Selasa, 11 Agustus 2015

Revolusi Mental dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Revolusi Mental dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
melalui Perangkat Kurikulum yang Menggugah dan Menggairahkan
di Universitas Multimedia Nusantara                                   

Niknik M. Kuntarto
Universitas Multimedia Nusantara
niknik@umn.ac.id
Abstract:
Mental revolution is a contemporary political buzzword, nationally used after the 2014 Indonesian presidential election who finally confirmed Joko Widodo as the 7th President of Republic of Indonesia. Yudi Latif, a renowned Islamic scholar as well as an expert in Religion and Political Statehood, argues that mental revolution is highly correlated with the formation of mindset and mentality or character. Therefore, the mentioned process should start with proper education. What is meant by education here is threefold, that is formal, informal and non-formal. Mental revolution should fundamentally touch the whole process of nationhood and statehood. It is no longer a secret until recently that teaching Indonesian Language subject in university is lacking in attention from the students. This problem could arise from repetitive teaching materials resulting in boredom, unchallenging subject or course evaluation, lack of variation in methods of course delivery, and not-so-creative lecturers who do not inspire the students to apply the lessons into larger academic practices. With such problematic conditions, students as children of the nation who hold the running stick to preserve Indonesian language are lacking in self-confidence as citizens. This lack of self-confidence would also contribute to their vulnerability to be influenced by various thoughts and cultures coming from abroad. This fragile situation has long been happened in Indonesia. These very challenges demand the existence of mental revolution to revolutionize the mentality of beloved children of the nation. The formation of mental revolution will develop sense of belonging and healthy pride, boosting confidence to be an Indonesian citizen who proclaims one national language, Indonesia. Based upon the epistemology of play from Ki Hadjar Dewantara as well as the ontology of play from Hans-Georg Gadamer, the writer will develop certain curriculum planning tools, usually called Learning Process Plan (LPP) and Assignment Plan (AP). These curriculum planning tools will empower and ignite passion in the hearts of students during their learning process in university and this action-oriented policy is surely a special embodiment of mental revolution in the realm of education.

Abstrak:
Revolusi mental adalah kosakata yang kini tengah menasional pasca terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia. Yudi Latif, Cendekiawan Muslim/Pakar Keagamaan dan Kenegaraan menilai revolusi mental terkait dengan membentuk pola pikir dan sikap kejiwaan. Sebab itu, untuk membangun itu harus melalui pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan di sini yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Revolusi mental sejatinya menyentuh seluruh proses berbangsa dan bernegara. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perkuliahan bahasa Indonesia di perguruan tinggi sampai saat ini masih kurang mendapatkan perhatian yang baik dari mahasiswa. Hal ini terjadi karena pengulangan materi sehingga membosankan, evaluasi yang kurang menantang, metode yang  kurang variatif, dan pengajar yang kurang membimbing mahasiswa untuk mengaplikasikan dalam kegiatan akademik. Dengan kondisi seperti itu, mahasiswa sebagai anak negeri yang akan memegang tongkat estafet pelestarian bahasa Indonesia kurang memiliki  kepercayaan diri sebagai warga-negara dan tidak mudah dipengaruhi oleh pemikiran dan kebudayaan yang datang dari mana pun dan ini sudah berlangsung lama.  Di sinilah letak bahwa dibutuhkan suatu revolusi mental yang akan  merevolusi mental anak negeri, yang akan  membangun kebanggaan,  dan yang akan meningkatkan kepercayaan diri sebagai warga-negara RI yang berbahasa satu bahasa Indonesia. Dengan mendasarkan diri pada epistemologi bermain dari Ki Hadjar Dewantara dan ontologi bermain dari Hans-Georg Gadamer, dikembangkanlah perangkat kurikulum  yang mengugah dan menggairahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi dan ini adalah salah satu wujud dari revolusi mental.
Kata kunci: revolusi mental, pembelajaran, rancangan tugas, menggugah, dan menggairahkan

A.    Pendahuluan
Proses belajar di tingkat perguruan tinggi selama ini kerap diasosiasikan dengan keseriusan, kemandirian usaha, dan rigoritas metodologisnya. Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata kuliah yang diamanahkan Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi merupakan mata kuliah wajib kurikulum Pendidikan Tinggi (pasal 35 ayat 3) yang tidak luput dari asosiasi tersebut. Ini salah satu penyebab munculnya kekurangminatan mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan perangkat kurikulum yang dapat merevolusi mental mahasiswa sehingga tergugah dan tergairah.[1]
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sudah melakukan perubahan kurikulum yang dulu berbasis isi, kini berbasis kompetensi. Dulu kurikulum berbasis kompetensi, kini dikembangkan kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada KKNI. Ini sangat baik bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Namun, perlu dilakukan penelitian apakah setiap dosen sudah menerapkan kurikulum terkini dalam kegiatan akademik mereka atau itu hanya sekadar perangkat yang wajib dibuat oleh dosen sebagai syarat kenaikan jenjang kepangkatan dan setelah melalui penilaian lantas dibiarkan terbengkalai. Seberapa besar sosialisasi Pemerintah memperkenalkan kurikulum berbasis kompetensi dengan mendasar pada KKNI adalah pertanyaan yang bukan kajian dalam makalah ini. Namun, yang menjadi penting adalah seberapa besar perhatian kita pada perkembangan pendidikan di Indonesia dengan selalu mengikuti kemutakhiran kebijakan Dikti dan menerapkannya dalam kegiatan akademik kita sebagai seorang dosen.
Perangkat kurikulum terdiri dari Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS), Rencana Proses Pembelajaran (RPP), dan Rencana Tugas (RT). Di antara perangkat kurikulum tersebut yang paling bersinggungan dengan mahasiswa adalah Rencana Tugas (selanjutnya RT. Karena kajian ini menitikberatkan pada peningkatan minat mahasiswa terhadap perkuliahan bahasa Indonesia, RT dipilih sebagai alat untuk merevolusi mental mahasiswa. Seperti apakah RT  yang menggugah dan menggairahkan tersebut dan apakah kaitannya dengan revolusi mental dalam  bahasa? Itulah permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.     Pembahasan
Sesuai dengan Rambu-rambu pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian  yang tercantum pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/ Dikti/ Kep/2006, melalui mata kuliah Bahasa Indonesia capaian pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia adalah agar mahasiswa dapat menerapkan rasa cinta dan bangga pada bahasa Indonesia dengan cara menerapkan kesantunan bahasa yang baik dan benar, baik secara tulis maupun lisan, baik saat menulis artikel populer, menulis surat lamaran, menulis karangan ilmiah, maupun saat wawancara kerja dan presentasi ilmiah/ populer.
Terdapat enam kemampuan akhir yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama,  memiliki kepribadian yang baik dengan selalu berpikir dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia dan memiliki kebanggaan berbahasa Indonesia dalam kegiatan akademik baik secara lisan maupun tulis. Kedua, memiliki kemampuan menulis akademik, baik karangan ilmiah maupun karangan populer, berdasarkan kesantunan ejaan, ketepatan diksi, keefektifan kalimat, keruntutan komposisi, dan kejagaan penalaran . Ketiga, memiliki kemampuan membaca kritis dalam mengumpulkan bahan karangan populer  dan menuangkan gagasannya ke dalam tulisan dengan teknik dan bahasa yang menarik. Keempat, mahasiswa memiliki kemampuan dalam menulis teknik notasi ilmiah, baik pada bagaian awal, isi, maupun, akhir karangan ilmiah dengan bahasa dan teknik yang benar. Kelima, mahasiswa memiliki kemampuan mempersiapkan  surat lamaran dan wawancara kerja dengan memerhatikan kesantunan bahasa. Terakhir, mahasiswa memiliki kemampuan berbicara dalam forum resmi dengan menerapkan etika bahasa dalam praktik mempresentasikan karangan ilmiah dan karangan populer dengan teknik dan bahasa yang baik dan benar.
Keenam kemampuan akhir yang diharapkan ini dicapai melalui RT yang disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa dengan metode bermain dan evaluasi yang menantang. Metode bermain berdasarkan pada konsep Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Kurikulum yang dirancang Ki Hadjar Dewantara disampaikan dengan cara bermain (dolanan) seperti dolanan anak, tarian, nabuh gamelan, dsb. Dalam model kurikulum yang dikembangkan Ki Hadjar, anak diajari calistung yang disampaikan dengan aneka permainan. Praktiknya mengajari anak membaca dengan cara bermain, mengajari anak menulis dengan cara bermain, dan mengajari anak berhitung dengan cara bermain.” (Supriyoko, 2012: 3–5). Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang bermain dengan demikian menyoroti dimensi instrumental dan epistemologis dari bermain sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu “kemajuan tumbuh kembang anak” (Komalasari, 2013).
Dalam pandangan filsuf Jerman terkemuka, Hans-Georg Gadamer (1902 – 2002), konsep “bermain” (spiel) memiliki bobot ontologis yang mendalam[2], bukan hanya instrumentalis, melainkan epistemologis seperti disampaikan Ki Hadjar Dewantara di atas. Gadamer dalam adikaryanya, Truth and Method (1960) membahas letak pentingnya bermain dalam penyingkapan kebenaran yang mewujud dalam struktur ontologis seni dan pengalaman manusia tentang seni itu sendiri. Bermain, dalam wawasannya, keliru jika dipahami sebagai main-main belaka. “Jika bermain hanya dimengerti sebagai bermain, ia tidaklah serius. Bermain mempunyai relasi khusus dengan keseriusan. Keseriusanlah yang memberi ’tujuan’ pada bermain, sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles, kita bermain ’untuk rekreasi’. (Gadamer, 1989: 102 – 106 dalam Putranto, 2010: 59) Bermain salah satu metode hibur adalah wujud usaha kreatif dalam pengembangan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak tantangan yang menarik dan membuat kita memiliki semangat baru ketika memasuki dunia bahasa Indonesia. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur di dalam RT.
RT pertama bertujuan agar mahasiswa memiliki sikap positif, cinta, dan bangga pada bahasa Indonesia melalui pembuatan iklan bertema kecintaan dan kebanggaan pada bahasa Indonesia dan UMN. Yang harus dikerjakan  yaitu membuat iklan  dengan teks bertemakan bahasa Indonesia secara berkelompok dan membuat iklan tersebut dengan gerak, nada, dan lagu selama kurang lebih lima menit. Metode yang digunakan setelah teks, gerak, nada, dan lagu dibuat dalam bentuk yel-yel, mahasiswa diminta untuk menampilkan di dalam kelas sebagai pembuka Kuis Bintang-Bintang. Mereka juga diminta mengabadikan iklan dengan latar belakang keindahan gedung dan taman Kampus UMN dengan cara merekam. Setiap video iklan diunggah ke Youtube dengan format namakelompok_bhsind1_UMN_angkatan. Kriteria penilaian yakni kekompakkan, ketepatan memilih tema, kreativitas, keindahan tayangan video. Rubrik penilaian  terdiri dari jenjang istimewa (dua bintang) atau baik (satu bintang) jika memenuhi deskripsi berikut ini kekompakan, ketepatan memilih tema, kreativitas, dan keindahan tayangan video.  
RT ke-2 membuat blog yang bertujuan agar mahasiswa mampu membuat portofolio tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Yang harus dikerjakan yaitu membuat laporan kegiatan di setiap pertemuan perkuliahan, mengumpulkan setiap tugas yang sudah dikerjakan dan dinilai, dan mengirim setiap tugas ke blog. Metode yang diterapkan setiap kelompok wajib memiliki blog. Blog ini berisi nama kelompok, nama dan foto anggota kelompok, jadwal kuliah Bahasa Indonesia,tempat kuliah,  nama dan profil dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, video iklan cinta bahasa Indonesia, dan laporan kegiatan perkuliahan setiap tatap muka. Setiap tugas wajib diunggah ke dalam blog kelompok. Blog ini sebagai portofolio mahasiswa. Setiap kelompok mempunyai alamat blog dengan format namakelompok_bhsind2_UMN_angkatan. Kriteria dan rubrik penilaian istimewa atau bintang dua jika memenuhi persyaratan penampilan blog, kelengkapan bagian blog, isi laporan perkuliahan, isi tugas diunggah setelah diperbaiki dan benar, baik atau bintang satu jika memenuhi persyaratan, tetapi saat diunggah masih mengandung kesalahan.
RT ke-3 adalah pembuatan album foto kesalahan bahasa. Tujuan tugas ini adalah agar mahasiswa memiliki kepekaan terhadap kesalahan bahasa di sekitarnya seperti di ruang publik, jejaring sosial, dan naskah skripsi  dan mampu memperbaikinya sesuai kaidah yang berlaku. Yang harus dikerjakan memotret kesalahan bahasa dan menganalisis kesalahan bahasa. Ketentuan atau metode pelaksanaan yaitu pertama, mencari kesalahan bahasa baik ejaan, diksi, maupun kalimat. Kedua, kesalahan itu terdapat di ruang publik, jejaring sosial, dan naskah skripsi. Mahasiswa memotret 100 kesalahan bahasa. Ketiga, memperbaiki kesalahan tersebut dengan berpedoman pada kaidah yang berlaku. Kaidah yang berlaku harus ditunjukkan tempat kaidah itu berasal di dalam EYD atau sumber buku lainnya. Keempat memasukkan ke dalam CD. Kelima, mempresentasikan hasil temuan di depan kelas dan keenam mengunggah album foto ke situs jejaring berbagi video yaitu Youtube dengan format format namakelompok_bhsind3_UMN_angkatan. Kriteria penilaian yaitu ketepatan kesalahan bahasa, ketepatan analisis, presentasi, ketepatan jumlah, dan variasi potret. Rubrik penilaian jenjang istimewa bintang dua atau satu.
Tugas ke-4 yaitu pembuatan album kenangan biografi singkat teman sekelas. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat menerapkan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf yang padu dalam penulisan biografi singkat teman sekelas.   Yang harus dikerjakan  yakni mewawancarai teman, membuat biografi singkat berdasarkan hasil wawancara. Metode yang diterapkan pertama mahasiswa harus membawa foto yang ternarsis, kedua menukarkan foto dengan teman sekelas, ketiga mewawancarai teman dengan beberapa pertanyaan seputar data diri, hobi, prestasi, dll, keempat menulis biografi singkat berdasarkan hasil wawancara,  kelima menempelkan foto pada biografi teman yang diwawancarai mengumpulkan seluruh biografi singkat teman sekelas, keenam membuat album kenangan biografi singkat seluruh teman sekelas dengan menjilidnya, dan terakhir mengunggah album kenangan biografi singkat ke blog kelompok. Kriteria penilaian meliputi isi biografi singkat dan bahasa: penerapan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Rubrik penilaian terdiri dari bintang tiga (tanpa kesalahan), bintang dua (mengandung 1-3 kesalahan), dan bintang satu (mengandung 4-5 kesalahan)
RT ke-5 yaitu menulis artikel populer yang bertujuan agar mahasiswa memiliki keterampilan menulis artikel populer dengan menerapkan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf.  Yang harus dikerjakan yakni membuat artikel populer dan menerapkan kesantunan bahasa. Ketentuan pelaksanaan yaitu pertama, memilih tema dengan membaca artikel dengan tema sesuatu yang “disukai dan dikuasai”, kedua melaporkan hasil bacaan dengan cara mengikat makna yang terkandung dari  hasil bacaan, ketiga mengomentari atau menganalisis makna yang terikat ke dalam tulisan yang berbentuk artikel populer. Keempat, menerapkan cara menulis artikel populer dengan menarik (cara mengawali atau mengakhiri dan seni mencitarasakan kalimat). Kelima, memberi judul yang menarik. Keenam mem-posting ke blog kelompok. Kriteria penilaian berdasarkan pemilihan judul menarik, isi artikel, cara mengawali atau mengakhiri, menggunakan seni mencitarasakan kalimat, ketepatan penggunaan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Rubrik penilaian bintang tiga (tanpa salah), dua (salah 1-3), dan satu (salah 4-5).                                        
Berdasarkan RT yang dirancang dengan mengkedepankan metode hibur dan evaluasi menantang, dapat dilihat nilai-nilai moral sebagai modal pembangunan mental mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi berdasarkan keluaran. Keluaran dari RT pertama diharapkan kreativitas mahasiswa muncul,  tema dari video iklan adalah tentang cinta dan bangga bahasa Indonesia sehingga akan tercermin dan tertanam kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia,  nama, gambar mahasiswa, kampus UMN pun terekspos di dunia maya, dan  yel-yel sebagai cara menularkan virus cinta dan bangga pada bahasa Indonesia melalui dunia maya. Keluaran RT ke-2 diharapkan  mahasiswa bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diberikan dosen, mengabadikan setiap tugas sebagai sebuah portofolio, lebih semangat belajar, terutama dalam mengerjakan tugas,  meningkat, memiliki rasa bangga pada hasil karyanya, dan memberikan pembelajaran bagi pembaca. Sementara itu, keluaran RT ke-3 diharapkan mahasiswa memiliki kepekaan kesalahan bahasa,  lebih mengenal bahasa Indonesia, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya. Keluaran RT ke-4 diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan menulis, memiliki kepekaan terhadap kesalahan bahasa, memiliki jiwa bersosialisasi, dapat lebih mengenal teman sekelas, memiliki rasa bangga pada hasil tulisannya, dan mengabadikan biografi teman sekelas. Sementara itu, keluaran RT ke-5 diharapkan dengan adanya tugas ini, mahasiswa lebih terampil menulis artikel, memiliki kepekaan kesalahan bahasa, lebih mengenal bahasa Indonesia, lebih peka menganalisis dan mengikat makna hasil dari bacaannya, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya.
Keluaran RT ke-6 diharapkan mahasiswa lebih terampil menulis karangan ilmiah dengan tenik notasi ilmiah, dapat memiliki kepekaan kesalahan bahasa, dapat lebih mengenal bahasa Indonesia, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya.  Keluaran RT ke-7, pembuatan surat lamaran dan resume, diharapkan mahasiswa dapat lebih terampil menulis surat dan resume, memiliki kepekaan kesalahan bahasa, dapat lebih mengenal bahasa Indonesia, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya. Terakhir, keluaran RT ke-8 diharapkan mahasiswa lebih terampil menulis artikel, memiliki kepekaan kesalahan bahasa, lebih mengenal bahasa Indonesia, lebih terampil membuat salindia, lebih terampil berbicara di depan umum, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan penampilannya yang terekspos di dunia maya.
Rencana Tugas seperti ini sangat membuat mahasiswa merasa tertantang dan bersemangat mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia. Hal ini tampak pada dampak peningkatan kualitas hasil pembelajaran mahasiswa. Segala usaha kreatif yang sudah dijalankan dalam dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran  bahasa Indonesia tidak sia-sia. Nilai mahasiswa juga menunjukkan hasil yang baik. Dampak pemberian RT dengan evaluasi menantang ini cukup mengesankan dan membuat mahasiswa lebih bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia. Kehadiran mahasiswa menunjukkan jumlah kehadiran yang lebih banyak daripada kehadiran pada mata kuliah yang diajar oleh dosen lain. Mereka tepat hadir di ruang kelas bukan karena harus  taat aturan atau takut hukuman, melainkan karena mulai mencintai mata kuliah Bahasa Indonesia.

C.        Simpulan
Membosankan, menjemukan, membebani, terpaksa,  terlalu  teoritis,metode konservatif, penuh tugas, penuh keluh kesah, banyak teori, dosen tidak berkemampuan, metode ceramah,  dan  tidak pernah dipraktikkan adalah predikat  negatif pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan hasil pengamatan terhadap minat mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Indonesia sebelum mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia di Universitas Multimedia Nusantara (UMN)  yang dilakukan sejak 2008 sampai dengan 2013 semakin memperkuat dugaan awal bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang kurang menggairahkan mahasiswa. Setelah mereka mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia RT yang menggugah dan menggairahkan di UMN, predikat negatif tersebut berubah menjadi sesuatu yang positif. Bersemangat di setiap pertemuan, semangat kompetisi, aktif, lebih tertantang, banyak inspirasi, menyenangkan, menyadarkan diri untuk peduli, cinta, dan bangga pada bahasa Indonesia, termotivasi untuk lebih serius belajar, mengasah kemampuan cepat tanggap, melatih kerja sama, menumbuhkan daya saing yang positif, lebih peka tehadap kesalahan bahasa,  lebih kritis,  seru, menghibur, penuh kreativitas, mengasyikkan, sangat efektif, interaktif,  atraktif, inovatif, dan membuat Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah yang berkelas.
Berdasarkan deskripsi keluaran yang diharapkan setelah menyelesaikan tugas yang telah disepati terdapat dua belas nilai yang mengacu terbentuknya karakter bangsa yang baik dan mencerahkan, yakni kreatif, terampil, tertantang untuk lebih semangat belajar, bertanggung jawab, lebih percaya diri dan  terampil menulis dan berbicara di depan umum, bersosialisasi dengan teman, percaya diri, menghargai karya diri sendiri dan orang lain, kritis dan peka terhadap kesalahan bahasa di ruang publik, tertanam kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, sanggup menularkan virus cinta dan bangga pada bahasa Indonesia, dan terakhir dapat membelajarkan orang lain untuk peduli, cinta, dan bangga pada bahasa Indonesia. Kedua belas nilai tersebut dapat diwujudkan dengan program pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggugah dan menggairahkan melalui RT yang mengandung metode hibur dan evaluasi yang menantang. Metode hibur berbentuk permainan bukanlah sekadar main-main yang tidak terarah dan tidak bernilai, melainkan  justru lewat permainan, keseriusan mahasiswa untuk mendalami dan memahami materi ajar akan teruji, baik di level ethos, logos maupun pathos-nya. Apalah namanya semua karakter tersebut kalau bukan revolusi mental sebagai dasar membangun mental mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar menjadi percaya diri dan bangga pada bahasanya sendiri, bahasa Indonesia! Sebagai penutup, hal terpenting dalam merevolusi mental adalah diterapkan pada diri sendiri. Bagaimana mungkin mahasiswa akan percaya kepada dosennya bila dosen tidak menerapkan apa yang ia ajarkan kepada mahasiswanya! Bagaimana mungkin mahasiswa semangat belajar jika dosen kurang memiliki kreativitas yang tinggi. Bagaimana mungkin mahasiswa bisa mencintai bahasa Indonesia bila dosennya sendiri kurang membanggakan bahasa Indonesia! Mari kita menjadi Indonesia!

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Badan Pengembangan   
       dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Barr, R. B., & Tagg, J. 1995. “From Teaching to Learning -- A New Paradigm for Undergraduate
Education.” Change, 27 (6), 12 – 25.
Ekoyatmi, Lucia. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil 
            Belajar
Bahasa Jepang: Suatu Eksperimen di Aksekma Don Bosco Jakarta, 2007. Sinopsis Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Froyd, Jeffrey dan Simpson, Nancy. 2010. Student-Centered Learning Addressing Faculty Questions
about Student-centered Learning.
Gadamer, Hans-Georg. [1975] 1989. Truth and Method, Second, RevisedEdition. Diterjemahkan oleh 
            Joel
Weinsheimer dan Donald G. Marshall. London dan New York: Continuum.
Ginanto, Dion Eprijum. 2011. Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif.Yogyakarta: Jogja Bangkit 
             Publisher.
Komalasari, Elis. 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia Dini
             Eletronik.
Kompas.com.2014. “Revolusi Mental”. Versi elektronik. Diunduh pada 10 Oktober 2014.
Liputan6.com. 2014. “Antropologi UI: Revolusi Mental adalah Konsep Mahatma Gandhi”. Versi
eletronik. Diunduh pada 10 Oktober 2014.
Mouly, George J. 1973. Psychology for Effective Teaching, Third Edition. New York, dll.: Holt,  
            Rinehart
and Winston, Inc.
Putranto, Hendar. 2010. “Mencari, Menemukan, dan Mengomunikasikan Nilai-Nilai Bermain dalam
Konteks pendidikan.”Jurnal UltimaComm, volume 2, nomor 1, hlm. 52 - 63.
Sharifah Fauziah Hanim Syed Zain, Farah Eliza Mohd Rasidi, dan Ismin Izwani Zainol Abidin. 2012.
“Student-Centred Learning In Mathematics    Constructivism In The Classroom,” Journal of International Education Research. Fourth Quarter 2012, Volume 8, Number 4. Supriyoko, Ki. 2012. Merealisasikan Gagasan Ki Hajar DewantaraUntuk Menyongsong Generasi Emas Indonesia. Seminar Nasional UMK Kudus, di Auditorium UMK Gondangmanis, 15 September 2012.


[1] Niknik M. Kuntarto, “Potret Kesesatan Ejaan Bahasa Bagian Awal Skripsi: Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara Angkatan Pertama, Lulusan 2011. Makalah/ Artikel Ilmiah yang dimuat di Jurnal Humaniora -Universitas Multimedia Nusantara
[2] Lihat peta signifikansi konsep “bermain” ini dalam bangunan besar pemikiran Gadamer dalam http://plato.stanford.edu/entries/gadamer/

0 komentar: