat, dan serius, sedangkan untuk acara hiburan ciptakan suasana suara kadang agak cepat, fluktuatif, volume tetap kuat, khidmat, dan serius.
2) Kenali bahasa tubuh Anda
Bahasa tubuh adalah alat komunikasi yang efektif. Saat menjadi MC, berdirilah. Untuk
wanita bentuklah sudut 45°, tegak, dada tegap, bahu rata. Untuk pria kaki sedikit terbuka. Bila
harus berjalan tetap tubuh tegap, bahu relaks, dan melangkahlah dengan mantap. Hindari gerakan-gerakan yang berlebihan. Tatap audiens secara menyeluruh, kecuali ketika kita memanggil audiens untuk memberikan sambutan, sambil memanggil namanya, tataplah mata orang tersebut dengan ramah. Terakhir, selalu tersenyumlah. Senyum yang tulus akan membuat orang lain tergetar dan otomatis akan membuat hadirin tenteram. Ini sangat menolong pembentukan suasana yang kondusif antara pengisi acara dan audience.
3) Percaya Diri
Bila kita yakin sudah menguasai materi acara, bila kita terampil berbicara di depan umum, bila kita mengemas tubuh kita dengan pakaian yang paling indah, sopan, dan nyaman, bila kita dapat menguasai audiens, bila kita sanggup berbicara dengan hati, dan bila kita dapat tersenyum dengan tulus saat berbicara, rasa percaya diri itu berarti sudah muncul dan ada pada diri Anda. Bersiaplah untuk tampil.
2. Persiapan Menjelang Tampil
Saat Anda berada di tempat acara, saatnya Anda menyadari hal-hal berikut ini. Terima kenyataan, Anda bakal merasa grogi, Curi tatap seluruh audiens, yakinkan diri sendiri, “Aku bisa”. Teguk segelas air. Berusaha tidak tampak grogi. Jangan sibuk menata pakaian Anda. Sadari Anda tidak selalu dapat memberi penampilan 100% sempurna.
3. Saatnya Anda Tampil
Percaya diri! Itulah modal awal ketika memasuki detik-detik penampilan Anda di hadapan audiens. Berkonsentrasilah karena hal ini sangat dibutuhkan ketika menjadi MC. Ini memang suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Audiens sangat peka terhadap yang satu ini. Kalau pembicaraan kita sudah melantur, tidak fokus, artinya ada konsentrasi kita yang sudah bolong-bolong. Tarik nafas panjang dan sadarkan diri kita bahwa konsentrasi sangat penting dipakai sebagai modal dasar untuk menjadi MC yang penuh improvisasi. Saat di panggung mulailah melangkah dengan tenang dan yakin. Cari tempat berdiri yang tepat, dapat dilihat semua orang (sebanyak mungkin). Berdiri tegak , jangan membungkuk, bersandar dinding/meja, miring. Diam sejenak. Mainkan kontak mata. Tataplah audiens sekilas. Tersenyum dan tebarkan pesona MC yang baik. Mulailah bicara dengan hati, bukan hafalan dengan memberi salam dengan tulus dan sungguh-sungguh.
4. Tips Menjadi MC yang Handal
a. MC tidak selalu harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara, kecuali untuk acara resmi.
b. Sadarilah Anda harus memastikan bahwa semua penonton adalah sama, tidak memberikan perlakuan khusus pada mereka yang merupakan “tuan rumah”.
c. Untuk acara hiburan, Anda bisa mengawali dengan kalimat tanya (?), kalimat langsung (“…”), puisi, cerita, atau lagu.
d. Ringkaslah apa yang dikatakan oleh pembicara. Poin ini penting buat diperhatikan. Jadi setiap seorang pembicara selesai bicara, MC harus bisa mengambil intisari dari apa yang dibicarakan oleh pembicara tersebut, atau setidaknya bagian penting dari isinya, untuk disampaikan kepada penonton.
e. Pertahankan waktu yang ditentukan. Dalam sebuah acara, tidak dimungkiri bakal ada alokasi waktu yang kurang sesuai dengan rundown acara, entah itu molor atau kecepatan. Untuk itulah MC harus bisa mengatur agar waktu tetap berjalan sesuai dengan rundown.
f. Buat penonton bersemangat. Kadangkala pada suatu acara pasti ada penonton yang merasa bosen atau ngantuk karena isinya kurang menarik.
g. Jangan bicara terlalu cepat, ucapkan setiap kata dengan intonasi yang jelas.
h. Usahakan untuk rileks, kalau gugup tarik nafas yang panjang dan dalam kemudian bergeraklah untuk melemaskan otot.
i. Buat catatan kecil untuk membantu mengingat apa yang akan dikatakan, entah itu joke, cerita atau memberikan informasi.
j. Bila mempersilakan pejabat untuk memberikan sambutan, sebaiknya MC bergerak meninggalkan mike pada saat yang sama dengan saat pejabat memegang mike.
k. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai memberikan sambutan tiba di tempat duduknya.
l. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer dan kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan segera akhiri dengan cara yang sama.
m. Selalu bersiap bila susunan acara berubah. Oleh karena itu siapkan susunan acara rencana B atau C.
n. Hindari bahasa yang klise pada pembukaan acara seperti “Pertama-tama…” dan “Puji syukur….” Cari bahasa dan ungkapan yang lebih segar dan sesuaikan dengan tema acara.
o. Untuk menyapa atau memanggil pejabat, ungkapan “yang terhormat” hanya berlaku untuk pejabat yang paling tinggi yang hadir pada acara. Pejabat yang lain sebaiknya dipanggil “yang kami hormati”.
p. Hindari bahasa yang tidak logis seprti “Waktu dan tempat kami persilakan…!”
q. Hindari kata-kata boros dan berlebihan seperti “Kepada Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Bapak Prof. Dr. Yohanes Surya….” Jabatan, sapaan, dan gelar seseorang sebaiknya tidak digunakan secara bersamaan.
Kata Pengantar Buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
21.13
KATA PENGANTAR
Oleh; Niknik M. Kuntarto
Alhamdulillahirabbilalamin! Akhirnya, proses revisi buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir usai sudah atas permintaan teman-teman dosen “sang pencetak insan cendekia”, dan tentunya permintaan dari ‘sang sumber inspirasi”, para mahasiswa yang penulis sayangi.
Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir dihadirkan untuk memfasilitasi mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran yang inovatif, interaktif, dan atraktif. Selain itu, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir merupakan buku yang dihadirkan dan diharapkan dapat menjadi pedoman dalam
kegiatan menulis akademik dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, dalam setiap penjelasan penulis menyertakan contohcontoh penulisan karangan yang kurang memperhatikan kesantunan bahasa dan diikuti dengan cara memperbaiki dengan aturan-aturan yang benar. Aturan-aturan yang dianjurkan tentunya disesuaikan dengan ketentuanketentuan yang dilazimkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Melalui contoh-contoh karangan yang benar diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan membaca secara kritis. Selain sebagai pedoman dalam kegiatan akademik, baik tulis maupun lisan, buku ini juga dapat memberikan arah kepada mahasiswa dalam mengembangkan kepribadian, terutama dalam hal mempersiapkan mahasiswa terjen ke dalam dunia kerja melalui pokok bahasan “Peranan Bahasa Indonesia dalam Memasuki Dunia Kerja” dengan subpokok bahasan Keterampilan Berpresentasi, Kesantunan bahasa dalam Surat Lamaran, Psikotes, dan Wawancara Kerja”. Penulis sertakan juga soal-soal kebahasaan dalam Psikotes. Dengan demikian, setelah menyelesaikan proses pembelajaran di perguruan tinggi diharapkan mahasiswa dapat menjadi insan yang siap menghadapi dunia kerja.
Pada buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir edisi kedua ini sebagian besar soal-soal latihan dalam Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) sudah diperbaharui dan disesuaikan dengan masalah-masalah kebahasaan yang dihadapi oleh mahasiswa. Terakhir buku ini juga menyertakan soalsoal
latihan Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), soal Psikotes (Khusus Kebahasaan), dan soal Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) agar mahasiswa dapat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. Pada buku cetakan kesembilan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini kepada
1. Teman-teman dan para dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia,
2. Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, Dr. Kastam, Dr. Wiyatmi, Dr. Teguh, Dr. Rohmad Widyantoro, dan para dosen di FPBS, Universitas Negeri Yogyakarta,
3. Dr. Ninok Leksono, dan Dr. Winarno, di Universitas Multimedia Nusantara,
4. Bapak R. Masri Sareb Putra, Bapak Edi Sutarto, Bapak Stevanus Herman Bala, Bapak OT, dan para pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Multimedia Nusantara,
5. Bapak Josef, Ibu Ribka pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Pelita Harapan,
6. Prof. Dr. Zaenal Arifi n, Bapak Amran S. Tasai, Bapak Mustaqim, Bapak Utjen, Bapak Zaruki, Ibu Wiwik, Ibu Ani, Ibu Erlis, dan pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Trisakti; juga
Bapak Sutan Assin, Ibu Agustin, Ibu Hany, Pak Ganjar, dan Ibu Albertin di Pusat Bahasa Universitas Trisakti,
7. Dr. Nyoman Riasa dan pengajar BIPA di APBIPA Bali, 8. Bapak Olo Tahe Sinaga, Bapak Wahid, Ibu Tuti, Ibu Woro, dan pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Esa Unggul,
9. Bapak Arju, Bapak Wahyu, pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Nasional,
10. Bapak Widyo, Bapak Jono, Bapak Sugiarto, Bapak Tri, Ibu Lina, Ibu Sapitri, Ibu Tri Wahyu, dan pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Gunadarma,
11. Dr. Abdullah dan pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Diponegoro,
12. Dr. Erna S. Widodo, Dr. Sofyan, Ibu Amalia, Mbak Ratna, Mbak Anna, Mbak Ugi, Mbak Khodijah, Mbak Jerry, Mbak Susi, Mbak Maris, dan Pak Puji Santosa di STIP Abdi Negara,
13. Prof. Johanes Surya di Surya Institut,
14. Prof. Ermaya Suradinata di President University,
15. Prof. Arief, Pak Sabar, Pak Bambang, Pak Refren dan para pengajar Bahasa Indonesia di STIE Kusuma Negara,
16. Ibu Westri, Ibu Ade, Ibu Lina, Ibu Nisa, Pak Joko, Pak Rosento, dan para pengajar Bahasa Indonesia di Akademi Bina Sarana Informatika,
17. Pak Lutfi , Pak Sol, Pak Drajat, Ibu Nita, dan para pengajar Bahasa
Indonesia di Akademi Bina Insani,
18. para pengajar Bahasa Indonesia lainnya yang telah bekerja sama menularkan cinta bahasa Indonesia melalui buku ini di Universitas Bunda Mulia, Universitas Mustopo Beragama, STIE Budi Bakti, dan universitas lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Terakhir penyusun ucapkan terima kasih juga kepada keluarga tercinta: Ibu, Bapak, Mama, Apa, dan saudara-saudara atas doa yang tak pernah berhenti dipanjatkan pada-Nya untuk penulis; Mas Totok, terima kasih, kau selalu memberiku kesempatan menjadi wanita yang berguna; Ruby, Rere, dan Romeo, terima kasih karena kalian motivator terbesar bagi mama untuk menyelesaikan buku ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada penerbit Mitra Wacana Media yang memiliki perhatian besar atas terbitnya buku ini. Semoga Mitra Wacana Media berkembang menjadi penerbit yang lebih besar dan sukses. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama
para mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya dalam usaha meningkatkan kemahiran berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, dengan memperhatikan kesantuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jakarta, 10 Mei 2011
Dengan penuh kasih sayang
Penulis
Oleh; Niknik M. Kuntarto
Alhamdulillahirabbilalamin! Akhirnya, proses revisi buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir usai sudah atas permintaan teman-teman dosen “sang pencetak insan cendekia”, dan tentunya permintaan dari ‘sang sumber inspirasi”, para mahasiswa yang penulis sayangi.
Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir dihadirkan untuk memfasilitasi mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran yang inovatif, interaktif, dan atraktif. Selain itu, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir merupakan buku yang dihadirkan dan diharapkan dapat menjadi pedoman dalam
kegiatan menulis akademik dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, dalam setiap penjelasan penulis menyertakan contohcontoh penulisan karangan yang kurang memperhatikan kesantunan bahasa dan diikuti dengan cara memperbaiki dengan aturan-aturan yang benar. Aturan-aturan yang dianjurkan tentunya disesuaikan dengan ketentuanketentuan yang dilazimkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Melalui contoh-contoh karangan yang benar diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan membaca secara kritis. Selain sebagai pedoman dalam kegiatan akademik, baik tulis maupun lisan, buku ini juga dapat memberikan arah kepada mahasiswa dalam mengembangkan kepribadian, terutama dalam hal mempersiapkan mahasiswa terjen ke dalam dunia kerja melalui pokok bahasan “Peranan Bahasa Indonesia dalam Memasuki Dunia Kerja” dengan subpokok bahasan Keterampilan Berpresentasi, Kesantunan bahasa dalam Surat Lamaran, Psikotes, dan Wawancara Kerja”. Penulis sertakan juga soal-soal kebahasaan dalam Psikotes. Dengan demikian, setelah menyelesaikan proses pembelajaran di perguruan tinggi diharapkan mahasiswa dapat menjadi insan yang siap menghadapi dunia kerja.
Pada buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir edisi kedua ini sebagian besar soal-soal latihan dalam Lembar Tugas Mahasiswa (LTM) sudah diperbaharui dan disesuaikan dengan masalah-masalah kebahasaan yang dihadapi oleh mahasiswa. Terakhir buku ini juga menyertakan soalsoal
latihan Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), soal Psikotes (Khusus Kebahasaan), dan soal Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) agar mahasiswa dapat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. Pada buku cetakan kesembilan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini kepada
1. Teman-teman dan para dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia,
2. Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, Dr. Kastam, Dr. Wiyatmi, Dr. Teguh, Dr. Rohmad Widyantoro, dan para dosen di FPBS, Universitas Negeri Yogyakarta,
3. Dr. Ninok Leksono, dan Dr. Winarno, di Universitas Multimedia Nusantara,
4. Bapak R. Masri Sareb Putra, Bapak Edi Sutarto, Bapak Stevanus Herman Bala, Bapak OT, dan para pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Multimedia Nusantara,
5. Bapak Josef, Ibu Ribka pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Pelita Harapan,
6. Prof. Dr. Zaenal Arifi n, Bapak Amran S. Tasai, Bapak Mustaqim, Bapak Utjen, Bapak Zaruki, Ibu Wiwik, Ibu Ani, Ibu Erlis, dan pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Trisakti; juga
Bapak Sutan Assin, Ibu Agustin, Ibu Hany, Pak Ganjar, dan Ibu Albertin di Pusat Bahasa Universitas Trisakti,
7. Dr. Nyoman Riasa dan pengajar BIPA di APBIPA Bali, 8. Bapak Olo Tahe Sinaga, Bapak Wahid, Ibu Tuti, Ibu Woro, dan pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Esa Unggul,
9. Bapak Arju, Bapak Wahyu, pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Nasional,
10. Bapak Widyo, Bapak Jono, Bapak Sugiarto, Bapak Tri, Ibu Lina, Ibu Sapitri, Ibu Tri Wahyu, dan pengajar Bahasa Indonesia lainnya di Universitas Gunadarma,
11. Dr. Abdullah dan pengajar Bahasa Indonesia di Universitas Diponegoro,
12. Dr. Erna S. Widodo, Dr. Sofyan, Ibu Amalia, Mbak Ratna, Mbak Anna, Mbak Ugi, Mbak Khodijah, Mbak Jerry, Mbak Susi, Mbak Maris, dan Pak Puji Santosa di STIP Abdi Negara,
13. Prof. Johanes Surya di Surya Institut,
14. Prof. Ermaya Suradinata di President University,
15. Prof. Arief, Pak Sabar, Pak Bambang, Pak Refren dan para pengajar Bahasa Indonesia di STIE Kusuma Negara,
16. Ibu Westri, Ibu Ade, Ibu Lina, Ibu Nisa, Pak Joko, Pak Rosento, dan para pengajar Bahasa Indonesia di Akademi Bina Sarana Informatika,
17. Pak Lutfi , Pak Sol, Pak Drajat, Ibu Nita, dan para pengajar Bahasa
Indonesia di Akademi Bina Insani,
18. para pengajar Bahasa Indonesia lainnya yang telah bekerja sama menularkan cinta bahasa Indonesia melalui buku ini di Universitas Bunda Mulia, Universitas Mustopo Beragama, STIE Budi Bakti, dan universitas lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Terakhir penyusun ucapkan terima kasih juga kepada keluarga tercinta: Ibu, Bapak, Mama, Apa, dan saudara-saudara atas doa yang tak pernah berhenti dipanjatkan pada-Nya untuk penulis; Mas Totok, terima kasih, kau selalu memberiku kesempatan menjadi wanita yang berguna; Ruby, Rere, dan Romeo, terima kasih karena kalian motivator terbesar bagi mama untuk menyelesaikan buku ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada penerbit Mitra Wacana Media yang memiliki perhatian besar atas terbitnya buku ini. Semoga Mitra Wacana Media berkembang menjadi penerbit yang lebih besar dan sukses. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama
para mahasiswa dalam mengembangkan kepribadiannya dalam usaha meningkatkan kemahiran berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, dengan memperhatikan kesantuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Jakarta, 10 Mei 2011
Dengan penuh kasih sayang
Penulis
Akhirnya, buku Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir Edisi II siap terbit
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
20.59
Kamis, 05 Agustus 2010
Resensi Saatirah Karya Niknik M. Kuntarto
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
02.33
PENGARUH SRI SUMARAH
PADA SAATIRAH DAN BENTUK PERLAWANANNYA
Oleh : Edi Sutarto
Judul Novel : Saatirah
Penulis : Niknik M. Kuntarto
Penerbit : Grasindo
Waktu Terbit : Mei 2010
Halaman : 191
Apa yang akan kita lakukan bila di usia penikahan yang kesepuluh, menemukan puisi cinta di BlackBerry pasangan kita? Puisi itu adalah puisi perselingkuhannya.
Apa yang akan kita lakukan bila mendapati pasangan kita meminta izin memiliki kekasih baru? Jawabannya pasti beragam dan ujung dari jawaban atas pertanyaan ini, umumnya adalah cerai.
Apa yang akan kita lakukan bila kita tahu pasangan kita selingkuh, lalu di luar sana ada sosok lain yang lebih muda usia dan lajang memenuhi selera kita menyatakan cinta kepada kita? Apa yang akan kita lakukan bila ternyata sosok muda usia ini memiliki hasrat bercinta yang menggebu? Kesempatan bercinta itu terbuka, baik di dalam mobil atau di kamar vila. Jawabannya pasti beragam pula dan dapat dipastikan akan lebih banyak mengatakan, “Kenapa tidak? Toh, pasangan kita juga melakukannya.”
Kenyataan tersebut dialami oleh tokoh protagonis dalam novel Saatirah. Novel ini menggunakan sudut pandang ketiga. Kisahnya tentang seorang perempuan bernama Saatirah yang dihujam pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi ia memilih jawaban yang unik. Ia justru menyebrangi jawaban pada umumnya yang dipastikan diambil oleh kebanyakan orang. Sebagian besar pembaca pasti akan gregetan dan menuduh Saatirah sebagai sosok yang naïf, bahkan mungkin sangat naif. Namun, pilihan sikapnya yang tidak umum itulah yang menjadikan Saatirah bukan perempuan biasa.
Kisah langsung menyuguhkan konflik, bermula dari terkuaknya perselingkuhan Andro, suami Saatirah, karena puisi cinta di BlackBerry-nya. Cinta Andro kepada sekretarisnya sendiri yang bernama Shintia. Seketika, lara tentu meremas hati Saatirah dan meluluhlantakkan kepercayaannya, ini hal yang sangat manusiawi, tetapi Saatirah mampu mengendalikan diri, bahkan mempersipkan diri dengan kemungkinan lain yang lebih menyakitkan hatinya. Benar, selang beberapa hari kisah berlajut makin lara. Di antara deras hujan yang menyergap-nyergap, satu malam Andro minta izin pada Saatirah untuk memacari sekretarisnya itu. Alasannya karena Shintia mampu memotivasi kinerjanya di kantor, Andro berjanji hanya sekadar nonton atau makan bersama. Dengan hati yang remuk, Satirah mengizinkan. Kelak janji itu diingkari, bahkan Andro dalam banyak hal lebih membela Shintia. Tentu Saatirah melakukan perlawanan.
Perlawanan yang dilakukannya justru perlawanan kedalam, ia mencoba instropeksi diri, apa yang kurang di dirinya ia benahi. Sebuah perlawanan yang tentu jarang dilakukan oleh kebanyakan orang bila dalam kondisi yang demikian. Ia terus memperbaiki diri, baik di dalam rumah tangga sebagai istri dan seorang ibu dari kedua anaknya maupun dalam kariernya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi yang cukup terkemuka di Jakarta dan Tangerang. Beberapa buku ditulisnya untuk referensi perkuliahan yang ia ampu, tidak berhenti di situ, Ia bahkan mampu menjadi narasumber yang handal dalam bidangnya.
Agaknya, Niknik M. Kuntarto dalam novelnya ini sangat terpengaruh kisah Sri Sumarah, cerpen karya Umar Kayam. Beberapa kali ia menukil kisah Sri Sumarah sebagai pembanding peristiwa dalam Saatirah. Niknik, ingin mengejahwantahkan karakter Saatirah dari makna nama tokoh utamanya ini seperti yang diurai dalam bab “Puisi Lara Itu adalah Satirah”. Ibunya berujar, “Saatirah adalah nama yang indah. Nama itu diambil dari bahasa Arab yang berarti perempuan, sabar, soleh dan mulia yang berbakti pada suaminya. Saatirah berarti juga perempuan yang selalu menjaga kehormatan suami dan menutupi aib suaminya.” Rupanya dari nama Saatirah inilah kisah berkembang bagai spiral. Persis seperti cerpen Umar Kayam tersebut. Kisah berkembang dari nama Sri Sumarah. Sumarah yang artinya menyerah, terserah, atau pasrah. Sikap ini diajarkan oleh neneknya. Sikap sumarah diterjemahkan Sri sebagai kepasrahan ketika dijodohkan neneknya dengan Mas Marto, suaminya. Sang Neneknya pula yang mengajarkan bagaimana menyikapi seluruh dinamika rumah tangganya dengan kepasrahan.
Dalam Saatirah, nilai tentang kepasrahan itu diajarkan langsung oleh ibunya sendiri. Dalam hal pernikahan, meski Saatirah melalui proses berpacaran dengan Andro, tetap saja peran ibunya sangat kuat sehingga Saatirah termotivasi untuk menikah dengan Andro. Di kemudian hari, begitu dinamika rumah tangganya mengalami pasang surut, ia tetap menjalankan ajaran sang ibunya, menyimpan pahit getirnya berumah tangga di bilik hatinya sendiri, sangat rapat, bahkan kepada ibunya. Di saat-saat ia terpuruk, bayang-bayang ibunyalah yang selalu hadir dan menjadi obat penawar.
Nama tokoh Saatirah menjadi simbol yang menyatakan gambaran sikap seorang istri yang unik bila dibandingkan dengan para perempuan umumnya dalam menanggapi kehidupan rumah tangganya. Ia tidak reaktif minta cerai saat tahu suaminya selingkuh, namun ia melakukan usaha-usaha agar suaminya sadar atas kekeliruannya. Ia juga mempertimbangkan nasib baik anak-anaknya sebagai lebih prioritas dibanding egonya.
Peristiwa yang dialaminya, baik manis maupun pahit dihadapi dengan penerimaan hati yang ikhlas. Dengan rendah hati, Saatirah menerimanya atas dasar pengertian dan keterbukaan. Pengertian berarti memahami maksud terjadinya segala peristiwa yang dialami, sedangkan keterbukaan berarti tidak menutup diri terhadap peristiwa yang dialaminya itu. Sikap nerima yang Saatirah lakukan tetap rasional, sehingga tidak terpuruk dan menentang secara percuma. Sikap inilah yang menurut hemat penulis sebagai esensi perlawanan Saatirah terhadap kenyataan yang menderanya.
Saat suaminya di PHK, ia tetap berusaha menjaga keutuhan rumah tangga dengan cara ia yang sepenuhya mencari nafkah dengan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Dari sebagaian honornya serta pinjaman dana dari kakaknya, ia menutupi hutang-hutang suaminya. Reaksi yang dilakukan tokoh utama dalam peristiwa yang demikian adalah reaksi yang saatirah. Ia tidak menyerah begitu saja, melainkan ia mengambil langkah untuk bekerja lebih keras. Caranya dengan mengajar di berbagai perguruan tinggi, menulis buku-buku, bahkan menjadi narasumber dalam beberapa kegiatan.
Pengaruh kuat cerpen Sri Sumarah pada Niknik dapat kita lihat kembali pada perilaku kepatuhan Sri dalam menjalani masa 12 tahun perkawinan dengan Mas Marto. Salah satu yang membuat hubungan perkawinan mereka awet adalah kemampuan Sri memijat. Ini adalah bentuk laku bakti Sri pada suami. Dalam novel Niknik ini, tokoh Saatirah juga memiliki kepandaian memijat dan perilaku yang sama, memijat suaminya menjelang tidur meskipun dalam keadaan tidak akur.
Kesamaan lain, meskipun dalam peristiwa yang berbeda adalah saat tokoh Sri ber-sumarah dalam bentuk kesetiaan yang ditunjukkan Sri saat menolak lamaran Pak Carik. Lamaran ini datang setelah ia ditinggal mati Mas Marto. Janda mana yang akan menolak lamaran seorang carik dengan harta yang berlimpah? Jawabnya adalah Sri Sumarah. Ia menolak karena cinta sejatinya adalah pada Mas Marto. Dalam novel Saatirah, meskipun tokoh protagonis dihianati oleh suaminya dengan perselingkuhan-perselingkuhannya, ia tetap menolak kehadiran Tora. Seorang mahasiswa yang sangat memenuhi seleranya. Saatirah masih setia pada suaminya. Saatirah masih saatirah bahkan ketika orang yang dicintainya telah menghianatinya. Ini pasti menjadi perlawanan yang luar biasa bagi Saatirah.
Peristiwa Saatirah yang timbul-tenggelam tergoda pada Tora, sosok muda, tampan, dan gagah menjadi bumbu cerita yang menarik dalam novel ini. Mungkin pembaca akan mempertanyakan kembali tentang citra Saatirah sebagai seorang istri bahkan dosen? Pada bagian ini, menurut hemat penulis sangat manusiawi, bahkan melalui kesadarannya atas makna kata saatirah, Saatirah tetap menjaga kesetiaannya pada suami. Sosok Tora ini pula yang menyisakan pekerjaan rumah bagi pembaca untuk terus menggulirkan kembaraan nimajinasinya. Di akhir novel ini, Saatirah usai menjenguk Andro yang baru diamputasi kakinya di rumah sakit mendapati puisi Tora di Wiper mobilnya. Isi puisi itu, Tora masih setia menanti cinta Saatirah. Bersatukah mereka? Kemungkinan itu sangat potensial, lantaran Saatirah sudah menjanda, jawabnya tentu terserah Niknik pada novel berikutnya.
Kelebihan novel ini yang sangat menonjol adalah gaya bertutur Niknik yang begitu puitis meskipun dalam keadaan lara yang mengiris hati. Hemat penulis, Niknik melalui novelnya ini, tak urung menjadi penyair, bahkan dalam judul bab pun menggunakan puisi, misal bab 1 “Puisi Itu”, pada bab 2 “Puisi Lara itu”, dan seterusnya. Gaya bertutur Niknik yang indah ini pun penulis pandang sebagai bentuk perlawanan terhadap kegetiran peristiwa yang dialami tokoh protagonis rekaannya.
Penulis adalah
Program Officer Yayasan Cahaya Guru dan dosen UMN
PADA SAATIRAH DAN BENTUK PERLAWANANNYA
Oleh : Edi Sutarto
Judul Novel : Saatirah
Penulis : Niknik M. Kuntarto
Penerbit : Grasindo
Waktu Terbit : Mei 2010
Halaman : 191
Apa yang akan kita lakukan bila di usia penikahan yang kesepuluh, menemukan puisi cinta di BlackBerry pasangan kita? Puisi itu adalah puisi perselingkuhannya.
Apa yang akan kita lakukan bila mendapati pasangan kita meminta izin memiliki kekasih baru? Jawabannya pasti beragam dan ujung dari jawaban atas pertanyaan ini, umumnya adalah cerai.
Apa yang akan kita lakukan bila kita tahu pasangan kita selingkuh, lalu di luar sana ada sosok lain yang lebih muda usia dan lajang memenuhi selera kita menyatakan cinta kepada kita? Apa yang akan kita lakukan bila ternyata sosok muda usia ini memiliki hasrat bercinta yang menggebu? Kesempatan bercinta itu terbuka, baik di dalam mobil atau di kamar vila. Jawabannya pasti beragam pula dan dapat dipastikan akan lebih banyak mengatakan, “Kenapa tidak? Toh, pasangan kita juga melakukannya.”
Kenyataan tersebut dialami oleh tokoh protagonis dalam novel Saatirah. Novel ini menggunakan sudut pandang ketiga. Kisahnya tentang seorang perempuan bernama Saatirah yang dihujam pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi ia memilih jawaban yang unik. Ia justru menyebrangi jawaban pada umumnya yang dipastikan diambil oleh kebanyakan orang. Sebagian besar pembaca pasti akan gregetan dan menuduh Saatirah sebagai sosok yang naïf, bahkan mungkin sangat naif. Namun, pilihan sikapnya yang tidak umum itulah yang menjadikan Saatirah bukan perempuan biasa.
Kisah langsung menyuguhkan konflik, bermula dari terkuaknya perselingkuhan Andro, suami Saatirah, karena puisi cinta di BlackBerry-nya. Cinta Andro kepada sekretarisnya sendiri yang bernama Shintia. Seketika, lara tentu meremas hati Saatirah dan meluluhlantakkan kepercayaannya, ini hal yang sangat manusiawi, tetapi Saatirah mampu mengendalikan diri, bahkan mempersipkan diri dengan kemungkinan lain yang lebih menyakitkan hatinya. Benar, selang beberapa hari kisah berlajut makin lara. Di antara deras hujan yang menyergap-nyergap, satu malam Andro minta izin pada Saatirah untuk memacari sekretarisnya itu. Alasannya karena Shintia mampu memotivasi kinerjanya di kantor, Andro berjanji hanya sekadar nonton atau makan bersama. Dengan hati yang remuk, Satirah mengizinkan. Kelak janji itu diingkari, bahkan Andro dalam banyak hal lebih membela Shintia. Tentu Saatirah melakukan perlawanan.
Perlawanan yang dilakukannya justru perlawanan kedalam, ia mencoba instropeksi diri, apa yang kurang di dirinya ia benahi. Sebuah perlawanan yang tentu jarang dilakukan oleh kebanyakan orang bila dalam kondisi yang demikian. Ia terus memperbaiki diri, baik di dalam rumah tangga sebagai istri dan seorang ibu dari kedua anaknya maupun dalam kariernya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi yang cukup terkemuka di Jakarta dan Tangerang. Beberapa buku ditulisnya untuk referensi perkuliahan yang ia ampu, tidak berhenti di situ, Ia bahkan mampu menjadi narasumber yang handal dalam bidangnya.
Agaknya, Niknik M. Kuntarto dalam novelnya ini sangat terpengaruh kisah Sri Sumarah, cerpen karya Umar Kayam. Beberapa kali ia menukil kisah Sri Sumarah sebagai pembanding peristiwa dalam Saatirah. Niknik, ingin mengejahwantahkan karakter Saatirah dari makna nama tokoh utamanya ini seperti yang diurai dalam bab “Puisi Lara Itu adalah Satirah”. Ibunya berujar, “Saatirah adalah nama yang indah. Nama itu diambil dari bahasa Arab yang berarti perempuan, sabar, soleh dan mulia yang berbakti pada suaminya. Saatirah berarti juga perempuan yang selalu menjaga kehormatan suami dan menutupi aib suaminya.” Rupanya dari nama Saatirah inilah kisah berkembang bagai spiral. Persis seperti cerpen Umar Kayam tersebut. Kisah berkembang dari nama Sri Sumarah. Sumarah yang artinya menyerah, terserah, atau pasrah. Sikap ini diajarkan oleh neneknya. Sikap sumarah diterjemahkan Sri sebagai kepasrahan ketika dijodohkan neneknya dengan Mas Marto, suaminya. Sang Neneknya pula yang mengajarkan bagaimana menyikapi seluruh dinamika rumah tangganya dengan kepasrahan.
Dalam Saatirah, nilai tentang kepasrahan itu diajarkan langsung oleh ibunya sendiri. Dalam hal pernikahan, meski Saatirah melalui proses berpacaran dengan Andro, tetap saja peran ibunya sangat kuat sehingga Saatirah termotivasi untuk menikah dengan Andro. Di kemudian hari, begitu dinamika rumah tangganya mengalami pasang surut, ia tetap menjalankan ajaran sang ibunya, menyimpan pahit getirnya berumah tangga di bilik hatinya sendiri, sangat rapat, bahkan kepada ibunya. Di saat-saat ia terpuruk, bayang-bayang ibunyalah yang selalu hadir dan menjadi obat penawar.
Nama tokoh Saatirah menjadi simbol yang menyatakan gambaran sikap seorang istri yang unik bila dibandingkan dengan para perempuan umumnya dalam menanggapi kehidupan rumah tangganya. Ia tidak reaktif minta cerai saat tahu suaminya selingkuh, namun ia melakukan usaha-usaha agar suaminya sadar atas kekeliruannya. Ia juga mempertimbangkan nasib baik anak-anaknya sebagai lebih prioritas dibanding egonya.
Peristiwa yang dialaminya, baik manis maupun pahit dihadapi dengan penerimaan hati yang ikhlas. Dengan rendah hati, Saatirah menerimanya atas dasar pengertian dan keterbukaan. Pengertian berarti memahami maksud terjadinya segala peristiwa yang dialami, sedangkan keterbukaan berarti tidak menutup diri terhadap peristiwa yang dialaminya itu. Sikap nerima yang Saatirah lakukan tetap rasional, sehingga tidak terpuruk dan menentang secara percuma. Sikap inilah yang menurut hemat penulis sebagai esensi perlawanan Saatirah terhadap kenyataan yang menderanya.
Saat suaminya di PHK, ia tetap berusaha menjaga keutuhan rumah tangga dengan cara ia yang sepenuhya mencari nafkah dengan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Dari sebagaian honornya serta pinjaman dana dari kakaknya, ia menutupi hutang-hutang suaminya. Reaksi yang dilakukan tokoh utama dalam peristiwa yang demikian adalah reaksi yang saatirah. Ia tidak menyerah begitu saja, melainkan ia mengambil langkah untuk bekerja lebih keras. Caranya dengan mengajar di berbagai perguruan tinggi, menulis buku-buku, bahkan menjadi narasumber dalam beberapa kegiatan.
Pengaruh kuat cerpen Sri Sumarah pada Niknik dapat kita lihat kembali pada perilaku kepatuhan Sri dalam menjalani masa 12 tahun perkawinan dengan Mas Marto. Salah satu yang membuat hubungan perkawinan mereka awet adalah kemampuan Sri memijat. Ini adalah bentuk laku bakti Sri pada suami. Dalam novel Niknik ini, tokoh Saatirah juga memiliki kepandaian memijat dan perilaku yang sama, memijat suaminya menjelang tidur meskipun dalam keadaan tidak akur.
Kesamaan lain, meskipun dalam peristiwa yang berbeda adalah saat tokoh Sri ber-sumarah dalam bentuk kesetiaan yang ditunjukkan Sri saat menolak lamaran Pak Carik. Lamaran ini datang setelah ia ditinggal mati Mas Marto. Janda mana yang akan menolak lamaran seorang carik dengan harta yang berlimpah? Jawabnya adalah Sri Sumarah. Ia menolak karena cinta sejatinya adalah pada Mas Marto. Dalam novel Saatirah, meskipun tokoh protagonis dihianati oleh suaminya dengan perselingkuhan-perselingkuhannya, ia tetap menolak kehadiran Tora. Seorang mahasiswa yang sangat memenuhi seleranya. Saatirah masih setia pada suaminya. Saatirah masih saatirah bahkan ketika orang yang dicintainya telah menghianatinya. Ini pasti menjadi perlawanan yang luar biasa bagi Saatirah.
Peristiwa Saatirah yang timbul-tenggelam tergoda pada Tora, sosok muda, tampan, dan gagah menjadi bumbu cerita yang menarik dalam novel ini. Mungkin pembaca akan mempertanyakan kembali tentang citra Saatirah sebagai seorang istri bahkan dosen? Pada bagian ini, menurut hemat penulis sangat manusiawi, bahkan melalui kesadarannya atas makna kata saatirah, Saatirah tetap menjaga kesetiaannya pada suami. Sosok Tora ini pula yang menyisakan pekerjaan rumah bagi pembaca untuk terus menggulirkan kembaraan nimajinasinya. Di akhir novel ini, Saatirah usai menjenguk Andro yang baru diamputasi kakinya di rumah sakit mendapati puisi Tora di Wiper mobilnya. Isi puisi itu, Tora masih setia menanti cinta Saatirah. Bersatukah mereka? Kemungkinan itu sangat potensial, lantaran Saatirah sudah menjanda, jawabnya tentu terserah Niknik pada novel berikutnya.
Kelebihan novel ini yang sangat menonjol adalah gaya bertutur Niknik yang begitu puitis meskipun dalam keadaan lara yang mengiris hati. Hemat penulis, Niknik melalui novelnya ini, tak urung menjadi penyair, bahkan dalam judul bab pun menggunakan puisi, misal bab 1 “Puisi Itu”, pada bab 2 “Puisi Lara itu”, dan seterusnya. Gaya bertutur Niknik yang indah ini pun penulis pandang sebagai bentuk perlawanan terhadap kegetiran peristiwa yang dialami tokoh protagonis rekaannya.
Penulis adalah
Program Officer Yayasan Cahaya Guru dan dosen UMN
Minggu, 25 Juli 2010
Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia pada Kegiatan Menulis Akademik
Diposting oleh
Niknik M. Kuntarto
di
18.59
Oleh: Niknik M. Kuntarto
Abstrak:
Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarah bangsanya. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari sejarah tercetuskannya Sumpah Pemuda adalah bukti bahwa bahasa Indonesia sanggup menjadi perekat bangsa. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia juga mampu memerankan fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana alat komunikasi, alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah “Apakah bahasa Indonesia yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?”
Kata Kunci: kaidah bahasa, kata baku, kalimat efektif
1. Pendahuluan
Terdapat dua fenomena yang menarik pada abad ke-21, pertama yaitu isu globalisasi yang berkaitan erat dengan era perdagangan bebas yang tidak mengenal lagi batas-batas negara dan ini berarti komunikasi memegang peranan penting dalam harmonisasi bisnis di antara mereka yang berlatar budaya berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi. Fenomena yang kedua adalah timbulnya keengganan masyarakat Indonesia mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di samping itu, cenderung di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahwa dengan menggunakan bahasa asing akan lebih baik atau lebih prestise dibanding menggunakan bahasa Indonesia.
Kedua fenomena ini mempunyai kaitan yang erat dalam mengantisipasi dampak dari isu globalisasi. Di satu sisi masyarakat Indonesia harus membuka diri terhadap budaya asing termasuk bahasa. Sementara itu, di sisi lain masyarakat Indonesia juga dituntut tidak melupakan budaya dan bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa Indonesia.
Budaya dan bahasa asing sebagai bahasa pembanding perlu juga dipelajari. Apalagi dalam era globalisasi banyak perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik dan benar terhadap budaya dan bahasa agar kesalahpahaman dalam berkomunikasin dapat terhindarkan.
Dalam keadaan seperti itu, setiap individu dan organisasi, setiap dosen dan staf/ karyawan administrasi, setiap mahasiswa di Universitas Trisakti juga tentunya dituntut untuk inovatif agar dapat meningkatkan upaya pemerintah untuk melindungi dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Hal ini menuntut masyarakat dari segala lapisan mampu melakukan upaya-upaya inovatif, artinya piawai dalam menangkap peluang mengalihkan budaya hedonisme dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Pembahasan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘salah’ atau ‘kesalahan’ adalah ‘kekeliruan’, ‘kealpaan’, ‘tidak menaati kaidah’. Kemudian, Tarigan berpendapat, “Kesalahan adalah bagian konversi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa”. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa kesalahan adalah upaya sang pembelajar mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya atau yang diharapkannya, benar atau tepat tetapi sebenarnya salah atau tidak benar; kekeliruan; kealpaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah suatu hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang benar, yang sesuai dengan pedoman Ejaan Yang disempurnakan (EYD).
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa jenis tulisan seperti penulisan pada surat tugas, surat permohonan, surat keterangan, surat pengumuman, surat undangan, dan surat perjanjian yang dibuat oleh staf atau karyawan di beberapa universitas, saya menemukan beberapa kesalahan dan ketidaktepatan berbahasa, seperti penerapan ejaan yang salah, pilihan kata yang tidak baku, kalimat yang tidak efektif, paragraf yang tidak padu, dan konvensi penulisan yang tidak teratur. Ketidaktepatan ini tentu berpengaruh pada makna komunikasi yang akan dibangun.
2.1 Ketidaksantunan Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972. Ketidaksantunan ejaan pada makalah ini yaitu a) penggunaan tanda baca, b) penulisan kata depan, dan c) penulisan kata majemuk.
Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada saya, “Mengapa penulisan penyingkatan ‘Rupiah’ harus dipermasalahkan? Bukankah penyingkatan dengan tanda titik (Rp.) atau tanpa tanda titik (Rp) tidak akan membedakan pengertian?” Ketika itu, saya menjawab, “Penulisan Rp dan Rp. diibaratkan seperti dua orang mahasiswa (A dan B) memakai sepatu. Mahasiswa A memakai sepasang sepatu (kiri dan kanan), sedangkan mahasiswa B memakai sepatu, tetapi bagian kanan semua. Penulisan Rp (tanpa menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepasang sepatu (bagian kiri dan kanan), sedangkan penulisan Rp. (menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepatu bagian kanan semua. Pilihlah, Anda mau menjadi mahasiswa A atau B?
Untuk menjawab permasalahan ini sebetulnya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita mau menerapkan kaidah bahasa Indonesia atau tidak. Sama halnya ketika kita di jalan raya, apakah kita akan menaati rambu-rambu lalu lintas atau tidak, semuanya berpulang pada diri kita sendiri.
Menurut kaidah yang tercantum dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), selain tidak digunakan di belakang judul, timbangan, dan ukuran, tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan mata uang. Dengan demikian, penulisan singkatan Rupiah yang benar adalah Rp (tanpa menggunakan tanda titik). Perhatikan contoh penulisan Rp yang salah pada naskah tata tertib perpustakaan berikut ini.
Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp.500/buku untuk 1 jam
Bagaimanakah penulisan bagian surat tersebut? Ya, tentu salah. Inilah contoh penulisan yang benar.
Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp500/ buku untuk 1 jam
Selain tidak digunakan di belakang singkatan mata uang, tanda titik juga tidak digunakan di belakang singkatan nama lembaga yang semuanya menggunakan huruf kapital, seperti MPR, DPR, PT, CV, dan UMN. Pada buku panduan beberapa universitas terdapat ketidaktepatan ini.
Kunjungan ke PT. Indosat Divisi PR, dalam rangka Link and Match dengan dunia industri
Olii, Helena. 2007. Opini Publik. PT. Indeks
Abidin P, Zainal. 2006. Teknik Lobi dan Negosiasi. PT. Indeks
Pareno, Sam Abede, 2003, Manajemen Berita. PT. Papyrus.
Mufid, Muhamad, 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. PT. Prenada Media.
Sumadiria, Hans AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. PT. Remaja Rosdakarya. Offset – Bandung.
Rampan, Korrie Layun.2000. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Jakarta : PT.
Grasindo.
Heryanto, Ariel. 1985. Perdebatan Sastra dan Kontekstual.Jakarta: CV. Rajawali.
Ardial, 2009. Komunikasi Politik. PT. Indeks.
Ardiansyah,Yulian.2005.Tips dan Trik Fotografi. PT. Grasindo. Jakarta 2005
Dengan demikian, sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar, penulisan PT dan CV yang diakhiri tanda titik adalah salah. Jadi, tulislah PT Indosat, PT Indeks, PT Papyrus, PT Prenada Media, PT Remaja Rosdakarya, PT Grasindo, dan CV Rajawali tanpa menggunakan tanda titik di belakang singkatan PT atau CV.
Sementara itu, tanda titik hanya digunakan di belakang singkatan nama diri, gelar, ungkapan umum yang menggunakan huruf kecil, dan angka yang menyatakan jumlah. Penulisan nama dan gelar yang benar adalah
No. Penulisan Bentuk Salah Penulisan Bentuk Benar
1. DR. Romeo Andromeda, MA Dr. Romeo Andromeda, M.A.
2. DR. PM Kanigoro Dr. P.M. Kanigoro
3. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum.
Selain tanda baca titik, ketidaksantunan juga terdapat pada penggunaan tanda koma, seperti contoh berikut ini.
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan dan mengolah data hingga menyusun berita
Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.
Menurut kaidah EYD, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan dan jika princian lebih dari dua sebelum kata hubung dan dibubuhi tanda koma. Kemudian, tanda koma juga dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kali¬mat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi dan lain-lain. Namun, tanda koma tidak dipakai sebelum penulisan kata penghubung intra kalimat, kecuali tetapi, sedangkan, dan melainkan.
Dengan demikian, penulisan penggunaan tanda koma yang benar, yaitu
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika, dan estetika.
Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan, dan mengolah data hingga menyusun berita
Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.
Kemudian, ketidaksantunan ejaan terletak pada penyingkatan yang menggunakan huruf kecil dan lazim digunakan seperti sampai dengan, atas nama, dengan alamat, dan lain-lain. Menurut EYD singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
him. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. Yang terhormat
Namun, jika singkatan umum tersebut terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik si setiap akhir singkatan:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
Dengan demikian, penulisan seperti berikut ini salah.
Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s/d Jumat pukul 08.00 – 17.00
Penulisan yang benar adalah
Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s.d. Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s.d. Jumat pukul 08.00 – 17.00
Sering kali kita melihat penulisan yaitu, adalah, yakni, ialah yang diikuti tanda baca titik dua. Padahal, menurut EYD hal tersebut merupakan kemubaziran. Tanda baca titik dua (:) berarti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.
1. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu
1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
Atau
3. Peraturan Peminjaman
b. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1) mengisi formulir peminjaman;
2) memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
4. Peraturan Peminjaman
c. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Selanjutnya, ketidaksantunan ejaan terletak pada penulisan kata depan di dan awalan di-. Saya pernah mengatakan kepada mahasiswa bahwa ketidaksantunan ini merupakan ‘penyakit’ karena terlalu sering dilakukan oleh mahasiswa dan setelah diberi tahu tentang kesalahan tersebut, mahasiswa selalu mengulangi. Menurut EYD, penulisan kata depan di dan awalan di- dibedakan. Cara penulisan kata depan di dipisah dari kata tempat atau benda yang mengikuti, sedangkan penulisan awalan di- digabung dengan kata kerja atau sifat yang mengikuti. Dengan demikian, kesalahan pada kata kata diatas, dibawah, dan di serahkan dapat dikoreksi menjadi di atas, di bawah, dan diserahkan. Jika Anda tetap menulis di serahkan berarti serahkan adalah nama tempat. Baiklah, sekarang saya bertanya, di manakah daerah Serahkan itu? Perhatikan contoh kalimat dalam surat berikut ini.
No. Bentuk Salah Bentuk Benar
a. Bidang Jurnalistik multi media mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik dibidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika
Bidang Jurnalistik multimedia mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik di bidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika
b. Mampu melakukan riset ilmiah da melanjutkan kejenjang pendidikan yg lebih tinggi.
Mampu melakukan riset ilmiah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Kami mohon berkas tersebut di serahkan ke Bagian Administrasi Dosen.... Kami mohon berkas tersebut diserahkan ke Bagian Administrasi Dosen....
d. Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah di setujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah disetujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
e. Jika dikemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini
Jika di kemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini
f. Kami meminta ijin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada disekitar area Plaza gading Serpong. Kami meminta izin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada di sekitar area Plaza Gading Serpong.
Selain ketidaksantunan pada penulisan kata depan di dan penggunaan tanda baca, ketidaksantunan juga terletak pada penulisan kata majemuk atau gabungan. Berikut contoh ketidaksantunan tersebut.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Termakasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.
Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, dalam berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan narkoba, Universitas Andromeda akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berkompeten sebagai berikut:
Padahal, menurut EYD Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar, kambing hitam, kereta api cepat tuar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat, kerja sama, dan terima kasih.
Dengan demikian, penulisan yang benar seperti berikut ini.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerja sama Ibu dan Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Terma kasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.
Lain halnya, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, catur-tunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infra-struktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panitisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-lndonesia, pan-Afrikanisme
Perhatikan contoh ketidaksantunan pada bentuk bahasa berikut ini.
Bagaimanakah seharusnya?
a. Jurnalistik Multi Media
b. komunikasi verbal dan non verbal,
c. proses penulisan karya tulis fiksi dan non fiksi
d. konsep-konsep komunikasi antar budaya
e. ....hingga pasca produksi dengan multi media
2.2 Ketidaksantunan Diksi
Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Terdapat ketidaksantunan diksi dalam penulisan surat-menyurat pada administrasi kampus di beberapa universitas yang berhubungan dengan pilihan kata baku dan tidak baku. Berikut contohnya.
a. Tentu hal itu mengandung resiko yang tinggi...
b. Sidang praktek kerja/magang dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan program studi.
a. faktor yang mempengaruhi citra perusahaan
c. Seluruh mahasiswa Universitas Andromeda wajib mentaati larangan-larangan sebagai berikut:
d. Tidak diijinkan mengikuti suatu kegiatan ....
e. Topik karya tulis: Pengangguran Disinyalir Terus Meningkat
f. Rapat dosen akan diadakan pada jam 16.00 sampai dengan selesai.
g. ....metode dan program manajemen krisis untuk masing-masing organisasi,
h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep-konsep dasar sosiologi dan mampu mengkaitkannya dengan ilmu komunikasi..
Berdasarkan contoh di atas dapat diklasifikasikan penggunaan kata tidak baku, yaitu
Kata Tidak Baku Kata Baku
resiko risiko
ijin izin
praktek praktik
jam pukul
masing-masing organisasi tiap-tiap / setiap organisasi
mentaati menaati
mengkaitkan mengaitkan
mengkomunikasikan mengomunikasikan
Menurut kaidah bahasa Indonesia, pemilihan kata praktek yang diserap dari bahasa Belanda practical, practisch adalah salah, seharusnya praktik. Selain kata praktik, kata risiko juga diserap dari bahasa Inggris risk. Setelah disadur ke dalam bahasa Indonesia menjadi risiko. Kata izin juga diserap dari bahasa asing, yakni Arab. Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia kata tersebut menjadi izin, bukan ijin. Penyerapan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 146/U/2004 tentang Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Kata jam dan pukul masing-masing mempunyai makna sendiri, yang berbeda satu sama lain. Kata jam menunjukkan makna ”Masa atau jangka waktu”, sedangkan kata pukul mengandung pengertian ”saat atau waktu”. Dengan demikian, yang benar adalah pukul 10.00, bukan jam 10.00.
Kata tiap-tiap dan masing-masing mempunyai arti yang sangat mirip karena keduanya termasuk kata bilangan distributif. Namun, sebenarnya kedua kata tersebut berbeda. Kata tiap-tiap selalu diiringi atau diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing penggunaannya selalu didahului kata benda atau berdiri sendiri dan dapat juga digunakan pada akhir kalimat.
Selanjutnya, ketidaktepatan diksi terdapat pada pemilihan kata-kata yang mengalami peluluhan atau tidak, seperti kata mentaati, mengkaitkan, dan mengkomunikasikan . Kadang-kadang kita ragu dengan pilihan kata seperti berikut ini, mensukseskan atau menyukseskan, mempengaruhi atau memengaruhi, mentargetkan atau menargetkan, dan mengkoordinasi atau mengoordinasi. Sebenarnya, jika sudah memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita tidak akan mengalami keraguan. Peluluhan hanya terjadi ketika awalan me- menghadapi kata-kata yang berhuruf awal s, p, t, dan k. Dengan demikian, bentuk bahasa yang benar yaitu menyukseskan, memengaruhi, menargetkan, mengoordinasi, menaati, mengaitkan, dan mengomunikasikan.
2.3 Ketidaksantunan Kalimat
Ketidaksantunan yang lain terletak juga pada pemilihan kata yang boros dan idiomatik yang salah sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Sehubungan dengan Hari Raya Natal Tahun2007 dan Tahun Baru 2008, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai tanggal 21 Desember 2007 sampai dengan tanggal 1 Januari 2008, dan masuk kembali pada tanggal 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah merupakan langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa/i. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa/i
d. Agar setiap sivitas akademika dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, maka setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan terdapat ketidaksantunan dalam kalimat seperti penggunaan kata boros, kata penghubung yang boros, dan idiomatik yang salah.
Kata Boros Kata Hemat
Pada tahun 1901 Pada 1901
Pada hari Senin pada Senin
Mahasiswa/i mahasiswa
adalah merupakan adalah
merupakam
berdasarkan..., maka kami berdasarkan...., kami
agar...., maka setiap agar...., setiap
Semua orang mengetahui bahwa 2009 adalah nama tahun dan Senin adalah nama hari. Jadi, penggunaan tahun dan hari tidak diperlukan. Kemudian, adalah dan merupakan mempunyai arti yang sama sehingga hanya satu yang kita gunakan, adalah atau merupakan. Lalu, penggunaan kata penghubung yang bermakna sama seperti apabila dan maka, berdasarkan dan maka tidak usah digunakan kedua-duanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat a, b, c, dan d dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Sehubungan dengan hari Natal 2007 dan Tahun Baru 2009, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai 21 Desember 2008 sampai dengan 1 Januari 2009, dan masuk kembali pada 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa.
d. Agar dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
2.4 Ketidaksantunan Paragraf
Kalimat-kalimat yang terangkai akan membentuk paragraf. Paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kepaduan. Persyaratan kepaduan ini dapat tercapai jika menerapkan penggunaan kata penghubung yang tepat, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Kata sedangkan dan dan bukan merupakan kata penghubung antarkalimat, melainkan kata penghubung intrakalimat. Sebaliknya, kata oleh sebab itu bukan kata penghubung intrakalimat, melainkan kata penghubung antarkalimat yang berfungsi menghubungkan antara kalimat yang satu dengan yang lain. Perhatikan contoh ketidaksantuanan berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari. Sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik, sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak efektif dengan adanya ketidaktepatan penggunaan kata penghubung. Terdapat dua kata penghubung, yakni kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, atau sebaliknya. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu sehingga, karena, bahwa, walaupun, tetapi, sedangkan, dan lain-lain. Sementara itu, kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Contohnya Oleh karena itu,.... Selanjutnya,.... Kemudian,.... Namun,.... Akhirnya,.... dan lain-lain.
Dengan demikian, kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari, sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
2.5 Ketidaksantunan Konvensi Penulisan Penomoran
Konvensi penulisan adalah kaidah yang mengatur penampilan tulisan agar teratur. Keteraturan yang tampak pada penulisan apa pun adalah sistematika penomoran. Ketidakteratutan sistematika penomoran akan berakibat ketidaktepatan penangkapan pesan yang akan dikomunikasikan. Ada dua cara mengatur sistematika penomoran yaitu dengan menggunakan sistem gabungan angka dan huruf dan sistem angka digital seperti berikut ini.
I. A. 1. a. 1) a) (1) (a) ((1)) ((a)) ***
I.
1.1
1.2
1.3
1.3.1
1.3.2
dst
Mari kita perhatikan sistematika penomoran setelah (a.) Rinciannya menggunakan tanda hubung (-). Padahal, seperti penjelasan sebelumnya bahwa sudah ada kaidah yang mengatur sistematika penomoran. Setelah menggunakan huruf a(kecil), perincian berikutnya menggunakan 1), 2), dan 3). Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.
1. Peraturan Peminjaman
a.Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu
1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
Atau
III. Peraturan Peminjaman
A. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1.mengisi formulir peminjaman;
2.memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3.buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
3. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Perhatikan penggunaan tanda baca setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Seringkali mahasiswa menggunakan tanda baca titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Padahal, penggunaan tanda titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut mubazir karena memiliki arti yang sama. Tanda titik dua mempunyai arti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Jadi, penggunaan tanda titik dua dan yaitu merupakan suatu pilihan.
Selanjutnya, perhatikan penggunaan huruf kapital di awal kalimat perincian. Gunakan huruf kapital jika kalimat sebelum perincian menggunakan yaitu sebagai berikut.(diakhiri tanda titik) dan gunakan huruf kecil jika diakhiri kata yaitu (tanpa diakhiri tanda titik dua) atau …berikut: (diakhiri tanda titik dua).
3.Penutup
Bahasa Indonesia baik jika dipelajari. Namun, apa yang sudah kita bahas bersama ini akan lebih bermakna bila dipraktikkan ketika kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana mengomunikasikan pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kewibawaan akan terpancar pada orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semoga kita selalu dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, berbangga memiliki bahasa Indonesia! Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia. Marilah menjadi masyarakat yang berkepribadian Indonesia, yang bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia, yang mencintai tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indnesia yang Disempurnakan”. Jakarta : Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
----------------------------. 1986. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Abstrak:
Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarah bangsanya. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari sejarah tercetuskannya Sumpah Pemuda adalah bukti bahwa bahasa Indonesia sanggup menjadi perekat bangsa. Selain itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia juga mampu memerankan fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana alat komunikasi, alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah “Apakah bahasa Indonesia yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?”
Kata Kunci: kaidah bahasa, kata baku, kalimat efektif
1. Pendahuluan
Terdapat dua fenomena yang menarik pada abad ke-21, pertama yaitu isu globalisasi yang berkaitan erat dengan era perdagangan bebas yang tidak mengenal lagi batas-batas negara dan ini berarti komunikasi memegang peranan penting dalam harmonisasi bisnis di antara mereka yang berlatar budaya berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi. Fenomena yang kedua adalah timbulnya keengganan masyarakat Indonesia mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di samping itu, cenderung di tengah-tengah masyarakat Indonesia bahwa dengan menggunakan bahasa asing akan lebih baik atau lebih prestise dibanding menggunakan bahasa Indonesia.
Kedua fenomena ini mempunyai kaitan yang erat dalam mengantisipasi dampak dari isu globalisasi. Di satu sisi masyarakat Indonesia harus membuka diri terhadap budaya asing termasuk bahasa. Sementara itu, di sisi lain masyarakat Indonesia juga dituntut tidak melupakan budaya dan bahasa Indonesia sebagai jatidiri bangsa Indonesia.
Budaya dan bahasa asing sebagai bahasa pembanding perlu juga dipelajari. Apalagi dalam era globalisasi banyak perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik dan benar terhadap budaya dan bahasa agar kesalahpahaman dalam berkomunikasin dapat terhindarkan.
Dalam keadaan seperti itu, setiap individu dan organisasi, setiap dosen dan staf/ karyawan administrasi, setiap mahasiswa di Universitas Trisakti juga tentunya dituntut untuk inovatif agar dapat meningkatkan upaya pemerintah untuk melindungi dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Hal ini menuntut masyarakat dari segala lapisan mampu melakukan upaya-upaya inovatif, artinya piawai dalam menangkap peluang mengalihkan budaya hedonisme dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Pembahasan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘salah’ atau ‘kesalahan’ adalah ‘kekeliruan’, ‘kealpaan’, ‘tidak menaati kaidah’. Kemudian, Tarigan berpendapat, “Kesalahan adalah bagian konversi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa”. Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa kesalahan adalah upaya sang pembelajar mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya atau yang diharapkannya, benar atau tepat tetapi sebenarnya salah atau tidak benar; kekeliruan; kealpaan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah suatu hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang benar, yang sesuai dengan pedoman Ejaan Yang disempurnakan (EYD).
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa jenis tulisan seperti penulisan pada surat tugas, surat permohonan, surat keterangan, surat pengumuman, surat undangan, dan surat perjanjian yang dibuat oleh staf atau karyawan di beberapa universitas, saya menemukan beberapa kesalahan dan ketidaktepatan berbahasa, seperti penerapan ejaan yang salah, pilihan kata yang tidak baku, kalimat yang tidak efektif, paragraf yang tidak padu, dan konvensi penulisan yang tidak teratur. Ketidaktepatan ini tentu berpengaruh pada makna komunikasi yang akan dibangun.
2.1 Ketidaksantunan Ejaan
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972. Ketidaksantunan ejaan pada makalah ini yaitu a) penggunaan tanda baca, b) penulisan kata depan, dan c) penulisan kata majemuk.
Seorang mahasiswa pernah bertanya kepada saya, “Mengapa penulisan penyingkatan ‘Rupiah’ harus dipermasalahkan? Bukankah penyingkatan dengan tanda titik (Rp.) atau tanpa tanda titik (Rp) tidak akan membedakan pengertian?” Ketika itu, saya menjawab, “Penulisan Rp dan Rp. diibaratkan seperti dua orang mahasiswa (A dan B) memakai sepatu. Mahasiswa A memakai sepasang sepatu (kiri dan kanan), sedangkan mahasiswa B memakai sepatu, tetapi bagian kanan semua. Penulisan Rp (tanpa menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepasang sepatu (bagian kiri dan kanan), sedangkan penulisan Rp. (menggunakan tanda titik) diibaratkan mahasiswa yang memakai sepatu bagian kanan semua. Pilihlah, Anda mau menjadi mahasiswa A atau B?
Untuk menjawab permasalahan ini sebetulnya kembali pada diri kita sendiri, apakah kita mau menerapkan kaidah bahasa Indonesia atau tidak. Sama halnya ketika kita di jalan raya, apakah kita akan menaati rambu-rambu lalu lintas atau tidak, semuanya berpulang pada diri kita sendiri.
Menurut kaidah yang tercantum dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), selain tidak digunakan di belakang judul, timbangan, dan ukuran, tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan mata uang. Dengan demikian, penulisan singkatan Rupiah yang benar adalah Rp (tanpa menggunakan tanda titik). Perhatikan contoh penulisan Rp yang salah pada naskah tata tertib perpustakaan berikut ini.
Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp.500/buku untuk 1 jam
Bagaimanakah penulisan bagian surat tersebut? Ya, tentu salah. Inilah contoh penulisan yang benar.
Untuk keterlambatan pengembalian buku tandon/short loan, dan koleksi referensi, dikenakan denda sebesar Rp500/ buku untuk 1 jam
Selain tidak digunakan di belakang singkatan mata uang, tanda titik juga tidak digunakan di belakang singkatan nama lembaga yang semuanya menggunakan huruf kapital, seperti MPR, DPR, PT, CV, dan UMN. Pada buku panduan beberapa universitas terdapat ketidaktepatan ini.
Kunjungan ke PT. Indosat Divisi PR, dalam rangka Link and Match dengan dunia industri
Olii, Helena. 2007. Opini Publik. PT. Indeks
Abidin P, Zainal. 2006. Teknik Lobi dan Negosiasi. PT. Indeks
Pareno, Sam Abede, 2003, Manajemen Berita. PT. Papyrus.
Mufid, Muhamad, 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. PT. Prenada Media.
Sumadiria, Hans AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. PT. Remaja Rosdakarya. Offset – Bandung.
Rampan, Korrie Layun.2000. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Jakarta : PT.
Grasindo.
Heryanto, Ariel. 1985. Perdebatan Sastra dan Kontekstual.Jakarta: CV. Rajawali.
Ardial, 2009. Komunikasi Politik. PT. Indeks.
Ardiansyah,Yulian.2005.Tips dan Trik Fotografi. PT. Grasindo. Jakarta 2005
Dengan demikian, sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar, penulisan PT dan CV yang diakhiri tanda titik adalah salah. Jadi, tulislah PT Indosat, PT Indeks, PT Papyrus, PT Prenada Media, PT Remaja Rosdakarya, PT Grasindo, dan CV Rajawali tanpa menggunakan tanda titik di belakang singkatan PT atau CV.
Sementara itu, tanda titik hanya digunakan di belakang singkatan nama diri, gelar, ungkapan umum yang menggunakan huruf kecil, dan angka yang menyatakan jumlah. Penulisan nama dan gelar yang benar adalah
No. Penulisan Bentuk Salah Penulisan Bentuk Benar
1. DR. Romeo Andromeda, MA Dr. Romeo Andromeda, M.A.
2. DR. PM Kanigoro Dr. P.M. Kanigoro
3. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum. Renata K Prima, S.Pd., M.Hum.
Selain tanda baca titik, ketidaksantunan juga terdapat pada penggunaan tanda koma, seperti contoh berikut ini.
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan dan mengolah data hingga menyusun berita
Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.
Menurut kaidah EYD, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan dan jika princian lebih dari dua sebelum kata hubung dan dibubuhi tanda koma. Kemudian, tanda koma juga dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kali¬mat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi dan lain-lain. Namun, tanda koma tidak dipakai sebelum penulisan kata penghubung intra kalimat, kecuali tetapi, sedangkan, dan melainkan.
Dengan demikian, penulisan penggunaan tanda koma yang benar, yaitu
Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika, dan estetika.
Mahasiswa mampu mempraktikkan pembuatan berita untuk TV mulai dari mencari, mengumpulkan, dan mengolah data hingga menyusun berita
Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum.
Kemudian, ketidaksantunan ejaan terletak pada penyingkatan yang menggunakan huruf kecil dan lazim digunakan seperti sampai dengan, atas nama, dengan alamat, dan lain-lain. Menurut EYD singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
him. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. Yang terhormat
Namun, jika singkatan umum tersebut terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik si setiap akhir singkatan:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
Dengan demikian, penulisan seperti berikut ini salah.
Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s/d Jumat pukul 08.00 – 17.00
Penulisan yang benar adalah
Perpustakaan dibuka setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
- Senin s.d. Kamis : Pukul 09.00 - 12.00
Pemakai yang mengalami kesulitan atau masalah dalam penggunaan fasilitas laboratorium komputer dapat melaporkan dan meminta bantuan IT Universitas Andromeda melalui layanan Hotline di kampus UA
E-mail : hotline@andromeda.ac.id
Jam Kerja : Senin s.d. Jumat pukul 08.00 – 17.00
Sering kali kita melihat penulisan yaitu, adalah, yakni, ialah yang diikuti tanda baca titik dua. Padahal, menurut EYD hal tersebut merupakan kemubaziran. Tanda baca titik dua (:) berarti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.
1. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu
1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
Atau
3. Peraturan Peminjaman
b. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1) mengisi formulir peminjaman;
2) memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
4. Peraturan Peminjaman
c. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Selanjutnya, ketidaksantunan ejaan terletak pada penulisan kata depan di dan awalan di-. Saya pernah mengatakan kepada mahasiswa bahwa ketidaksantunan ini merupakan ‘penyakit’ karena terlalu sering dilakukan oleh mahasiswa dan setelah diberi tahu tentang kesalahan tersebut, mahasiswa selalu mengulangi. Menurut EYD, penulisan kata depan di dan awalan di- dibedakan. Cara penulisan kata depan di dipisah dari kata tempat atau benda yang mengikuti, sedangkan penulisan awalan di- digabung dengan kata kerja atau sifat yang mengikuti. Dengan demikian, kesalahan pada kata kata diatas, dibawah, dan di serahkan dapat dikoreksi menjadi di atas, di bawah, dan diserahkan. Jika Anda tetap menulis di serahkan berarti serahkan adalah nama tempat. Baiklah, sekarang saya bertanya, di manakah daerah Serahkan itu? Perhatikan contoh kalimat dalam surat berikut ini.
No. Bentuk Salah Bentuk Benar
a. Bidang Jurnalistik multi media mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik dibidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika
Bidang Jurnalistik multimedia mempelajari tentang peliputan, penulisan, reportase baik di bidang cetak maupun elektronik yang berbasis ICT dan penguasaan audio visual serta beretika
b. Mampu melakukan riset ilmiah da melanjutkan kejenjang pendidikan yg lebih tinggi.
Mampu melakukan riset ilmiah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Kami mohon berkas tersebut di serahkan ke Bagian Administrasi Dosen.... Kami mohon berkas tersebut diserahkan ke Bagian Administrasi Dosen....
d. Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah di setujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk mempersiapkan Soal Ujian Akhir Semester untuk didiskusikan dengan Ketua Program Studi masing – masing. Soal – soal tersebut diserahkan ke BAAK paling lambat pada 10 Juni 2009 dalam bentuk hard copy dan sudah disetujui oleh Ketua Program Studi masing – masing .
e. Jika dikemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini
Jika di kemudian hari ditemukan perlunya ada perubahan kebijaksanaan penanggulangan dan pencegahan narkoba ini, akan dibuatkan Addendum, sebagai bagian dari Surat Keputusan ini
f. Kami meminta ijin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada disekitar area Plaza gading Serpong. Kami meminta izin kepada pihak Manajemen Plaza Gading Serpong untuk memperbolehkan mahasiswa kami untuk mempergunakan fasilitas yang ada di sekitar area Plaza Gading Serpong.
Selain ketidaksantunan pada penulisan kata depan di dan penggunaan tanda baca, ketidaksantunan juga terletak pada penulisan kata majemuk atau gabungan. Berikut contoh ketidaksantunan tersebut.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Termakasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.
Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, dalam berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan narkoba, Universitas Andromeda akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berkompeten sebagai berikut:
Padahal, menurut EYD Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar, kambing hitam, kereta api cepat tuar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat, kerja sama, dan terima kasih.
Dengan demikian, penulisan yang benar seperti berikut ini.
Demikian pemberitahuan kami, atas perhatian dan kerja sama Ibu dan Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Terma kasih kami ucakan atas perhatian Ibu/ Bapak.
Lain halnya, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, catur-tunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektroteknik, infra-struktur, inkonvensional, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panitisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-lndonesia, pan-Afrikanisme
Perhatikan contoh ketidaksantunan pada bentuk bahasa berikut ini.
Bagaimanakah seharusnya?
a. Jurnalistik Multi Media
b. komunikasi verbal dan non verbal,
c. proses penulisan karya tulis fiksi dan non fiksi
d. konsep-konsep komunikasi antar budaya
e. ....hingga pasca produksi dengan multi media
2.2 Ketidaksantunan Diksi
Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Terdapat ketidaksantunan diksi dalam penulisan surat-menyurat pada administrasi kampus di beberapa universitas yang berhubungan dengan pilihan kata baku dan tidak baku. Berikut contohnya.
a. Tentu hal itu mengandung resiko yang tinggi...
b. Sidang praktek kerja/magang dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan program studi.
a. faktor yang mempengaruhi citra perusahaan
c. Seluruh mahasiswa Universitas Andromeda wajib mentaati larangan-larangan sebagai berikut:
d. Tidak diijinkan mengikuti suatu kegiatan ....
e. Topik karya tulis: Pengangguran Disinyalir Terus Meningkat
f. Rapat dosen akan diadakan pada jam 16.00 sampai dengan selesai.
g. ....metode dan program manajemen krisis untuk masing-masing organisasi,
h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep-konsep dasar sosiologi dan mampu mengkaitkannya dengan ilmu komunikasi..
Berdasarkan contoh di atas dapat diklasifikasikan penggunaan kata tidak baku, yaitu
Kata Tidak Baku Kata Baku
resiko risiko
ijin izin
praktek praktik
jam pukul
masing-masing organisasi tiap-tiap / setiap organisasi
mentaati menaati
mengkaitkan mengaitkan
mengkomunikasikan mengomunikasikan
Menurut kaidah bahasa Indonesia, pemilihan kata praktek yang diserap dari bahasa Belanda practical, practisch adalah salah, seharusnya praktik. Selain kata praktik, kata risiko juga diserap dari bahasa Inggris risk. Setelah disadur ke dalam bahasa Indonesia menjadi risiko. Kata izin juga diserap dari bahasa asing, yakni Arab. Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia kata tersebut menjadi izin, bukan ijin. Penyerapan unsur asing ke dalam bahasa Indonesia sudah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 146/U/2004 tentang Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Kata jam dan pukul masing-masing mempunyai makna sendiri, yang berbeda satu sama lain. Kata jam menunjukkan makna ”Masa atau jangka waktu”, sedangkan kata pukul mengandung pengertian ”saat atau waktu”. Dengan demikian, yang benar adalah pukul 10.00, bukan jam 10.00.
Kata tiap-tiap dan masing-masing mempunyai arti yang sangat mirip karena keduanya termasuk kata bilangan distributif. Namun, sebenarnya kedua kata tersebut berbeda. Kata tiap-tiap selalu diiringi atau diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing penggunaannya selalu didahului kata benda atau berdiri sendiri dan dapat juga digunakan pada akhir kalimat.
Selanjutnya, ketidaktepatan diksi terdapat pada pemilihan kata-kata yang mengalami peluluhan atau tidak, seperti kata mentaati, mengkaitkan, dan mengkomunikasikan . Kadang-kadang kita ragu dengan pilihan kata seperti berikut ini, mensukseskan atau menyukseskan, mempengaruhi atau memengaruhi, mentargetkan atau menargetkan, dan mengkoordinasi atau mengoordinasi. Sebenarnya, jika sudah memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita tidak akan mengalami keraguan. Peluluhan hanya terjadi ketika awalan me- menghadapi kata-kata yang berhuruf awal s, p, t, dan k. Dengan demikian, bentuk bahasa yang benar yaitu menyukseskan, memengaruhi, menargetkan, mengoordinasi, menaati, mengaitkan, dan mengomunikasikan.
2.3 Ketidaksantunan Kalimat
Ketidaksantunan yang lain terletak juga pada pemilihan kata yang boros dan idiomatik yang salah sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perhatikan contoh berikut ini.
a. Sehubungan dengan Hari Raya Natal Tahun2007 dan Tahun Baru 2008, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai tanggal 21 Desember 2007 sampai dengan tanggal 1 Januari 2008, dan masuk kembali pada tanggal 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah merupakan langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa/i. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa/i
d. Agar setiap sivitas akademika dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, maka setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan terdapat ketidaksantunan dalam kalimat seperti penggunaan kata boros, kata penghubung yang boros, dan idiomatik yang salah.
Kata Boros Kata Hemat
Pada tahun 1901 Pada 1901
Pada hari Senin pada Senin
Mahasiswa/i mahasiswa
adalah merupakan adalah
merupakam
berdasarkan..., maka kami berdasarkan...., kami
agar...., maka setiap agar...., setiap
Semua orang mengetahui bahwa 2009 adalah nama tahun dan Senin adalah nama hari. Jadi, penggunaan tahun dan hari tidak diperlukan. Kemudian, adalah dan merupakan mempunyai arti yang sama sehingga hanya satu yang kita gunakan, adalah atau merupakan. Lalu, penggunaan kata penghubung yang bermakna sama seperti apabila dan maka, berdasarkan dan maka tidak usah digunakan kedua-duanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kalimat a, b, c, dan d dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Sehubungan dengan hari Natal 2007 dan Tahun Baru 2009, melalui surat ini kami informasikan bahwa perkuliahan di Universitas Andromeda akan diliburkan mulai 21 Desember 2008 sampai dengan 1 Januari 2009, dan masuk kembali pada 2 Januari 2008.
b. Di bawah ini adalah langkah untuk masuk ke print menu adalah...
c. Secara periodik (berkala) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, terhadap semua mahasiswa. Test Urin berkala ini disertai dengan penggeledahan terhadap semua barang yang dibawa mahasiswa.
d. Agar dapat berpartisipasi penuh dalam pelaksanaan pendidikan, setiap anggota dari sivitas akademika perlu mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibannya.
2.4 Ketidaksantunan Paragraf
Kalimat-kalimat yang terangkai akan membentuk paragraf. Paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kepaduan. Persyaratan kepaduan ini dapat tercapai jika menerapkan penggunaan kata penghubung yang tepat, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Kata sedangkan dan dan bukan merupakan kata penghubung antarkalimat, melainkan kata penghubung intrakalimat. Sebaliknya, kata oleh sebab itu bukan kata penghubung intrakalimat, melainkan kata penghubung antarkalimat yang berfungsi menghubungkan antara kalimat yang satu dengan yang lain. Perhatikan contoh ketidaksantuanan berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari. Sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik, sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
Kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak efektif dengan adanya ketidaktepatan penggunaan kata penghubung. Terdapat dua kata penghubung, yakni kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, atau sebaliknya. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu sehingga, karena, bahwa, walaupun, tetapi, sedangkan, dan lain-lain. Sementara itu, kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Contohnya Oleh karena itu,.... Selanjutnya,.... Kemudian,.... Namun,.... Akhirnya,.... dan lain-lain.
Dengan demikian, kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut dapat diperbaiki seperti berikut ini.
a. Untuk seluruh sivitas akademika, pinjaman berlaku selama 7 (tujuh) hari, sedangkan buku untuk pegangan dosen berlaku selama satu semester.
b. Dengan kemampuannya, para wirausaha itu menciptakan kegiatan-kegiatan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan pada akhirnya kegiatan usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja.
c. ... menyatukan keberagaman komunitas yang saling terhubung dengan komunikasi yang baik sehingga membentuk sebuah komunitas dunia yang harmonis
d. Kami percaya bahwa Tuhan mengaruniakan akal budi kepada umat manusia untuk mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan. Oleh sebab itu, kami akan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, etika dan estetika.
2.5 Ketidaksantunan Konvensi Penulisan Penomoran
Konvensi penulisan adalah kaidah yang mengatur penampilan tulisan agar teratur. Keteraturan yang tampak pada penulisan apa pun adalah sistematika penomoran. Ketidakteratutan sistematika penomoran akan berakibat ketidaktepatan penangkapan pesan yang akan dikomunikasikan. Ada dua cara mengatur sistematika penomoran yaitu dengan menggunakan sistem gabungan angka dan huruf dan sistem angka digital seperti berikut ini.
I. A. 1. a. 1) a) (1) (a) ((1)) ((a)) ***
I.
1.1
1.2
1.3
1.3.1
1.3.2
dst
Mari kita perhatikan sistematika penomoran setelah (a.) Rinciannya menggunakan tanda hubung (-). Padahal, seperti penjelasan sebelumnya bahwa sudah ada kaidah yang mengatur sistematika penomoran. Setelah menggunakan huruf a(kecil), perincian berikutnya menggunakan 1), 2), dan 3). Dengan demikian, penulisan seperti ini salah.
1. Peraturan Peminjaman
a.Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu:
- Mengisi formulir peminjaman.
- Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
- Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Penulisan yang benar seperti contoh berikut.
2. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu
1) mengisi formulir peminjaman,
2) memperlihatkan memperlihatkan kartu anggota perpustakaan
milik sendiri, dan
3) buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
Atau
III. Peraturan Peminjaman
A. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda:
1.mengisi formulir peminjaman;
2.memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri;
3.buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab
peminjam.
3. Peraturan Peminjaman
a. Prosedur peminjaman buku di Perpustakaan Universitas Andromeda, yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi formulir peminjaman.
2) Memperlihatkan kartu anggota perpustakaan milik sendiri.
3) Buku yang dipinjam sepenuhnya menjadi tanggung jawab peminjam.
Perhatikan penggunaan tanda baca setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Seringkali mahasiswa menggunakan tanda baca titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut. Padahal, penggunaan tanda titik dua setelah kata yaitu dan yaitu sebagai berikut mubazir karena memiliki arti yang sama. Tanda titik dua mempunyai arti yaitu, adalah, yakni, dan ialah. Jadi, penggunaan tanda titik dua dan yaitu merupakan suatu pilihan.
Selanjutnya, perhatikan penggunaan huruf kapital di awal kalimat perincian. Gunakan huruf kapital jika kalimat sebelum perincian menggunakan yaitu sebagai berikut.(diakhiri tanda titik) dan gunakan huruf kecil jika diakhiri kata yaitu (tanpa diakhiri tanda titik dua) atau …berikut: (diakhiri tanda titik dua).
3.Penutup
Bahasa Indonesia baik jika dipelajari. Namun, apa yang sudah kita bahas bersama ini akan lebih bermakna bila dipraktikkan ketika kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran dan pertemuan ilmiah diselenggarakan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Begitu juga, penulisan keakademikan dan keadministrasian seperti makalah, usulan penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, surat-menyurat, dan administrasi kampus sebagai sarana mengomunikasikan pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kewibawaan akan terpancar pada orang yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semoga kita selalu dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, berbangga memiliki bahasa Indonesia! Mari kita gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai wujud kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia. Marilah menjadi masyarakat yang berkepribadian Indonesia, yang bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia, yang mencintai tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indnesia yang Disempurnakan”. Jakarta : Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
----------------------------. 1986. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Langganan:
Postingan (Atom)