Revolusi
Mental dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
melalui Perangkat
Kurikulum yang Menggugah dan Menggairahkan
di
Universitas Multimedia Nusantara
Niknik M. Kuntarto
Universitas Multimedia Nusantara
niknik@umn.ac.id
Abstract:
Mental revolution is a contemporary political
buzzword, nationally used after the 2014 Indonesian presidential election who
finally confirmed Joko Widodo as the 7th President of Republic of Indonesia.
Yudi Latif, a renowned Islamic scholar as well as an expert in Religion and
Political Statehood, argues that mental revolution is highly correlated with
the formation of mindset and mentality or character. Therefore, the mentioned
process should start with proper education. What is meant by education here is
threefold, that is formal, informal and non-formal. Mental revolution should
fundamentally touch the whole process of nationhood and statehood. It is no
longer a secret until recently that teaching Indonesian Language subject in university
is lacking in attention from the students. This problem could arise from
repetitive teaching materials resulting in boredom, unchallenging subject or
course evaluation, lack of variation in methods of course delivery, and
not-so-creative lecturers who do not inspire the students to apply the lessons
into larger academic practices. With such problematic conditions, students as
children of the nation who hold the running stick to preserve Indonesian
language are lacking in self-confidence as citizens. This lack of
self-confidence would also contribute to their vulnerability to be influenced
by various thoughts and cultures coming from abroad. This fragile situation has
long been happened in Indonesia. These very challenges demand the existence of
mental revolution to revolutionize the mentality of beloved children of the
nation. The formation of mental revolution will develop sense of belonging and
healthy pride, boosting confidence to be an Indonesian citizen who proclaims
one national language, Indonesia. Based upon the epistemology of play from Ki
Hadjar Dewantara as well as the ontology of play from Hans-Georg Gadamer, the
writer will develop certain curriculum planning tools, usually called Learning
Process Plan (LPP) and Assignment Plan (AP). These curriculum planning tools
will empower and ignite passion in the hearts of students during their learning
process in university and this action-oriented policy is surely a special
embodiment of mental revolution in the realm of education.
Abstrak:
Revolusi
mental adalah kosakata yang kini tengah menasional pasca terpilihnya Joko
Widodo sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia. Yudi Latif, Cendekiawan
Muslim/Pakar Keagamaan dan Kenegaraan menilai revolusi mental terkait dengan
membentuk pola pikir dan sikap kejiwaan. Sebab itu, untuk membangun itu harus
melalui pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan di sini yaitu pendidikan
formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Revolusi mental
sejatinya menyentuh seluruh proses berbangsa dan bernegara. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa perkuliahan bahasa Indonesia di perguruan tinggi sampai saat
ini masih kurang mendapatkan perhatian yang baik dari mahasiswa. Hal ini
terjadi karena pengulangan materi sehingga membosankan, evaluasi yang kurang
menantang, metode yang kurang variatif, dan
pengajar yang kurang membimbing mahasiswa untuk mengaplikasikan dalam kegiatan
akademik. Dengan kondisi seperti itu, mahasiswa sebagai anak negeri yang akan
memegang tongkat estafet pelestarian bahasa Indonesia kurang memiliki kepercayaan diri sebagai warga-negara dan
tidak mudah dipengaruhi oleh pemikiran dan kebudayaan yang datang dari mana pun
dan ini sudah berlangsung lama. Di
sinilah letak bahwa dibutuhkan suatu revolusi mental yang akan merevolusi mental anak negeri, yang akan membangun kebanggaan, dan yang akan meningkatkan kepercayaan diri
sebagai warga-negara RI yang berbahasa satu bahasa Indonesia. Dengan mendasarkan diri pada epistemologi
bermain dari Ki Hadjar Dewantara dan ontologi bermain dari Hans-Georg Gadamer,
dikembangkanlah
perangkat kurikulum yang mengugah dan
menggairahkan mahasiswa dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi dan ini
adalah salah satu wujud dari revolusi mental.
Kata kunci: revolusi mental, pembelajaran, rancangan tugas, menggugah, dan menggairahkan
A. Pendahuluan
Proses belajar di tingkat perguruan tinggi selama
ini kerap diasosiasikan dengan keseriusan, kemandirian usaha, dan rigoritas
metodologisnya. Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata kuliah yang
diamanahkan Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi merupakan
mata kuliah wajib kurikulum Pendidikan Tinggi (pasal 35 ayat 3) yang tidak
luput dari asosiasi tersebut. Ini salah satu penyebab munculnya kekurangminatan
mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan perangkat kurikulum yang dapat merevolusi mental mahasiswa
sehingga tergugah dan tergairah.[1]
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sudah
melakukan perubahan kurikulum yang dulu berbasis isi, kini berbasis kompetensi.
Dulu kurikulum berbasis kompetensi, kini dikembangkan kurikulum berbasis
kompetensi yang mengacu pada KKNI. Ini sangat baik bagi perkembangan pendidikan
di Indonesia. Namun, perlu dilakukan penelitian apakah setiap dosen sudah
menerapkan kurikulum terkini dalam kegiatan akademik mereka atau itu hanya
sekadar perangkat yang wajib dibuat oleh dosen sebagai syarat kenaikan jenjang
kepangkatan dan setelah melalui penilaian lantas dibiarkan terbengkalai.
Seberapa besar sosialisasi Pemerintah memperkenalkan kurikulum berbasis
kompetensi dengan mendasar pada KKNI adalah pertanyaan yang bukan kajian dalam
makalah ini. Namun, yang menjadi penting adalah seberapa besar perhatian kita
pada perkembangan pendidikan di Indonesia dengan selalu mengikuti kemutakhiran kebijakan
Dikti dan menerapkannya dalam kegiatan akademik kita sebagai seorang dosen.
Perangkat kurikulum terdiri dari Rencana Program dan
Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS), Rencana Proses Pembelajaran (RPP), dan
Rencana Tugas (RT). Di antara perangkat kurikulum tersebut yang paling
bersinggungan dengan mahasiswa adalah Rencana Tugas (selanjutnya RT. Karena
kajian ini menitikberatkan pada peningkatan minat mahasiswa terhadap
perkuliahan bahasa Indonesia, RT dipilih sebagai alat untuk merevolusi mental
mahasiswa. Seperti apakah RT
yang menggugah dan menggairahkan tersebut dan apakah kaitannya dengan
revolusi mental dalam bahasa? Itulah
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. Pembahasan
Sesuai dengan Rambu-rambu pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
yang
tercantum pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43/ Dikti/ Kep/2006, melalui mata
kuliah Bahasa Indonesia capaian pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia
adalah agar mahasiswa dapat menerapkan rasa cinta dan bangga pada bahasa
Indonesia dengan cara menerapkan kesantunan bahasa yang baik dan benar, baik
secara tulis maupun lisan, baik saat menulis artikel populer, menulis surat
lamaran, menulis karangan ilmiah, maupun saat wawancara kerja dan presentasi
ilmiah/ populer.
Terdapat enam kemampuan akhir yang
diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, memiliki kepribadian yang baik dengan selalu
berpikir dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia dan memiliki kebanggaan
berbahasa Indonesia dalam kegiatan akademik baik secara lisan maupun tulis.
Kedua, memiliki kemampuan menulis akademik, baik karangan ilmiah maupun
karangan populer, berdasarkan kesantunan ejaan, ketepatan diksi, keefektifan
kalimat, keruntutan komposisi, dan kejagaan penalaran . Ketiga, memiliki
kemampuan membaca kritis dalam mengumpulkan bahan karangan populer dan menuangkan gagasannya ke dalam tulisan
dengan teknik dan bahasa yang menarik. Keempat, mahasiswa memiliki kemampuan
dalam menulis teknik notasi ilmiah, baik pada bagaian awal, isi, maupun, akhir
karangan ilmiah dengan bahasa dan teknik yang benar. Kelima, mahasiswa memiliki
kemampuan mempersiapkan surat lamaran
dan wawancara kerja dengan memerhatikan kesantunan bahasa.
Terakhir, mahasiswa memiliki kemampuan berbicara dalam forum resmi dengan
menerapkan etika bahasa dalam praktik mempresentasikan karangan ilmiah dan
karangan populer dengan teknik dan bahasa yang baik dan benar.
Keenam kemampuan akhir yang diharapkan
ini dicapai melalui RT yang disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa dengan metode
bermain dan evaluasi yang menantang. Metode bermain berdasarkan pada konsep Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar
Dewantara. Kurikulum yang dirancang Ki Hadjar Dewantara disampaikan dengan cara
bermain (dolanan) seperti dolanan
anak, tarian, nabuh gamelan, dsb. Dalam model kurikulum yang dikembangkan Ki
Hadjar, anak diajari calistung yang disampaikan dengan aneka permainan.
Praktiknya mengajari anak membaca dengan cara bermain, mengajari anak menulis
dengan cara bermain, dan mengajari anak berhitung dengan cara bermain.”
(Supriyoko, 2012: 3–5). Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang bermain
dengan demikian menyoroti dimensi instrumental dan epistemologis dari bermain
sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu “kemajuan tumbuh
kembang anak” (Komalasari, 2013).
Dalam pandangan filsuf Jerman terkemuka, Hans-Georg Gadamer (1902 –
2002), konsep “bermain” (spiel)
memiliki bobot ontologis yang mendalam[2], bukan hanya instrumentalis,
melainkan epistemologis
seperti disampaikan Ki Hadjar Dewantara di atas. Gadamer dalam adikaryanya, Truth and Method (1960) membahas letak
pentingnya bermain dalam penyingkapan kebenaran yang mewujud dalam struktur
ontologis seni dan pengalaman manusia tentang seni itu sendiri. Bermain, dalam
wawasannya, keliru jika dipahami sebagai main-main belaka. “Jika bermain hanya
dimengerti sebagai bermain, ia tidaklah serius. Bermain mempunyai relasi khusus
dengan keseriusan. Keseriusanlah yang memberi ’tujuan’ pada bermain,
sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles, kita bermain ’untuk rekreasi’. (Gadamer,
1989: 102 – 106 dalam Putranto, 2010: 59) Bermain salah satu metode hibur adalah wujud usaha
kreatif dalam pengembangan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak
tantangan yang menarik dan membuat kita memiliki semangat baru ketika memasuki
dunia bahasa Indonesia. Dengan adanya tantangan demi tantangan itu, ide
kreativitas pun muncul, salah satunya adalah penerapan metode hibur di dalam RT.
RT pertama bertujuan agar mahasiswa
memiliki sikap positif, cinta, dan bangga pada bahasa Indonesia melalui
pembuatan iklan bertema kecintaan dan kebanggaan pada bahasa Indonesia dan UMN.
Yang harus dikerjakan yaitu membuat iklan dengan teks bertemakan bahasa Indonesia
secara berkelompok dan membuat iklan tersebut dengan gerak, nada, dan lagu
selama kurang lebih lima menit. Metode yang digunakan setelah teks, gerak,
nada, dan lagu dibuat dalam bentuk yel-yel, mahasiswa diminta untuk menampilkan
di dalam kelas sebagai pembuka Kuis Bintang-Bintang. Mereka juga diminta
mengabadikan iklan dengan latar belakang keindahan gedung dan taman Kampus UMN
dengan cara merekam. Setiap video iklan diunggah ke Youtube dengan format
namakelompok_bhsind1_UMN_angkatan. Kriteria
penilaian yakni kekompakkan, ketepatan memilih tema, kreativitas, keindahan
tayangan video. Rubrik penilaian terdiri
dari jenjang istimewa (dua bintang) atau baik (satu bintang) jika memenuhi
deskripsi berikut ini kekompakan, ketepatan memilih tema, kreativitas, dan
keindahan tayangan video.
RT ke-2 membuat blog yang bertujuan agar
mahasiswa mampu membuat portofolio tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Yang harus
dikerjakan yaitu membuat laporan kegiatan di setiap pertemuan perkuliahan,
mengumpulkan setiap tugas yang sudah dikerjakan dan dinilai, dan mengirim
setiap tugas ke blog. Metode yang diterapkan setiap kelompok wajib memiliki
blog. Blog ini berisi nama kelompok, nama dan foto anggota kelompok, jadwal
kuliah Bahasa Indonesia,tempat kuliah,
nama dan profil dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, video iklan cinta
bahasa Indonesia, dan laporan kegiatan perkuliahan setiap tatap muka. Setiap
tugas wajib diunggah ke dalam blog kelompok. Blog ini sebagai portofolio
mahasiswa. Setiap kelompok mempunyai alamat blog dengan format
namakelompok_bhsind2_UMN_angkatan. Kriteria dan rubrik penilaian istimewa atau
bintang dua jika memenuhi persyaratan penampilan blog, kelengkapan bagian blog,
isi laporan perkuliahan, isi tugas diunggah setelah diperbaiki dan benar, baik
atau bintang satu jika memenuhi persyaratan, tetapi saat diunggah
masih mengandung kesalahan.
RT ke-3 adalah pembuatan album foto
kesalahan bahasa. Tujuan tugas ini adalah agar mahasiswa memiliki kepekaan
terhadap kesalahan bahasa di sekitarnya seperti di ruang publik, jejaring
sosial, dan naskah skripsi dan mampu
memperbaikinya sesuai kaidah yang berlaku. Yang harus dikerjakan memotret
kesalahan bahasa dan menganalisis kesalahan bahasa. Ketentuan atau metode
pelaksanaan yaitu pertama, mencari kesalahan bahasa baik ejaan, diksi, maupun
kalimat. Kedua, kesalahan itu terdapat di ruang publik, jejaring sosial, dan
naskah skripsi. Mahasiswa memotret 100 kesalahan bahasa. Ketiga, memperbaiki
kesalahan tersebut dengan berpedoman pada kaidah yang berlaku. Kaidah yang
berlaku harus ditunjukkan tempat kaidah itu berasal di dalam EYD atau sumber
buku lainnya. Keempat memasukkan ke dalam CD. Kelima, mempresentasikan hasil
temuan di depan kelas dan keenam mengunggah album foto ke situs jejaring
berbagi video yaitu Youtube dengan format format
namakelompok_bhsind3_UMN_angkatan. Kriteria penilaian yaitu ketepatan kesalahan
bahasa, ketepatan analisis, presentasi, ketepatan jumlah, dan variasi potret.
Rubrik penilaian jenjang istimewa bintang dua atau satu.
Tugas ke-4 yaitu pembuatan album
kenangan biografi singkat teman sekelas. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat
menerapkan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf yang padu dalam
penulisan biografi singkat teman sekelas.
Yang harus dikerjakan yakni
mewawancarai teman, membuat biografi singkat berdasarkan hasil wawancara.
Metode yang diterapkan pertama
mahasiswa harus membawa foto yang ternarsis, kedua menukarkan foto dengan teman
sekelas, ketiga mewawancarai teman dengan beberapa pertanyaan seputar data
diri, hobi, prestasi, dll, keempat menulis biografi singkat berdasarkan hasil
wawancara, kelima menempelkan foto pada
biografi teman yang diwawancarai mengumpulkan seluruh biografi singkat teman
sekelas, keenam membuat album kenangan biografi singkat seluruh teman sekelas
dengan menjilidnya, dan terakhir mengunggah album kenangan biografi singkat ke
blog kelompok. Kriteria penilaian meliputi isi biografi singkat dan bahasa:
penerapan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Rubrik penilaian
terdiri dari bintang tiga (tanpa kesalahan), bintang
dua (mengandung 1-3 kesalahan), dan bintang satu (mengandung 4-5 kesalahan)
RT ke-5 yaitu menulis artikel populer
yang bertujuan agar mahasiswa memiliki keterampilan menulis artikel populer
dengan menerapkan kesantunan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf. Yang harus dikerjakan yakni membuat artikel
populer dan menerapkan kesantunan bahasa. Ketentuan pelaksanaan yaitu pertama,
memilih tema dengan membaca artikel dengan tema sesuatu yang “disukai dan
dikuasai”, kedua melaporkan hasil bacaan dengan cara mengikat makna yang
terkandung dari hasil bacaan, ketiga
mengomentari atau menganalisis makna yang terikat ke dalam tulisan yang
berbentuk artikel populer. Keempat, menerapkan cara menulis artikel populer
dengan menarik (cara mengawali atau mengakhiri dan seni mencitarasakan
kalimat). Kelima, memberi judul yang menarik. Keenam mem-posting ke blog kelompok. Kriteria penilaian berdasarkan pemilihan
judul menarik, isi artikel, cara mengawali atau mengakhiri, menggunakan seni
mencitarasakan kalimat, ketepatan penggunaan ejaan, diksi, kalimat, dan
paragraf. Rubrik penilaian bintang tiga (tanpa salah),
dua (salah 1-3), dan satu (salah 4-5).
Berdasarkan RT yang dirancang dengan
mengkedepankan metode hibur dan evaluasi menantang, dapat dilihat nilai-nilai
moral sebagai modal pembangunan mental mahasiswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di perguruan tinggi berdasarkan keluaran. Keluaran dari RT pertama
diharapkan kreativitas mahasiswa muncul,
tema dari video iklan adalah tentang cinta dan bangga bahasa Indonesia
sehingga akan tercermin dan tertanam kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia, nama, gambar mahasiswa,
kampus UMN pun terekspos di dunia maya, dan
yel-yel sebagai cara menularkan virus cinta dan bangga pada bahasa
Indonesia melalui dunia maya. Keluaran RT ke-2 diharapkan mahasiswa bertanggung jawab terhadap semua
tugas yang diberikan dosen, mengabadikan setiap tugas sebagai sebuah portofolio, lebih
semangat belajar, terutama dalam mengerjakan tugas, meningkat, memiliki rasa bangga pada hasil
karyanya, dan memberikan pembelajaran bagi pembaca. Sementara itu, keluaran RT
ke-3 diharapkan mahasiswa memiliki kepekaan kesalahan bahasa, lebih mengenal bahasa Indonesia, dapat
memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan memiliki
kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya. Keluaran RT ke-4
diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan menulis, memiliki kepekaan terhadap
kesalahan bahasa, memiliki jiwa bersosialisasi, dapat lebih mengenal teman
sekelas, memiliki rasa bangga pada hasil tulisannya, dan mengabadikan biografi
teman sekelas. Sementara itu, keluaran RT ke-5 diharapkan dengan adanya tugas
ini, mahasiswa lebih terampil menulis artikel, memiliki kepekaan kesalahan
bahasa, lebih mengenal bahasa Indonesia, lebih peka menganalisis dan mengikat
makna hasil dari bacaannya, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat
melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan
karyanya yang terekspos di dunia maya.
Keluaran
RT ke-6 diharapkan mahasiswa lebih terampil menulis karangan ilmiah dengan
tenik notasi ilmiah, dapat memiliki kepekaan kesalahan bahasa, dapat lebih
mengenal bahasa Indonesia, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat
melalui dunia maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di
dunia maya. Keluaran RT ke-7, pembuatan
surat lamaran dan resume, diharapkan mahasiswa dapat lebih terampil menulis
surat dan resume, memiliki kepekaan kesalahan bahasa, dapat lebih mengenal
bahasa Indonesia, dapat memberikan pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia
maya, dan memiliki kebanggaan dengan karyanya yang terekspos di dunia maya. Terakhir,
keluaran RT ke-8 diharapkan mahasiswa lebih terampil menulis artikel, memiliki
kepekaan kesalahan bahasa, lebih mengenal bahasa Indonesia, lebih terampil
membuat salindia, lebih terampil berbicara di depan umum, dapat memberikan
pembelajaran bagi masyarakat melalui dunia maya, dan
memiliki kebanggaan dengan penampilannya yang terekspos di dunia maya.
Rencana Tugas seperti ini sangat membuat
mahasiswa merasa tertantang dan bersemangat mengikuti mata kuliah Bahasa
Indonesia. Hal ini tampak pada dampak peningkatan kualitas hasil pembelajaran
mahasiswa. Segala usaha kreatif yang sudah dijalankan dalam dunia pendidikan, terutama
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
tidak sia-sia. Nilai mahasiswa juga menunjukkan hasil yang baik. Dampak
pemberian RT dengan evaluasi menantang ini cukup mengesankan dan membuat
mahasiswa lebih bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia. Kehadiran mahasiswa
menunjukkan jumlah kehadiran yang lebih banyak daripada kehadiran pada mata
kuliah yang diajar oleh dosen lain. Mereka tepat hadir di ruang kelas bukan
karena harus taat aturan atau takut
hukuman, melainkan karena mulai mencintai mata kuliah Bahasa Indonesia.
C. Simpulan
Membosankan, menjemukan,
membebani, terpaksa, terlalu teoritis,metode konservatif, penuh tugas,
penuh keluh kesah, banyak teori, dosen tidak berkemampuan, metode ceramah, dan
tidak pernah dipraktikkan adalah predikat negatif pembelajaran Bahasa Indonesia
berdasarkan hasil pengamatan terhadap minat mahasiswa terhadap mata kuliah
Bahasa Indonesia sebelum mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia di Universitas
Multimedia Nusantara (UMN) yang
dilakukan sejak 2008 sampai dengan 2013 semakin memperkuat dugaan awal bahwa
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang kurang menggairahkan
mahasiswa. Setelah mereka mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia RT yang
menggugah dan menggairahkan di UMN, predikat negatif tersebut berubah menjadi
sesuatu yang positif. Bersemangat di setiap
pertemuan, semangat kompetisi, aktif, lebih tertantang, banyak inspirasi,
menyenangkan, menyadarkan diri untuk peduli, cinta, dan bangga pada bahasa
Indonesia, termotivasi untuk lebih serius belajar, mengasah kemampuan cepat
tanggap, melatih kerja sama, menumbuhkan daya saing yang positif, lebih peka
tehadap kesalahan bahasa, lebih
kritis, seru, menghibur, penuh
kreativitas, mengasyikkan, sangat efektif, interaktif, atraktif, inovatif, dan membuat Bahasa
Indonesia menjadi mata kuliah yang berkelas.
Berdasarkan deskripsi keluaran yang
diharapkan setelah menyelesaikan tugas yang telah disepati terdapat dua belas
nilai yang mengacu terbentuknya karakter bangsa yang baik dan mencerahkan,
yakni kreatif, terampil, tertantang
untuk lebih semangat belajar, bertanggung jawab, lebih percaya diri dan terampil menulis dan berbicara di depan umum,
bersosialisasi dengan teman, percaya diri, menghargai karya diri sendiri dan
orang lain, kritis dan peka terhadap kesalahan bahasa di ruang publik, tertanam
kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, sanggup menularkan virus
cinta dan bangga pada bahasa Indonesia, dan terakhir dapat membelajarkan orang
lain untuk peduli, cinta, dan bangga pada bahasa Indonesia. Kedua
belas nilai tersebut dapat diwujudkan dengan program pembelajaran Bahasa
Indonesia yang menggugah dan menggairahkan melalui RT yang mengandung metode
hibur dan evaluasi yang menantang. Metode hibur berbentuk permainan bukanlah
sekadar main-main yang tidak terarah dan tidak bernilai, melainkan justru lewat permainan, keseriusan mahasiswa
untuk mendalami dan memahami materi ajar akan teruji, baik di level ethos, logos maupun pathos-nya. Apalah
namanya semua karakter tersebut kalau bukan revolusi mental sebagai dasar
membangun mental mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar menjadi
percaya diri dan bangga pada bahasanya sendiri, bahasa Indonesia! Sebagai
penutup, hal terpenting dalam merevolusi mental adalah diterapkan pada diri
sendiri. Bagaimana mungkin mahasiswa akan percaya kepada dosennya bila dosen
tidak menerapkan apa yang ia ajarkan kepada mahasiswanya! Bagaimana mungkin
mahasiswa semangat belajar jika dosen kurang memiliki kreativitas yang tinggi.
Bagaimana mungkin mahasiswa bisa mencintai bahasa Indonesia bila dosennya
sendiri kurang membanggakan bahasa Indonesia! Mari kita menjadi Indonesia!
Daftar
Pustaka
Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Barr, R. B., & Tagg, J. 1995. “From Teaching to
Learning -- A New Paradigm for Undergraduate
Education.” Change, 27 (6), 12 – 25.
Ekoyatmi, Lucia. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil
Belajar
Bahasa Jepang: Suatu Eksperimen di Aksekma Don
Bosco Jakarta, 2007. Sinopsis
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Froyd, Jeffrey dan Simpson, Nancy. 2010. Student-Centered Learning Addressing Faculty
Questions
about
Student-centered Learning.
Gadamer, Hans-Georg. [1975] 1989. Truth and Method, Second, RevisedEdition.
Diterjemahkan oleh
Joel
Weinsheimer dan Donald G. Marshall.
London dan New York: Continuum.
Ginanto, Dion Eprijum. 2011. Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif.Yogyakarta: Jogja Bangkit
Publisher.
Komalasari, Elis. 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan Anak Usia Dini.
Eletronik.
Kompas.com.2014. “Revolusi Mental”. Versi
elektronik. Diunduh pada 10 Oktober 2014.
Liputan6.com. 2014. “Antropologi UI: Revolusi
Mental adalah Konsep Mahatma Gandhi”. Versi
eletronik. Diunduh pada 10 Oktober
2014.
Mouly, George J. 1973. Psychology for Effective Teaching, Third Edition. New York, dll.:
Holt,
Rinehart
and Winston, Inc.
Putranto, Hendar. 2010. “Mencari, Menemukan, dan
Mengomunikasikan Nilai-Nilai Bermain dalam
Konteks pendidikan.”Jurnal UltimaComm, volume 2, nomor 1, hlm. 52 -
63.
Sharifah Fauziah Hanim Syed Zain, Farah Eliza Mohd
Rasidi, dan Ismin Izwani Zainol Abidin. 2012.
“Student-Centred
Learning In Mathematics – Constructivism In The Classroom,” Journal of International Education Research.
Fourth Quarter 2012, Volume 8, Number 4. Supriyoko, Ki. 2012. Merealisasikan Gagasan Ki Hajar
DewantaraUntuk Menyongsong Generasi Emas Indonesia. Seminar Nasional UMK
Kudus, di Auditorium UMK Gondangmanis, 15 September 2012.
[1] Niknik M. Kuntarto, “Potret Kesesatan Ejaan Bahasa Bagian Awal
Skripsi: Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara Angkatan
Pertama, Lulusan 2011. Makalah/ Artikel Ilmiah yang dimuat di Jurnal Humaniora
-Universitas Multimedia Nusantara
[2] Lihat peta
signifikansi konsep “bermain” ini dalam bangunan besar pemikiran Gadamer dalam http://plato.stanford.edu/entries/gadamer/
0 komentar:
Posting Komentar